Sunday, October 25, 2015

ALKISAH KONGCO KWAN KONG




Kwan Kong lahir pada tahun 162 Masehi, Bulan 6 Tanggal 24 Imlek di Propinsi Shan Shi jaman Sam Kok (Tiga Kerajaan).
Ayah Kwan Kong bernama Shi Pan, alias Bun Ci, kakek Kwan Kong bernama I Gee alias Too wan.
Kwan Kong memiliki tinggi 9 kaki 6 cun atau 240 cm. Nama asli Kwan Kong adalah Kwan In Tiang atau Kwan Ie, Kwan Kong meninggal pada usia 58 tahun.
Kwan kong mengangkat saudara sehidup semati dengan Lau Pie atau Hian Tik dan Thio Hui atau Ik Tik di kebun persik milik Thio Hui.
Mereka bersujud kehadirat Thian, Tuhan Yang Maha Kuasa dengan bersama-sama mengucapkan, “kami Lau Pie, Kwan Ie, dan Thio hui bertiga, biarpun kami bertiga berlainan marga dengan setulus hati kami berjanji terikat sebagai kakak dan adik, dengan bersatu hati percaya pada tenaga akan menolong masyarakat dari penderitaan dan membebaskannya dari bahaya, ke atas melindungi negeri dan ke bawah menyelamatkan rakyat banyak. Tuhan Yang Maha Besar, Maha Esa dan Tho Thi Malaikat Bumi, menyaksikan kesungguhan hati kami. Bila kami mengingkari kebenaran dan melupakan kasih Tuhan Yang Maha Esa dan manusia akan menghukumku”. Dari sinilah mereka terkenak dengan 3 serangkai atau Too Wan Kiat Gie, sejak kecil Kwan Kong Senang membaca dan mempelajari kitab-kitab suci dari Nabi Khong Cu, seperti Kitab I Ching ( Kitab tentang kejadian dan Perubahan ) dan Kitab Chun Chiu ( Kitab tentang Sejarah musim semi dan musim rontok ).
Kwan Kong hidup berbakti, rendah hati, setia, dapat dipercaya , susila, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, suci hati, tahu malu, inilah sikap Kwan Kong dengan 8 jalan kebajikan yang selalu di dekap teguh dalam perilaku budi kebajikan dari mana datangnya tidak akan dilupakan. Dengan sifat-sifat inilah orang banyak menghormati dan memujanya maka jadilah Panglima Kwan Kong sebagai lambang Kesetiaan dan Kejujuran sepanjang jaman.
Dibawah ini ada menceritakan Kesetiaan dan bagaimana Kwan Kong tahu membalas Budi (Kisah di Sam Kok / Tiga Kerajaan). Cao Cao pada waktu itu makin hari kekuatan tentaranya makin kuat dan berkuasa, sampai-sampai kaisar pun harus memperoleh ijin terlebih dahulu padanya apabila akan menemui seseorang.
Cao Cao berusaha menyingkirkan Lau Pie (Liu Pei kakak angkat Kwan Kong) yang dianggap Cao Cao duri dalam dagingnya, maka Cao Cao menggempur Kota Liu Pei, Liu Pei dan Thio Hui adik Kwan Kong berusaha menahan serbuan pasukan Cao Cao karena pasukan Cao Cao yang sangat banyak waktu itu maka Liu Pei dan Thio Hui melarikan diri dengan cara berpencar diikuti oleh tentaranya, lalu Cao Cao mengerahkan pasukannya menggempur kota yang dijaga Kwan Kong. Di kota ini ada keluarga Liu Pei karena tentara yang dimiliki Kwan Kong kalah banyak jumlahnya membuat Kwan Kong terkepung di sebuah bukit.
