Hasil pemeriksaan saya, temyata sebagian besar dari mereka memang sudah ditentukan dari "Atas" tidak punya pasangan hidup, maka kalau menikah bukan kebahagiaan yang didapat, tapi penderitaan. Penderitaan itu dapat berupa ketidak harmonisan, percekcokan, ekonomi, kesehatan dan lain lain.
Sebagian besar yang konsultasi adalah sang istri atau ibu rumah tangga, sebab umumnya kalau keharmonisan suami-istri terganggu, pernikahannya tidak membawa kebahagiaan rumah tangga, maka sang istri akan berusaha mencari solusi agar rumah tangganya dapat harmonis. Tidak demikian dengan sang suami, kalau sang suami tidak mendapatkan kebahagiaan di dalam rumah tangganya, umumnya dia akan mencari kesenangan di luar rumah. Ini yang banyak memicu pertengkaran dan perceraian Atau mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan sampai ke anak-anaknya.
Pada mulanya saya tidak tahu, sebaiknya bagaimana saya harus menerangkan atau menjelaskan masalah ini kepada tamu saya. Maka pada saat itu saya menjelaskan kepada mereka dengan memakai analogi atau perumpamaan unsur air dan minyak yang tidak dapat disatukan.
Dulu saya tidak mau membuka masalah jatah- jodoh dari para tamu saya, sebab saya tahu masalah jatah-jodoh ini sangat sensitif untuk yang bersang- kutan dan juga untuk orang tuanya dan keluarganya.
Saya pernah "dipaksa" oleh tamu saya yang terdiri anak perempuan bungsu, anak perempuan yang paling tua dan ibunya, mereka bertiga mendesak dan memaksa saya untuk mengatakan terus terang mengenai jatah jodoh anak bungsunya yang belum menemukan jodohnya. Mereka dengan santai sambil tertawa mengatakan bahwa mereka sudah biasa menerima penjelasan dari orang-orang pintar.
Sudah saya ingatkan bahwa jatah-jodoh perlu dipersoalkan, jalani hidup ini sewajarnya saja Sebab masalah jatah-jodoh ini dapat menjadi beban berat bagi yang bersangkutan dan orang tuanya.
Tapi mereka bertiga berkali-kali mendesak saya untuk mengatakannya, malah mereka mengatakan siap menanggung bebannya. Setelah saya katakan bahwa anak perempuan bungsunya tidak mempunyai jatah jodoh dan kalau nanti menikah akan menjalani hidup pernikahannya dengan penderitaan, langsung mereka bertiga berdiam dengan wajah sedih. Sang ibu meneteskan air mata, mereka terpukul (shock) oleh beban berat jatah jodoh.Sejak peristiwa itu, saya sudah bertekad untuk tidak lagi mau didesak untuk mengatakan jatah-jodoh seseorang.
Sejak awal tahun 2011 sampai sekarang ini, sudah hampir seratus kasus ketidak harmonisan per- nikahan dibawa oleh para tamu saya. Hal ini membuat saya sadar bahwa beban yang dipikul oleh mereka yang tidak mempunyai jatah-jodoh dan sudah terlanjur menikah menjadi sangat berat, jauh lebih berat dibandingkan kalau mereka diberitahu sebelum menikah. Maka sejak awal tahun 2012 ini saya mengambil keputusan untuk membuka masalah jatah-jodoh kepada para tamu yang konsultasi mengenai per- jodohan, orang tua yang ingin menanyakan jatah- jodoh anaknya.
Setelah saya tahu di Injil Matius ada ayat dimana Yesus Kristus mengatakan: Ayat 11 "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja". Ayat 12: a) Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya dan b) Ada orang yang diJadikan demikian oleh orang lain, dan c) Ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri karena kerajaan surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti".
Di dalam ayat 11 dikatakan bahwa: "Tidak, semua orang dapat mengerti perkataan itu. hanya mereka yang dikaruniai saja" jadi memang kalimat - kalimat yang ada di ayat 12 tidak mudah dimengerti sekalipun oleh seorang rohaniawan Kristen maupun Pastor".
Karena ketidak-tahuan mereka yaitu pastor dan pendeta, maka terjadilah pemberkatan pernikahan kepada pasangan pengantin yang tidak mempunyai jatah jodoh, mereka disatukan atas nama Allah oleh para pastor dan pendeta dengan sakramen pernikahan atau pemberkatan pemikahan. Disini siapa yang salah?
