Monday, February 15, 2016

 Sejarah Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya

 Sejarah Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya di jakarta
altar utama
Pada saat Raja Bimbisara berniat untuk memberikan tempat penginapan bagi Buddha Gotama dan para siswa-Nya, Buddha Gotama menyarankan agar tempat tersebut tidak terlalu jauh dari rumah/perkampungan penduduk, mudah dikunjungi oleh umat, pada siang hari tidak terlalu berisik dan pada malam hari agak sepi, tanpa keributan yang ditimbulkan oleh orang yang lalu-lalang, sesuai untuk mereka yang menjalankan kehidupan sebagai petapa (sāmaṇa), serta sesuai untuk dijadikan tempat tinggal seorang Arahat Sammāsambuddha.


Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya (VJDJ) didirikan pada saat umat Buddha di Indonesia khususnya di Jakarta sangat memerlukan sebuah tempat representatif yang selain dapat memenuhi kebutuhan spiritual umat Buddha, juga sebagai pusat pembinaan dan pendidikan keagamaan bagi pembina umat maupun umat awam. Pada saat umat Buddha melihat lokasi pembangunan vihara vihara pada masa-masa awal, banyak di antara mereka yang heran dan terkejut. Memang Buddha Gotama sendiri menganjurkan agar lokasi sebuah vihara sebaiknya di daerah yang tenang dan tidak berisik. Tetapi apakah mungkin daerah yang masih dipenuhi alang-alang setinggi manusia serta rawa-rawa ini akan dikunjungi oleh banyak orang? Adakah umat yang bersedia datang setiap harinya untuk mendanakan makanan kepada para bhikkhu yang tinggal di vihara?

Walaupun beberapa pihak menunjukkan sikap pesimis, tetapi berkat semangat dan usaha keras untuk dapat menciptakan sebuah vihara yang berkualitas, maka jadilah sebuah vihara yang kita lihat sekarang ini. Vihara yang terletak di Jalan Agung Permai XV Blok C-3, Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara ini merupakan vihara pertama yang telah memenuhi persyaratan sebuah vihara.

 Kehadiran VJDJ di tanah air telah membuat sejarah penting bagi umat Buddha Indonesia yang tidak dapat dilupakan. Tercatat Putra Mahkota Kerajaan Thailand, Prince Vajiralongkorndan Princess Mahachakri Sirindhorn pernah bernamakara di VJDJ ini. Begitu pula dengan pemimpin rakyat Kamboja,Prince Norodom Sihanouk. Sungguh merupakan kebanggaan bagi kita umat Buddha di Indonesia.Tetapi, mengapa dinamakan Jakarta Dhammacakka Jaya? Jakarta berasal dari kata Jaya Ing Karta, adalah nama Ibukota tercinta, yang berarti kejayaan dalam kemakmuran. Sedangkan Dhammacakka sendiri berarti Perputaran Roda Dhamma.

Pesan dari Sang Guru
Pada saat umat Buddha dari segala penjuru yang berkunjung ke Buddha Metta Arama semakin bertambah, vihara yang sudah dikelilingi oleh berbagai bangunan rumah ini dirasakan tidak mencukupi lagi. Maka timbullah niat untuk membangun vihara yang baru. Pada saat itu di Bangkok, Bhikkhu Sombat Pavitto atau yang akrab disebutBhante Sombat bersama denganDrs. Teja Suryaprabhava Mochtar Rashid tanpa sengaja diperkenalkan oleh Phrakru Wimon kepada Laksda Purn. TNI-AL Oyo Prayogo Kusno, seorang bendaharawan di sebuah kelenteng, Bogor. Pada saat membicarakan tentang pembangunan vihara, beliau tertarik untuk ikut membantu dengan menyumbangkan tanahnya di perkebunan teh Pamanukan Tugu, Puncak-Bogor untuk dibangun vihara. Untuk mengelola pembangunan vihara tersebut, maka dibentuk sebuah yayasan bernama Yayasan Paripurno Samiddhi. Laksda Purn. TNI-AL Oyo Prayogo Kusno bersama Khun Pot telah berhasil mengumpulkan dana, demikian pula dengan Bhante Sombat yang telah menyiapkan sketsa vihara serta bekerja membuat pondasi dan tiang. Akan tetapi, ternyata pembangunan tersebut tidak disetujui warga sekitarnya, sehingga Pemerintah daerah meminta agar menunda pembangunan tersebut. Namun demikian semangat mereka tidak berhenti sampai di situ. Pada suatu ketika Bhante Sombat dibantu dengan Kolonel Somchitdan Khun Suthat -atase militer dari Thailand yang juga seorang paranormal, mendapat vision dariAcharn Nirod, seorang pembimbing spiritual. Dikatakan bahwa di bagian Utara Jakarta, ada sebuah lokasi yang baik untuk dibuat vihara, lokasi tersebut pada zaman kuno pernah menjadi pusat kota. Disebutkan juga bahwa di lokasi tersebut tanahnya agak tinggi, terdapat sebuah pohon besar dengan sebuah kolam berair bening di bawahnya. Maka segeralah Bhikkhu Sombat Pavitto bersama Om Liem (Liem Tiang Sing, kemudian menjadiBhikkhu Piyadhammo, almarhum) berkeliling mencari tempat tersebut, saat itu awal tahun 1981. Om Liem mengendarai mobilnya sendiri mengantar Bhante Sombat mendatangi berbagai lokasi.

Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2 saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.

Dengan penuh semangat mereka pun segera mengurus ijin pembangunan vihara, dimulai dengan pembuatan gambar. Tetapi terjadi perdebatan mengenai bentuk vihara, ada pihak yang menginginkan bentuk vihara Thailand yang glamor tetapi di lain pihak menginginkan bentuk vihara yang sederhana tetapi anggun. Akhirnya diputuskan untuk membangun vihara yang seperti vihara sebelumnya yang pernah ada di Indonesia.Selanjutnya dibentuklah sebuah yayasan dengan nama Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya, di mana para pendirinya adalah delapan bhikkhu Indonesia selaku Badan Pengawas, Anton Haliman selaku Ketua Kehormatan, Oyo Prayogo Kusno selaku Ketua Umum, dan Drs. Teja Suryaprabhava Mochtar Rashid selaku sekretaris. Akhirnya berkat bantuan dari berbagai pihak, maka ijin tersebut berhasil didapat.

Selanjutnya Bhante Sombat mendirikan sebuah gubuk di sana dan mulai mendirikan Uposathāgāra dan Sīmā. Arsitek pada waktu itu adalah Ir. Rai Pratadaya dan Ir. Aswin Suganda. Setelah dikurangi untuk sarana jalan dan sebagian diminta oleh Kota Praja untuk pembuatan jalur hijau, akhirnya luas tanah tersebut menjadi 8.640 m2. Dana pembangunan vihara pun mulai mengalir dari berbagai pihak di antaranya dari Presiden ke-2 Republik Indonesia, H.M. Soeharto sebesar Dua Puluh Juta Rupiah, Departemen Agama sebesar Dua Juta Dua Ratus Ribu Rupiah, Pemerintah DKI Jakarta sebesar Enam Juta Rupiah, dan sumbangan umat Buddha Indonesia serta Thailand secara sukarela pada saat itu mencapai kurang lebih Dua Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah.
(sumber: Majalah Dhammacakka 15/1999 dengan perbaikan)

KEGIATAN
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan vihara, maka dibentuk Dayaka Sabha, yang memiliki masa bakti selama 2 (dua) tahun.Kegiatan rutin yang diadakan di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya antara lain :

Puja Bakti Umum : Minggu, pukul 09.09 - 11.00
Sekolah Minggu : Minggu, pukul 09.30 – 11.00
Puja Bakti Remaja : Minggu, pukul 09.30 – 11.00
Kelas Dhamma : Minggu, pukul 12.00 – 14.00
Puja Bakti Sore : Minggu, pukul 16.00 – 18.00
Puja Bakti Mahasathi : Sabtu, pukul 16.00 – 18.00
Pemeriksaan Kesehatan Gratis: Minggu, pukul 11.00 – 13.00
Sabtu Akhir Bulan, pukul 11.00 – 13.00
Pemberkatan Perkawinan : Sabtu, pukul 09.00 – 12.00
Kursus Bahasa Mandarin : Sabtu, pukul 10.00 – 12.00
Minggu, pukul 13.00 – 16.00
Latihan Meditasi : Rabu, Kamis, Jumat, pukul 19.00 – 21.00
Permohonan Sila : Hari Uposatha, pukul 05.30 – 06.00
Puja Bakti Uposatha : Hari Uposatha, pukul 19.00 – 21.00
Puja Bakti Lanjut Usia : Sabtu Akhir Bulan, pukul 10.00 - 12.00
Ulang Tahun Bersama : Minggu Akhir Bulan, pukul 11.30 – 12.30
Perpustakaan Narada : Selasa-Minggu, pukul 08.30 – 17.00
Bursa Dhammacakka : Senin-Minggu, pukul 08.30 – 16.00

Selain kegiatan-kegiatan rutin tersebut, Dayaka Sabha Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya juga menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara berkala setiap tahun, antara lain :

1.Perayaan Vesakha Puja
2.Perayaan Vesakha Atthami Puja 
3.Perayaan Asalha Puja
4.Perayaan Kathina dan Siripada Puja
5.Perayaan Magha Puja
6.Perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus
7.Perayaan HUT SIMA Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, yang jatuh pada tanggal 24 Agustus
8.Donor darah, diselenggarakan tiga bulan sekali. Biasanya dilaksanakan pada hari Minggu, pukul 11.00 – 13.00
9.Perayaan Tahun Baru Masehi

Sekretariat:
Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya
JI. Agung Permai XV Blok C No.12, Sunter Agung Podomoro
Jakarta utara 14350.
Telp. (021) 64716739-6414304
Fax.  (021) 6450206
Email : cakka@centrin.net.id

1 komentar: