Empat Ajaran Liao-Fan
Karya Asli Liao-Fan Dinasti Ming Diinterpretasikan oleh Huang Zhi-Hai
Tuan Yuan Liao-Fan menulis “Empat Ajaran Liao Fan” di tiongkok pada abad ke-16. Buku ini dimaksudkan untuk mengajarkan anaknya, Yuan Thian Chi, bagaimana memahami takdir yang sebenarnya, membedakan yang baik dan yang buruk, dan cara
memperbaiki kesalahan seseorang dan menjalankan kebajikan, Selain itu, karya ini memberikan bukti-bukti nyata tentang hasil dan manfaat yang diterima oleh orang-orang yang menjalankan kebajikan, mengembangkan jasa-jasa baik, dan rendah hati. Bercerita berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri dalam merubah takdir, Liao-fan merupakan wujud hidup dari ajarannya.
Setelah membaca buku yang indah ini, orang akan bisa merasa lebih terbuka dan percaya diri dalam menjalani hidup, dan pada saat yang sama, berani untuk mengikuti teladan Liao-Fan yang berhasil mengubah takdirnya. “Empat ajaran Liao Fan” benar -benar buku yang sangat langka, yang bukan hanya tak ternilai manffatnya bagi kebutuhan spiritual, tetapi juga akan mampu mereformasi sikap- sikap tidak sehatdi masyarakat dewasa ini.
Ketika membaca, orang mungkin bertanya-tanya mengapa orang Tiongkok begitu mementingkan ujian pada masa itu. Pada masa lampau, belajar merupakan hal yang paling terhormat, sedangkan pekerjaan lain dianggap tidak terpandang. Pemerintahan Tiongkok memilih pejabat negara melalui sistem meritokrasi. Banyak tingkatan dalam ujian negara yang diadakan bagi mereka yang ingin mengikutinya. Sangat sulit untuk dapat lulus, orang harus sangst terpelajar dan berbakat dalam menulis karangan.
Mereka yang lulus mempunyai kesempatan mempunyai kesempatan mendapat kenaikan pagkat ke jabatan yang lebih penting, hidup kaya , dan terkenal. Mereka yang tidak lulus tidak akan terkenal, tidak perduli betapa pandai dan cakapnya mereka. Itulah sebabnya banyak anak muda pada masa itu mencurahkan hati untuk belajar guna mngikuti ujian kekaisaran demi mendapatkan masa depan yang cerah.
Karena aslinya ditulis dalam bahasa Tiongkok kuno, karya Liao-Fan ini cenderung puitis dan pendek, membuatnya sulit dibaca dan dipahami. Pada awal 1900-an, Tuan Huang Zhi-Hai menambahkan ulasan terperinci terhadap karya tersebut menggunakan bahasa mandarin kontemporer. Edisi buku “Empat Ajaran Liao-Fan” yang telah mendapat ulasn dari Huang Zhi-Hai itu menjadi sangat populer dan bermanfaat bagi banyak orang di masanya. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, edisi Huang Zhi-Hai tersebut juga menjadi sulit untuk dicerna pembaca masa sekarang, karenanya manfaat buku itu menjadi sangat berkurang.
Melihat keadaan yang kurang mengembirakan ini, yayasan”Empat Ajaran Liao-Fan”, yang mengabdikan diri untuk menyusun kembali, melakukan penyutingan dan mencetak ulaang buku tersebut, mulai mendana penyutingan “Penjelasan Ringkas Empat Ajaran Liao-Fan.” Sebagai hasilnya mereka menerbitkan edisi “Empat Ajaran Liao-Fan” yag telah diperbaharui. Buku-buku terbitan selanjutnya merupakan suntingan lanjutan dari hasil kerja yayasan tersebut. Kami harap setiap orang mempelajari semangat Liao-Fan dalam mengubah takdir dan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi individu, masyarakat, bangsa, dan seluruh umat manusia di bumi ini.
Ajaran Pertama :
Belajar Menciptakan Takdir
Narator: “Menciptakan takdir” berarti membentuk nasib dan bukannya menjadi terikat olehnya. Ajaran “Belajar Menciptakan Takdir” membicarakan prinsip dibalik nasib dan pengetahuan yang diperlukan untuk merubahnya. Dengan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan upaya-upaya yang dilakukannya dalam mengubah takdir, Liao-Fan mengajari anaknya, Tian-Chi, untuk tidak terikat oleh nasib, tetapi sebaliknya berusaha sekuat tenaga untuk mempraktekkan kebajikan dan mengikis habis perbuatan yang salah.
