Thursday, November 24, 2016

KIDHUNG DARMAWEDA (WINGIT WANGSIT )

KIDHUNG DARMAWEDA  (WINGIT WANGSIT )


Dhandhanggula ana pandhita akarya wangsit
(ada seorang pertapa yang memberikan wejangan),

mindha kombang angajab ing tawang 
(seperti seekor kumbang terbang ke langit),

susuh angin ngendi nggone 
(di manakah angin bersarang),

lawan galihing kangkung 
(dan juga di manakah tengah-tengahnya batang kangkung),

wekasane langit jaladri 
(batas akhir langit dan samodra raya),

isining wuluh wungwang 
(isinya sebatang bambu yang kosong),

manuk miber uluke ngungkuli langit 
(seekor burung yang terbang mengatasi langit),

kusuma njrah ing tawang 
(bunga-bunga bertebaran di langit).........

amek banyu apikulan warih 
(mengambil air menggunakan pikulan yang terbuat dari air),

amek geni sarwi adedamar 
(mengambil api dengan penerang pelita),

kodhok ngemuli elenge 
(seekor katak meliputi lubangnya),

miwah kang banyu den kum 
(dan juga air dikum di dalam air),

myang dahana murub kabesmi 
(juga api yang sedang bernyala dinyalakan dengan api),

bumi pinethak ingkang 
(tanah di masukkan ke dalam tanah),

pawana katiyub 
(angin dihembus angin),

tanggal pisan kapurnaman 
(tanggal satu telah diterangi bulan purnama), 

yen anenun senteg pisan anigasi 
(apabila sedang membuat kain tenun disempurnakan sekali),

kudha ngerap ing pandengan 
(seekor kuda nampak melesat di pandangan mata) ...... 

01. susuhing angin ngendi nggone
02. lawan galihing kangkung, wekasane langit. jaladri, isining wuluh wungwang
03. manuk miber uluke ngungkuli langit
04. kusuma njrah ing tawang
05. amek banyu apikulan warih, amek geni sarwi adedamar
06. kodhok ngemuli elenge
07. miwah kang banyu den kum, myang dahana murub kabesmi
08. bumi pinethak
09. ingkang pawana katiyub
10. tanggal pisan kapurnaman
11. kudha ngerap ing pandengan

PENJELASAN:

**) Maknanya di dalam laku samadi langkah pertama yang harus diperhatikan adalah memperhatikan keluar masuknya napas di dalam paru-paru (susuhing angin), di dalam dada, yang di dalam kidung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "susuh angin ngendi nggone"

**) setelah itu laku samadi menapak ke menonaktifkan aktifitas panca indera dan hawa nafsu sampai ke titik nol, zero, atau kosong, atau suwung, yang di dalam kidung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "lawan galihing kangkung, wekasane langit jaladri, isining wuluh wungwang.

**) setelah itu langkah samadi menapak ke dalam keadaan mengatasi ruang dan waktu, yang di dalam kidung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata 
"manuk miber uluke ngungkuli langit"

**) keadaan yang demikian itu menumbuhkan KASIH, keluhuran budi, kebajikan-kebajikan, Damai sejahtera, di dalam hati, di dalam jiwa, karena tidak aktifnya hawa nafsu dan panca indera, yang di dalam kidung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "kusuma njrah ing tawang"

**) langkah kedua yang sangat menentukan yaitu menantikan bimbingan Roh kita yang diciptakan sebagai percikan TUHAN, yang di dalam kidung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "amek banyu apikulan warih, amek geni sarwi adedamar"

**) setelah Roh kita berkenan membimbing jiwa raga kita untuk bersujud kepada TUHAN, Roh kita akan meliputi diri dan kesadaran kita sepenuhnya, yang di dalam kidung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "kodhok ngemuli lenge"............ ketika Roh kita meliputi seluruh diri dan kesadaran kita, sirnalah semua sifat-sifat kita yang rendah, yang jahat, yang buruk, kita tidak takut lagi menghadapi segala kesulitan hidup, tidak khawatir lagi menghadapi segala kesulitan hidup, yang di dalam kidung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "miwah kang banyu den kum, myang dahana murub kabesmi"

**) hati, jiwa kita, menjadi sentosa, yang di dalam kidung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "bumi pinethak", maka sirnalah sifat pembohong, penipu, dari dalam hati, jiwa, kita, kita menjadi jujur, yang di dalam kidung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "ingkang pawana katiyub"

**) pada titik itulah...... hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan kesempurnaan ngelmu yang diberikan TUHAN, yang di dalam kidung itu diungkapkan dengan kata-kata "tanggal pisan kapurnaman"

**) dan hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan bahwa kita telah dilepaskan, dibebaskan, dari segala macam kelekatan

**) hati kita, jiwa kita lepas bebas melesat di kebebasan alam semesta, nampaklah seekor kuda melesat bebas... "kudha ngerap ing pandengan"

0 komentar

Post a Comment