Cao Cao yang telah lama mengagumi pribadi Kwan Kong berusaha menarik Kwan Kong agar mau pindah berpihak kepadanya, menyadari resiko dan tanggungjawabnya akan keselamatan keluarga Liu Pei Kakaknya, Kwan Kong memutuskan menyerah tapi dengan syarat bahwa walaupun untuk Cao Cao Ia tetap setia pada Kakaknya Liu Pei. Dan begitu tau dimana Kakaknya Liu Pei berada, ia akan segera pergi untuk bergbung dan meninggalkan Cao Cao. Mendengarkan syarat ini mula-mula Cao Cao ragu-ragu menerima syarat tersebut, tapi Cao Cao beranggapan bahwa apabila ia berubah baik dan melayani dengan baik, tentu akhirnya Kwan Kong akan memihaknya dan melupakan Liu Pei Kakaknya.
Begitulah Kwan Kong bersama-sama Cao Cao dan Cao Cao melayani dengan baik dan manis sekali untuk mengambil hati Kwan Kong, Cao Cao sengaja hanya menyediakan satu kamar untuk Kwan Kong dan Isteri Liu Pei, tapi Kwan Kong tetap teguh dengan dibiarkan kamar itu ditempati Isteri Kakaknya, sedangkan Kwan Kong sendiri menjaga di depan pintu dengan golok terhunus sambil membaca Kitab Suci Chun Ciu dari Nabi Khong Cu.
Cao Cao memberikan baju kebesaran untuk Kwan Kong karena Cao Cao melihat baju Kwan Kong sudah tua dan lusuh, Kwan Kong membuka baju yang lama dengan memakai baju yang baru pemberian Cao Cao, setelah itu Kwan Kong memakai baju yang lama kembali. Ketika itu Cao Cao heran dan bertanya, mengapa Saudara Kwan memakai kembali baju yang lama? Lalu Kwan Kong menjawab “baju tua ini adalah pemberian dari Kakak angkatku, walaupun Aku ini mengenakan baju baru dari pemberian Perdana Menteri Cao Cao tidak seharusnya saya melupakan budi baik Kakakku”. Hadiah-hadiah seperti emas, perak, dan perhiasan-perhiasan mahal lainnya, juga banyak wanita-wanita cantik yang diberikan oleh Cao Cao kepada Kwan Kong, tapi semua Kwan Kong tolak dengan halus dan tidak menerimanya dengan ini semua Kwan Kong dapat menjaga budi pekertinya dan kesusilaan sehingga dia disegani dan di kagumi oleh lawan-lawannya.
Semua ini Cao Cao lakukan untuk membujuk dan mengambil hati Kwan Kong. Terakhir Cao Cao memberikan kuda untuk Kwan Kong yang bisa berlari cepat dan sangat kuat. Kuda ini disebut Kelinci Merah (Cek Tou Ma), bisa berjalan 1000 Li dalam 1 hari. Seketika itu Kwan Kong berlutut dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Cao Cao. Cao Cao heran dan bertanya, “Aku telah menghadiahkan banyak barang berharga kepada Jenderal Kwan, tapi semua Jenderal menolak, kenapa hanya seekor kuda sampai Jenderal berlutut dan mengucapkan terima kasih kepadaku? Sungguh sangat aneh dan membuatku heran”. Kwan Kong menjawab, “Barang lain walau bagaimanapun berharganya, aku tidak pedulikan. Tapi, dengan memiliki kuda ini, begitu aku mendengar dimana Kakakku Liu Pei berada, aku dapat dengan cepat pergi untuk menemuinya”. Mendengar hal ini Cao Cao sangat menyesal. Disinilah kita dapat melihat kesetiaan dari Kwan Kong.
Kwan Kong membalas budi dan kebaikan Cao Cao atas saran penasehat Liu Pei yaitu Cu Kat Liang (Kong Beng). Liu Pei bergabung bekerja sama dengan Sun Koan untuk melawan Cao Cao, pada waktu itu armada Cao Cao yang besar hancur oleh Ciu Cie Panglima dari Sun Koan yang dibantu oleh Khong Beng penasehat Liu Pei, Cao Cao kalah perang dan lari dari kejaran musuhnya yaitu panglima-panglima dari Liu Pei yang sudah diatur perhadangan oleh penasehat Khong Beng. Dan waktu Cao Cao lari tiba di tempat yang dijaga ketat oleh Kwan Kong, dan Cao Cao tidak bisa lari lagi karena pasukannya sudah sisa sedikit dan sangat letih.