Orang jangan menolak berbuat baik semata-mata karena tindakan tersebut kelihatannya tidak berarti maanfaatnya, atau melakukan kejahatan hanya karena tampak sepele. Jika dilakukan dengan cara yang benar, dapat dipastikan bahwa takdir seseorang akan berubah. Sering dikatakan “Dengan menahan diri dari tindakan yang salah dan melaksanakan segala perbuatan baik, malapetaka juga akan menyingkir dan nasib baik berdatangan.” inilah prinsip di balik penciptaan nasib seseorang.
Liao-Fan: Ayah meninggal ketika saya masih kecil dan ibu membujuk saya untuk belajar ilmu pengobatan daripada menjadi seorang sarjana.
Ibu: Belajar ilmu pengobatan merupakan jalan yang baik untuk menyokong dirimu sendiri dan menolong orang lain. Selain itu, dengan keahlian seperti itu, engkau tidak perlu khawatir lagi dalam mencari nafkah dan bahan bisa terkenal dangan ilmu pengobatanmu. Ayahmu juga selalu berharap seperti itu.
Liao-Fan: Suatu hari, dikuil Awan Welas Asih, saya bertemu orang tua yang berpenampilan luar biasa dan berjenggot panjang. Dia begitu mirip petapa suci sehingga saya cepat-cepat memberi hormat padaya. Orang tua itu berkata pada saya....
Orang Tua: Engkau ditakdirkan menjadi pejabat negara. Engkau dapat mencapai kedudukan Sarjana Terpandang Tingkat Pertama tahun depan, teteapi mengapa engkau tidak belajar untuk mengikuti ujian?
Liao-Fan: Jadi saya amenceritakan padanya bagaimana ibu menyarankan daya berhenti berusaha menjadi sarjana dan sebaliknya mempelajari ilmu pengobatan. Kemudian saya menanyakan nama, tempat lahir dan tempat tinggalnya. Dia menjawab....
Orang Tua: Nama panggilan saya Kong. Saya datang dari Propinsi Yunnan. Saya mewarisi pengetahuan dari Tuan Shao, orang yang mengembangkan seni meramal. Menurut perhitungan, saya seharusnya meneruskannya kepadamu.
Liao-Fan:Saya membawa Tuan Kong ke rumah saya dan memberitahu ibu mengenainya. Ibu berpesan untuk memperlakukannya dangan baik dan berkata....
Ibu: Karena Tuan Kong begitu ahli dalam seni meramal masa depan, dia harusnya juga mengetahui masa lalu kita. Mari kita tanyakan padanya dan uji keasliannya.
Liao-Fan: Hasilnya, saya menemukan perhitungan Tuan Kong sangat tepat bahkan untuk hal-hal kecil. Setelah mendengar nasehatnya, kembali terpikir oleh saya untuk belajar. Saya kemudian meminta nasehat sepupu saya Shen-Chen. Dia memberiku saran....
Sepupu: kawanku, Tuan Yu Hai-Gu sedang mengajar di rumah Sheng Yo-Fu. Saya dengan senang hati akan membawa kamu ke sana untuk menumpang tinggal dan belajar.
Liao-Fan: Itulah ceritanya bagaimana saya menjadi murid Tuan Yu,. Kembali, Tuan Kong membuat ramalan untukku.
Tuan Kong: Sebagai murid, engkau akan memperoleh rangking ke-14 dalam ujian kabupaten, rangking ke-71 dalam ujian daerah, dan rangking ke-9 dalam ujian propinsi.
Liao-Fan: Tahun berikutnya, pada tiga tempat pelaksanaan ujian itu, saya mendapatkan rangking persis dengan yang diramalkan Tuan Kong. Kemudian Tuan Kong membeberkan ramalan bagi seluruh hidup saya.
Tuan Kong: Engkau akan lulus ujian ini dan ujian itu pada tahun sekian dan sekian: engkau akan menjadi pegawai negeri ditahun sekian, dan pada tahun sekian engkau akan mendapatkan kenaikan pangkat. Akhirnya, engkau akan ditunjuk sebagai hakim dipropinsi Sechuan. Setelah menjadi hakim selama 3½ tahun, engkau akan meletakan jabatan dan kembali ke kampung halaman. Pada umur 53 tahun engkau akan mati sekitar pukulo 01.00 pagi di bulan ke-8 tanggal 14. sayang sekali engkau tidak akan mempunyai anak.
