Saturday, October 24, 2015

Vihara Avalokitesvara yang Tertua di Banten

Vihara Avalokitesvara adalah kelenteng yang Tertua di Banten
altar utama
Altar utama


Inilah vihara tertua di Provinsi Banten, konon vihara ini sudah dibangun sejak abad 16.

Salah satu peninggalan sejarah di kawasan Banten Lama ini berada di Kampung Pamarican, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Sekitar 10 kilometer arah Utara Kota Serang. Bangunan ini masih satu kompleks dengan Masjid Agung Banten Lama, Keraton Surasowan, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, dan bangunan-bangunan sejarah lainnya.

Sejak masa kerajaan dulu, posisi kelenteng ini berada di tengah komunitas muslim yang taat. Inisiatif pembangunan kelenteng ini justru datang dari Sunan Gunung Jati, salah seorang Wali Songo, pada tahun 1652. Semula lokasinya di Desa Dermayon, di belakang Masjid Agung Banten Lama. Tetapi tahun 1774 dipindahkan ke Pamarican. Pada zaman keemasan Kerajaan Banten, kampung ini menjadi pusat industri merica.

Pembangunan vihara ini juga tidak bisa dilepaskan dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia.

Sejarah pembangunan vihara yang terletak di Kecamatan Kasemen, wilayah Banten Lama ini berkaitan dengan Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh penyebar islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih keturunan kaisar Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Melihat banyak pengikut putri yang masih memegang teguh keyakinannya, Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Namun, pada tahun 1774 vihara dipindahkan ke Kawasan Pamarican hingga sekarang.

Versi lain menyebutkan, vihara ini dibangun pada tahun 1652. Yaitu pada masa emas kerajaan Banten saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Gerbang dengan atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari) menyambut pengunjung di pintu masuk sebelum pengunjung masuk lebih ke dalam vihara yang memiliki nama lain kelentang Tri Darma ini.

Sebutan Klenteng Tri Darma diberikan karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus. Yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Walaupun diperuntukan bagi 3 umat kepercayaan namun bagi wisatawan yang beragama lain sangat diperbolehkan untuk berkunjung dan melihat bangunan yang saat ini termasuk dalam cagar budaya di Provinsi Banten ini.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Kelenteng yang pernah terbakar pada tahun 2009 ini juga memiliki ukiran yang menceritakan bagaimana kejayaan Banten Lama saat masih menjadi kota pelabuhan yang ramai. Terletak di samping vihara, ukiran ini juga menceritakan bagaimana vihara ini digunakan sebagai tempat berlindung saat terjadi tsunami beserta letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Walaupun pernah mengalami musibah, bentuk dan isi yang ada di dalam vihara masih dijaga keasliannya oleh pihak pengelola. Bahkan bangunan vihara ini masih terlihat kokoh layaknya bangunan baru dengan warna merahnya yang khas. 


kelenteng ini wajib dikunjungi bagi para pecinta spiritual dan kebudayaan.


No comments:

Post a Comment