Cao Cao melihat Kwan Kong dihadapan dan menghadangnya, Cao Cao langsung turun dari kuda dan berlutut mohon diampuni dan dia dibiarkan untuk lewat. Cao Cao berkata, “Pasukanku dalam keadaan susah, aku dalam keadaan putus asa. Aku sudah tidak ada jalan keluar, aku berharap Jenderal Kwan mau mengampuni dan berkenan mengingat hal-hal yang telah lewat diantara kita berdua”.
Jenderal Kwan menjawab, “Biarpun masa lalu aku menerima banyak budi dari Perdana Menteri, tapi aku sudah membayar budi itu dengan membantu anda dalam peperangan. Tapi, kini aku dibawah perintah dan tidak bebas melakukan kehendakku”.
Cao Cao bermohon lagi dan berkata kepada Jenderal Kwan, “Engkau adalah seorang susilawan yang selalu berpikir tentang keadilan-keadilan kemuliaan hati sepanjang hidup”, dan Cao Cao mengingatkan budi baiknya kepada Kwan Kong. Tatkala Panglima Kwan mendengar kata-kata dari Cao Cao itu, ia menundukkan kepada dan diam. Kwan Kong adalah seorang yang mencintai keadilan dan kebenaran seperti ia mencintai hidupnya. Mengingat semua itu dimana Cao Cao pernah melepas budi kepada Kwan Kong, akhirnya Kwan Kong melepaskan Cao Cao musuhnya itu sebagai balasan atas perlakuan baik pada dirinya di masa lalu, walaupun Kwan Kong harus menerima hukum militer atas perbuatannya melepaskan Cao Cao bebas. Inilah watak sejati yang ditunjukkan oleh Kwan Kong; setia, jujur dan tahu balas budi.
Di dalam roman sejarah yang ditulis Lo Kuan Chung terpetik suatu lukisan tentang kemuliaan dan keperwiraan Panglima Kwan. Pada waktu itu Kwan Kong masih prajurit rendah bersama Liu Pei dan Thio Hui dan dibawah pasukan Komandan Kong Sun Can yang bersekutu dengan Cao Cao dan Wan Siau.
Dibawah tangga seseorang maju sambil berseru, “Perkenankanlah saya maju, akan kupenggal kepada Hwan Hiong dan kubawa kembali ke kemah”. Hwan Hiong adalah Jenderal yang sudah banyak membunuh panglima-panglima dari Wan Siau. Orang-orang berpaling dan melihat di depan tenda berdiri seorang yang bertumbuh tinggi besar dengan jenggot panjang, matanya bagai burung Phonix (Hong) dan alisnya bagai ulat sutera berbaring, wajahnya merah bagai buah Angco (kurma merah) yang masak, suaranya dalam bagai lonceng. Wan Siau bertanya, “Siapakah perwira itu?” dan Kong Sun Can memberitahukan bahwa dia adalah saudara angkat Liu Pei (Lau Pi). Wan Siau bertanya tentang pangkatnya dan dijawab oleh Kong Sun Can bahwa dia adalah seorang prajurit pemanah rendah dibawah komando Liu Pei.
Wan Siok adik Wan Siau berteriak, “Engkau mengecok kami? Engkau pikir tidak ada seorang Jenderal pun untuk tampil keluar? Betapa seorang pemanah berani menyombongkan diri secara liar. Usir orang itu dengan puntung!”. Tapi Cao Cao cepat-cepat menahannya dan berkata, “Jangan marah! Orang yang berani omong dan tampil, mestinya punya kemampuan tertentu. Biarlah dia memasuki gelanggang, anda dapat menghukumnya bila dia gagal”. Kwan Kong berkata, “Bila aku gagal anda boleh memenggal kepalaku”.
Cao Cao memintakan untuknya secawan arak panas sebelum keluar perang. Kwan Kong berkata, “Tuangkan arak itu, aku segera kembali”. Ia segera meninggalkan kemah, membawa goloknya dan meloncat diatas pelana kudanya. Mendengar suara riuh gendering dan teriakan yang memekakkan di luar pagar, mereka menjadi sangat takjub. Sebelum mereka dapat menyuruh orang untuk membawa berita, suara kerincing kelinting kuda telah terdengar dan Kwan Kong telah kembali. Ia melemparkan kepada Hwan Hiong ke tanah dan arak itu masih panas atau hangat.
Dengan semangat dan tekad beriman, dengan ajaran Nabi dan bijaksana sebagai hayatnya, dengan Kitab Chun Chiu sebagai cermin, dengan Ching Liong Eng Guat To (Golok Naga Hijau Mengejar Rembulan) di tangan dihancurkannya para perusuh-pemberontak, dibinasakan orang-orang durhaka dan penghianat, Demikianlah Panglima Kwan.
Kwan Kong dipuji karena kejujuran dan Kesetiaanya. Dia adalah lambang atau Suri taulada, Ksatria Sejati yang selalu menepati janji dan setia pada sumpahnya. Disamping itu Kwan Kong dipuji sebagai Dewa Pelindung Kesusasteraan, Dewa Palindung Rakyat dari malapetaka Peperangan.
Kwan Kong selalu berdoa :
1. Semoga Thian selalu menjadikan insan yang baik.
2. Semoga manusia selalu mengembangkan, mengemilangkan bathin yang baik.
3. Membaca kitab yang baik.
4. Berperilaku dan berbuat hal yang baik.
5. Melanggar kebenaran dan keadilan adalah berpangkal oleh tiadanya iman.
6. Genggam teguhlah sikap Tepat tengah yang luhur yang Sari pati, Yang Esa itu dengan ketulusan.
7. Mati hidup adalah firman. Kaya mulia adalah milik Thian/Tuhan Yang Maha Esa.
Yang Suci Kwan Kong pernah bersabda yang berbunyi :
“Walau jalan diatas api maupun mandi minyak panas akan saya tempuh dan jalani, untuk keselamatan umat manusia”.
Maha Besar Thian. Tuhan Yang Maha Esa, Khalik Semesta Alam, yang maha tinggi, yang menaungi dan mendukung semuanya sungguh sempurna kebajikan panglima Kwan, yang penuh satya, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, Tekun hidup sesuai Firman, memberkati dari banyak Rahmat bahagia, semoga semangat dan keluhuran budi panglima Kwan senantiasa semarak di dalam Roh Insani, menjadi rumah selamat dan jalan lurus di dalam penghidupan ini.
Wi Tik Tong Thian / Hanya Kebajikan Tuhan Berkenan.
Ham Yu Ie Tik / Sungguh Miliki Kebajikan Yang Satu.
Berikut adalah gelar-gelar kebesaran yang pernah diberikan oleh kaisar-kaisar kepada Kwan Kong :
Hiap Thian Siang Tee/ Maha Raja Agung dan Penenteram Langit diberikan oleh Kaisar Song (120 M).
Wen Heng Ti Tie Kun / Maha Raja Kesusasteraan yang abadi diberikan oleh Kaisar Yuan Mongol.
Cung Yi Ta Tie / Maha Raja Agung Yang Berbudi Setia diberikan sekitar tahun 1594.
Wu Shen Kwan Kong / Kwan Kong Orang Bijak Militer diberikan oleh Kaisar Cing Manchu.
Dewa Pelindung Kerajaan.
Bu An Tay Tee / Maharaja Pembela Keamanan.
Hok Mo Tau Tee / Maharaja Penakluk Iblis
Saat ini di China Kwan Kong sudah menjadi seorang Bodhisatva sehingga nama-Nya pun menjadi CIA LAN PHU SA.
SEMOGA BERMANFAAT

0 komentar

Post a Comment