Di dalam Matius 19 ayat 12 memang tidak ditulis apa akibat kalau kriteria a) dilanggar, dan juga bagaimana cara menghindari akibat buruknya. Dan mengapa ada orang yang punya jatah-jodoh , ada juga yang tidak punya jatah-jodoh.Melanggar ayat 12 kriteria a) berakibat pernikahannya tidak membawa kebahagiaan melainkan penderitaan. Ini dapat dihindari dengan melakukan pernikahan hanya di catatan sipil saja tanpa ada upacara-upacara apapun yang lain. Seperti upacara lamaran, upacara ritual pemberkatan, upacara pesta pernikahan dan lain lain.
Penyebab seseorang untuk dilahirkan tidak punya jatah-jodoh ada hubungannya dengan inkarnasi kehidupan masa lalunya. Kalau dalam inkarnasi kehidupan masa lalunya dia seorang pastor atau suster biarawati, seorang bhiksu atau bhikuni, dan di dalam menjalani kehidupannya merasa bahagia, hidup tenang dan damai' kemudian di dalam doanya dia memohon supaya dapat melanjutkan kehidupan rohaninya seperti yang dijalani sekarang ini. Maka kalau doanya dikabulkan dia akan dilahirkan tidak jatah-jodoh, - tidak ada jatah-jodoh atas permintaannya sendiri .
Tidak punya jatah-jodoh juga dapat diakibatkan karma, karena dalam kehidupan masa lalunya, di inkarnasi kehidupan masa lalunya dia menganiaya pasangan hidupnya, menelantarkan pasangan hidup-nya, maka karma ini berbuah sebagai orang yang sekarang dilahirkan tidak punya jatah-jodoh.
Ayat 12 kriteria b) "Ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain". Ada beberapa tamu saya yang mengalami kasus ini. Dia ditutup perjodohannya oleh guna-guna yang dikirimkan oleh seseorang, oleh "orang pintar" karena permintaan. Ayat 12 kriteria c)
"Ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri karena kerajaan surga". Ini adalah orang-orang yang memilih tidak berkeluarga atas kemauan sendiri, hidup sebagai pastor, biarawati, bhiksu dan bhiksuni dan lain-lain karena kerajaan surga atau karena kehidupan spiritualnya.
kalimat akhir dari ayat 12 ini "Siapa yang dapat mengerti hendaklah dia mengerti", Pertama,kali saya membaca kalimat ini saya bingung mengartikannya.
Apa sebenarnya arti dari kalimat di atas?
Guru roh saya memberitahu bahwa kalimat tersebut tidak lengkap, ada yang kurang, sehingga membingungkan. Arti dari kalimat tersebut sebenarnya adalah "Siapa yang dapat mengerti permasalahan ini (ayat 12), hendaklah dia dapat mengerti menyikapinya dengan bijaksana.
Ada orang mengatakan bahwa Injil pegangan hidup umat Kristen atau Katholik jadi bukan Kristen dan Katholik tidak terkena Matius ayat 12. Pendapat seperti ini kurang tepat. Kasus. kasus di bawah ini dapat lebih menjelaskan.
- Ina 27 tahun, umat Budhis wajahnya cantik, postur tubuhnya juga bagus, oleh karena itu banyak pemuda yang menaksir dia. Tapi setiap kali dia pacaran dan serius, hubungan menjadi putus. Bagi Ina untuk mendapatkan pacar baru tidak susah. Putus satu, yang lain masih banyak yang datang. Tapi selalu putus begitu Ina serius pacaran. Bahkan ada yang sudah melamar pun menjadi putus. Karena masalah ini, Ina datang ke rumah saya untuk konsultasi perjodohannya. Khawatir kalau ada guna-guna yang dikirim untuk menutup perjodoh-annya. Hasil pemeriksaan dengan mata batin saya, Ina tidak punya jatah jodoh. Terkena Matius 19 ayat 12" kriteria a) bukan kriteria b) seperti dugaannya. Ina juga mempunyai strata roh nirwana, jadi yang memutuskan pacarannya adalah roh pendampingnya sebab roh pendamping ini tahu kalau Ina menikah, maka hidupnya akan menderita.
Maka Ina saya anjurkan untuk setiap minggu ke vihara dengan membawa 7 batang bunga sedap malam berdoa kepada sang budha, memohon agar jalan perjodohan tidak diputus dan Ina'harus berjanji bersedia menjalankan syarat-syarat ritual pernikahannya seperti yang saya sarankan.
Beberapa bulan kemudian, Ina dengan calon suaminya datang kerumah saya dan saya" ingatkan untuk menepati janjinya kepada Sang Hyang Budha.
Matius 19 ayat 12 bukan hanya berlaku untuk umat kristen dan Katholik saja, tapi berlaku untuk semua manusia.
-Agus 25 tahun, umat Khong Hu Cu didampingi datang ke rumah untuk konsultasi per-nikahannya. Menikah belum 2 tahun, istri dan keluar- besar istri menuntut perceraian. Agus menolak keras rencana perceraian ini sebab dia masih cinta pada sang istri dan sayang kepada anaknya yang berusia belum genap satu tahun. Dengan mata batin saya memeriksa pasangan ini, temyata Agus tidak punya jatah jodoh dan sang istri punya jatah jodoh.
