Friday, April 8, 2016

Modernisasi dan Kebudayaan Spiritual

Modernisasi dan Kebudayaan Spiritual
Add caption
Sekitar tahun 2002 yang lalu Ronie mahasiswa pasca sarjana yang sedang mengambil gelar doktor di sebuah universitas di luar negeri datang ke rumah saya mencari bahan tulisan untuk thesisnya yang berjudul: 'Apakah modernisasi dapat bergandengan dengan kebudayaan spiritual?" Ronie mencari bahan mengenai kebudayaan spiritual, mau tahu lebih jauh mengenai dunia spiritual. Saya tertarik dengan judul yang Ronie pilih.

Masyarakat umumnya melihat modernisasi dengan ukuran taraf hidup, makin tinggi taraf hidup masyarakat, makin dikatakan modern. Taraf hidup ditentukan oleh derajat ekonomi yang mendapat dukungan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, perusahaan-perusahaan besar dan jaringan bisnis yang luas.

Di dalam bisnis selalu ada persaingan untuk mencapai nama besar, aset materi yang besar dengan segala cara. Dapat menggunakan kesempatan dalam kesempitan orang lain untuk meraih materi sebanyak- banyaknya dan menjatuhkan saingannya.

Jadi apakah modernisasi yang mempunyai ciri-ciri diatas dapat bergandengan dengan kebudayaan spiritual ?

Saya melihat kebudayaan spiritual dalam 2 sisi: 

pertama sisi eksoteris dan kedua sisi esoteris.

Sisi eksoteris : mempelajari dan memahami ajaran agama berdasarkan akal pikiran dan kejiwaan melalui isi kitab suci agama, berdasarkan ajaran dan agama yang terdapat dalam kitab agama. Jadi banyak mempergunakan logika hidup dengan dasar kebenaran materi.

Pada kebudayaan spiritual seperti ini, yang eksoteris. Di dalam masyarakat modern hanya digunakan untuk sosialisasi dan pergaulan saja, sebagai pelengkap hidup. Bukan tujuan hidup. Agama sebagai pelengkap hidup dengan segala macam upacara-upacaranya, seperti upacara pemikahan, upacara duka dan lain-lain. Anjuran-anjurannya tidak dipahami dan dijalani secara sungguh- sungguh.Maka menurut saya, masyarakat modern dapat bergandengan dengan kebudayaan spiritual yang eksoteris. Seperti yang sekarang ini terjadi di Eropa barat dan Amerika Utara, juga di Jepang.

Sisi esoteris : mempelajari dan memahami serta menjalani ajaran agama secara rohani dengan Mempergunakan kesadaran hidup yang berdasarkan kebenaran spiritual. Dimana kebenaran spiritual banyak bertentangan dengan kebenaran materi. Seperti dalam kebenaran spiritual: Jangan lekat pada "ke-aku-an" dan nama besar, jangan lekat pada materi, jangan lari dari penderitaan, jangan membuat makhluk lain menderita dll.

Menurut pendapat saya, kebudayaan spiritual esoteris tidak dapat bergandengan dengan modernisasi. Seperti yang terjadi di Tibet, Nepal dan beberapa kelompok / suku / golongan di beberapa negara sebagai kelompok kecil saja.

Saya telah memberikan banyak contoh berupa kasus kebenaran materi dan kebenaran spiritual yang boleh dipakai sebagai perbandingan antara modernisasi dengan kebudayaan spiritual / esoteris. Semoga Ronie berhasil dengan thesis doktornya. 

No comments:

Post a Comment