Monday, July 24, 2017

(Paticca samuppada) Hukum Tentang Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan.

Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:

Agama Buddha telah diakui oleh para cendikiawan dunia sebagai agama yang ilmiah dan ajaran - ajarannya dapat dibuktikan kebenarannya secara logika maupun secara pengalaman. Saat ini ajaran Sang Buddha telah berkembang dengan pesat di negara - negara kapitalis, yaitu Amerika dan Eropa. Orang - orang barat yang cenderung berpikiran logis dan tidak mudah percaya akan sesuatu yang tertulis, telah menuntun mereka masuk ke dalam falsafah - falsafah atau hukum - hukum Buddhisme. 

Salah satu hukum ( dalam agama Buddha ) yang membuat banyak orang barat tercengang dan kagum sekaligus takhluk imannya adalah hukum tentang sebab - akibat yang saling bergantungan. 

Hukum ini menguasai seluruh kejadian yang ada di alam semesta ini. Bunyi hukum ini adalah sebagai berikut : 

"tidak ada sesuatu yang tumbuh tampa bergantungan kepada sesuatu sebab yang mendahuluinya dan tidak ada sesuatu yang tumbuh tampa menimbulkan sesuatu yang lain mengikutinya" 

Kita tidak bisa mengetahui mana yang mendahului, karena hubungan sebab - akibat ini saling bergantung, seperti mata lingkaran, bukan sebagai satu rantai. 

Dalam kejadian sehari - hari, contohnya sebagai berikut :

Terjadi banjir besar di Jakarta tahun 2002, itu adalah akibat.

akibat tersebut ditimbulkan oleh : 

a. Masyarakat sembarang menebang pohon. 
b. Masyarakat sembarang membuang sampah. 
c. Perubahan fungsi tata guna tanah, dan lainnya. 

Akibat banjir menimbulkan sebab yaitu: 

a. Kerugian materi akibat banjir. 
b. Penderitaan manusia 
c. Korban jiwa. 

Demikian seterusnya sebab menimbulkan akibat, akibat menimbulkan sebab, tanpa awal dan tanpa akhir. Kenapa ada kejadian yang saling bergantungan tersebut ? 

Adanya hukum tersebut karena adanya keserakahan manusia / nafsu keinginan manusia. Selama berada di alam manusia ini kita harus mengalami hal tersebut, yang menyebabkan adanya kelahiran - kematian - kelahiran - kematian yang berulang - ulang tanpa berhenti. Itulah sebabnya Sang Buddha turun ke dunia, menemukan Hukum Dharma tentang Empat Kebenaran Mulia. agar manusia dapat terlepas dari lingkaran sebab - akibat tersebut. 

Dapat melepaskan diri mereka dari alam samsara, dan dengan petunjuk yang telah disampaikan oleh Sang Buddha, mencapai alam Nirvana. Alam tanpa kelahiran dan kematian, alam yang yang sating bcrgantungan tersebut. 

Dengan mengerti hukum sebab - akibat yang saling bergantungan tersebut, kita menjadi mengerti, memahami hidup ini, menjadi jijik akan segala nafsu yang melingkupi kita, dan dengan segenap kemampuan, kalau tidak dalam kehidupan ini, pada kehidupan yang akan datang dapat melepaskan diri dari lingkaran kehidupan ini. 

Di kehidupan saat ini kita sudah harus (paling sedikit ) meletakkan pondasi - pondasi pengertian dan pelaksanaan iman dalam praktek kehidupan sehari - hari, agar dalam kehidupan berikutnya kita tinggal melanjutkan perjalanan kita memasuki tahap kemajuan berikutnya. 

Mereka yang tidak mengerti, dan tidak melatih diri sesuai ajaran Sang Buddha, maka mereka sama saja menyerahkan diri mereka dalam lingkaran penderitaan yang terus - menerus, tanpa berusaha keluar dari situasi yang melelahkan tersebut. Sampai kapan perjalanan kita akan tems begitu ? Sampai kapan ? 

Setelah Sang Buddha mencapai pencerahan sempuma. maka Beliau bangkit dari tempat duduknya, penuh dengan kebahagian sejati sambil bersabda: 

Melalui banyak penghidupan (reinkarnasi dan tumimbal lahir). aku telah mengembara (seperti kita sesama pembaca. Red , )

penuh kegelisahan, mencari pembuat rumah ini (yang menyebabkan penderitaa ini ). Kutempuh  penderitaan berkali- kali. Duhai engkau pembuat rumah-rumah yang menyebabkan penderitaan, kau kita telah kudapati (sebab-sebab dan akibat penderitaan). Semua tiangmu telah kupatahkan rusuk - rusukmu kuruntuhkan.Bathinku kini bebas dar segala bentuk - bentu pikiran (sankhara) nafsu keinginan (tanha ) telah padam sama sekali. 

segala sesuatu timbul kemudian lenyap kembali Berakhir semua itu adalah kebahagiaan tertinggi ".


No comments:

Post a Comment