Saya jelaskan ke Agus dan ayahnya bahwa penyebab ketidak-cocokan pasangan ini ada pada diri Agus. Agus tidak punya jatah jodoh, maka kalau masalah keluarga ini sudah tidak dapat dipertahankan, lebih baik jangan dipersulit dan dihambat perceraian ini. Saya katakan, Agus dan istrinya masih sama-sama muda/perjalanan hidup masing-masing masih panjang, bisa" 40-50 tahun lagi. Maka perlu dipertimbangkan dan dipikirkan baik-baik, kalau diteruskan keduanya masing-masing akan menderita untuk jangka waktu yang panjang atau sampai tua.
Kalau putus sekarang dan masing-masing masih punya kesempatan membentuk keluarga lagi. Penderitaan paling hanya beberapa tahun saja sudah dapat diatasi dengan baik. Jadi pikirkan dan pertimbangkan baik- baik. Semoga Agus dan ayahnya dapat menyikapi dengan bijak. Lagi-lagi Matius 19 tidak hanya berlaku untuk umat Kristen, tapi untuk semua umat manusia, jadi ya lintas agama juga.
- Elly, berusia 50-an tahun, ibu rumah tangga dan sekeluarga umat Budhis yang taat, datang kerumah saya dengan keluhan kesehatan dan rumah tangganya. Suaminya seorang pengusaha yang punya nama, punya banyak relasi dengan para pejabat. Sangat dominan dalam keluarga sehingga sudah boleh dikatakan sangat otoriter, maka Elly sangat stress sepanjang waktu. Ini adalah salah satu penyebab yang membuat kesehatan Elly terganggu. Rupanya Elly sudah jenuh dan mentok kesabarannya dan mengungkapkan keinginannya untuk pisah dengan suami.
Hasil pemeriksaan saya, suami Elly tidak punya jatah jodoh. Suami Elly juga merasakan ketidak-cocokan atau ketidak-harmonisan hubungan suami- istri. Hanya dia dapat mencari penyalurannya dengan lebih menekuni usahanya, mencari kesibukan dalam mengelolah perusahaannya. Sedangkan Elly yang murni ibu rumah tangga menjadi stress dan jenuh terhadap ketidak-harmonisan rumah tangganya.
Saya jelaskan pada Elly bahwa perceraian atau pisah dengan suami bukan jalan keluar yang baik dan tidak menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. Sebab masing- masing sudah berumur, hidup hanya tinggal beberapa tahun saja. Kalau sudah dapat bertahan hidup bersama sekitar 30 tahun, teruskaniah bertahan, pakai ilmu "cuek-in" untuk menghadapi sifat-sifat otoriter suami. Atau pakai "ilmu jaman dahulu" yang dipakai oleh para nenek kita jaman dahulu. Sabar,ngalah, cuek-in dan pasrah. Karena mereka baru bertemu muka pada saat dipertemukan dalam upacara pernikahan.
Semoga Elly dapat memahami hikmat kehidupannya sekarang ini, sebab dengan penderitaan ini akan terus menurunkan SKKB nya dan ini dapat melancarkan dan meringankan "perjalanannya" kelak.
Dua kasus dibawah ini sebagai pelengkap dari topik "perjodohan dan Matius 19" yang lebih tepat kalau saya sebut "cinta sejati berhadapan dengan matius 19".
- Laura dan Tommy, keduanya Katholik. Pacaran sudah sejak SMP sebagai "cinta monyet". Dilanjutkan menjadi" "cinta remaja" di kampus, mereka romantis dan rukun-rukun saja. Lulus sarjana.mereka menikah. Setelah mempunyai 2 anak, mereka mulai tidak harmonis, makin retak dan goncang dan setelah 7 tahun pernikahan mereka, mereka cerai. Butuh waktu 4 tahun untuk mengurus perceraian mereka di pengadilan.
Setelah cerai,Tommy pindah bekerja Singapore dan menikah lagi membentuk tangga baru. Setelah cerai Laura tetap di Jakarta bersama orang tua dan anak-anaknya. Setelah cerai dari tahun ke tahun konflik di hati Laura tehadap Tommy makin mereda dan mulai berubah menjadi munculnya rasa kangen dan sayang lagi kepada Tommy. Setiap kali berdoa di gereja, Laura selalu memohon agar Tommy dapat kembali padanya lagi.
Laura teras berdoa dari tahun ke tahun untuk memohon agar Tommy dapat kembali kepadanya.
Setelah lebih dari 5 tahun, terjalin lagi hubungan Laura dan Tommy, jalinan hubungan bisnis. Tommy mengajak Laura kerjasama bisnis menjadi perwakilan bisnisnya di Jakarta. Berlanjut dengan saling memberi kepedulian, rukun dan harmonis kembali. Sebab pada dasarnya mereka berdua memang sudah memiliki dasar cinta sejati. Dimulai dari cinta anak-anak, cinta monyet, sampai cinta remaja dan pengantin remaja. Mereka berdua sudah merencanakan untuk rujuk kembali. Laura meminta Tommy menceraikan istri Singapore-nya dulu dan Tommy menyanggupi untuk mengurus hal itu.
Semuanya ini diceritakan Laura selama hampir 2 jam di rumah saya, karena Laura kebetulan tamu saya yang terakhir, maka saya ada waktu mendengarkan semua cerita Laura.
Saya menjelaskan pada Laura, masalah pernikahannya dengan Tommy menjadi bermasalah disebabkan Laura terkena "Matius 19", tidak ada jatah jodoh. Maka setelah cerai, lama kelamaan konfliknya dengan Tommy jadi mereda sampai akhirnya muncul kembali cinta sejatinya. Bagaikan minyak dan air, setelah cerai, minyak dan air itu dikembalikan ke botol masing-masing lagi. keduanya menjadi berguna lagi.
- Anita dan Karel keduanya Katholik. pasangan muda ber-usia sama 30 tahun. Mereka pacaran sejak di bangku sokolah SMA, setelah lulus keduanya melanjutkan pendidikan ke Eropa. Lulus dari Eropa mereka sama-sama kembali ke Indonesia. Dan kedua orang tua Karel melamar Anita. Sejak itu Anita dan Karel sudah dianggap keluarga oleh masing-masing keluarga besar. Pemikahan mereka terhambat karena menunggu kakak perempuan Anita yang belum menikah. Mereka berdua begitu rukun sampai dimana ada Karel disitu ada Anita dan sebaliknya.
Setelah sekitar satu tahun mereka menikah, Anita datang ke rumah saya tanpa Karel, sesuatu yang belum pemah terjadi sebelumnya. Anita datang untuk konsultasi hubungan pemikahannya dengan Karel. Dia mengatakan bahwa rasa cintanya kepada Karel makin lama makin memudar dan sekarang berubah menjadi rasa sayang saja, seperti rasa sayang kepada saudaranya sendiri. Yang membuat Anita takut adalah rasa cintanya mulai beralih dan tumbuh kepada teman sekantornya, Hal ini sangat meresahkan pikirannya. Padahal Karel sangat sayang dan cinta serta sangat baik pada dia. Sudah sering dia mencoba dan berusaha membangkit- kan kembali rasa cintanya kepada Karel, tapi selalu tidak berhasil. Yang muncul adalah rasa sayang saja. Anita mengatakan kalau hal ini berlangsung terus, dia tidak akan bisa bertahan. Dia tidak mungkin dapat melanjutkan pernikahannya hanya atas dasar sayang saja, seperti adik sayang kepada kakaknya.
Karel mempunyai jatah-jodoh, tapi Anita tidak punya jatah-jodoh. Waktu saya bertemu dengan mereka, sebelum mereka menikah, setelah mereka pulang dari Eropa. Saya tidak berani mengatakan tentang jatah-jodoh kepada mereka, mereka terlihat sudah begitu rukun dan cocok, hubungan mereka sudah begitu rapat. Saya tidak berani mengusik mereka dengan memberitahu soal jatah-jodoh. Sebab waktu itu saya masih menutup soal jatah-jodoh kepada para tamu saya. Saya masih beranggapan memberitahu jatah-jodoh akan memberikan beban berat kepada yang bersangkutan dan keluarganya.
Saya tanya kepada Anita, bagaimana kalau sementara berpisah dulu dengan Karel. Pisah dengan bercerai di pengadilan, kemudian nanti kalau sudah timbul kembali rasa cintanya kepada Karel, mungkin butuh waktu 1-2 tahun. Setelah keadaan membaik baru rujuk kembali di catatan sipil saja.
Anita mengatakan sambil menitikkan air mata bahwa dia tidak tega mengatakan cerai kepada"Karel. Karena suaminya ini begitu baik kepadanya, sangat mencintai dan menyayangi dia. Karel akan sangat terpukul kalau dia mengeluarkan kata cerai.
Saya banyak memberikan penjelasan dan nasehat mengenai perjodohan, terutama yang ada hubungannya dengan Matius 19 ayat 12. Cinta sejati Anita dan Karel berhadapan dengan Matius 19. Maka harus dapat mengerti menyikapinya dengan baik dan bijaksana. Semoga dapat memperoleh jalan yang baik dan bijaksana.
0 komentar
Post a Comment