Liao-Fan: Saya mencatat dan mengingat semua perkataannya. Sejak itu, hasil setiap ujian yang saya ikuti ternyata sesuai dengan ramalan Tuan Kong. Tuan Kong meramalkan saya baru akan dinaikkan jabatan setelah menerima upah seberat 91 goni dan 5 gantang beras. Akan tetapi, hanya menerima 71 goni beras, saya telah mendapat rekomendasi kenaikan pangkat dari Tuan Tu, pejabat senior bidang pendidikan. Ini membuat saya diam-diam mulai meragukan ramalan-ramalan Tuan Kong.
Liao-Fan: Akan tetapi, ramalan Tuan Kong pada akhirnya ternyata tepat, sebab rekomendasi tadi ditolak Tuan Yang, atasan Tuan Tu. Hingga beberapa tahun kemudian, saat Tuan Ying Chiu-Min melihat hasil ujian saya terdahulu dan berseru....
Tuan Ying: Kelima karangan singkat ini sungguh bagus, sama baiknya dengan laporan untuk kaisar sendiri! Bagaimana mungkin kita dapat mengubur karya sarjana sehebat ini?
Liao-Fan: Tuan Ying memerintahkan pengadilan mengeluarkan surat perintah resmi bagi saya untuk dijadikan kandidat “siswa kerajaan” di bawah otoritas beliau. Setelah menjalani kenaikan pangkat yang bersejarah ini, perhitungan menunjukkan bahwa saya telah menerima persis 91 goni dan 5 gantang beras. Sejak itu, apakah itu kenaikan pangkat, promosi atau pun peningkatan jumlah kekayaan, saya betul-betul percaya bahwa semuanya terjadi sesuai dengan waktunya. Bahkan umur orangpun sudah ditakdirkan.
Saya mulai melihat bahwa segalanya ini sudah pasti, dan berhenti untuk mencari kemenangan dan keuntungan. Setelah terpilih sebagai salah seorang siswa kerajaan, saya diharuskan memasuki Universitas Beijing. Tahun-tahun di ibukota, minat saya untuk bermeditasi tumbuh dan saya sering duduk diam tanpa memikirkan apa pun, saya kehilangan minat terhadap buku dan berhenti belajar sama sekali.
Sebelum memasuki Universitas Nasional di Nanjing, saya berkunjung kepada Yun Gu, seorang guru Zen yang telah cerah, di pegunugan Chishia. Kami duduk saling berhadapan di dalam Aula Zen selama tiga hari tiga malam tanpa tidur. Guru Yun-Gu akhirnya bertanya kepada saya....
Guru Yun-Gu: Orang biasa tidak mampu mencapai tingkat kesucian karena mereka terlalu banyak memiliki pikiran yang berkeliaran dan palsu. Dalam meditasi tiga hari yang kita jalankan, saya tidak melihat sedikit pun adanya pikiran yang bercabang dalam diri Anda. Bagaimana bisa begitu?
Liao-Fan: Saya menjawab, “Tuan Kong telah meramal dengan tepat semua yang akan terjadi dalam hidup saya. Saya telah mengerti bahwa hidup, mati, promosi, dan kegagalan sudah ditakdirkan. Tidak ada gunanya bagi saya untuk memikirkan atau berusaha mendapatkannya. Itulah sebabnya Guru tidak melihat adanya pikiran yang berkeliaran dalam diri saya.” Guru Yun-Gu tertawa.
Guru Yun-Gu: Tadinya saya pikir engkau orang yang punya kemampuan luar biasa! Sekarang saya sadar engkau bukan siapa-siapa melainkan cuma orang awam, dan rata-rata.
Liao-Fan: Merasa bingung atas perkataan Gru Yun-Gu, saya memohon penjelasan darinya.
Guru Yun-Gu: Batin orang rata-rata selalu ditempati oleh pikiran yang melantur dan khayalan, sehingga secara alamiah kehidupan mereka diikat oleh hawa yin-yang, dan nasib. Kita tidak dapat menyangkal bahwa takdir itu memang ada, namun hanya orang-orang biasa yang terikat olehnya. Takdir tidak dapat mengikat mereka yang mengembangkan kebajikan agung.
Narator: Jasa-jasa baik yang berhasil dikumpulkan dari perbuatan-perbuatan besar sedemikian agungnya sehingga nasib 'asli' juga dapat berubah menjadi lebih baik dengan melakukan perbuatan- perbuatan itu.
Guru Yun-Gu: Jasa-jasa yang dikumpulkan sesungguhnya dapat mengubah takdir mereka dari penderitaan kepada kebahagiaan, dari kemiskinan kepada kemakmuran, dan umur pendek menjadi umur panjang. Demikian pula halnya, takdir tidak dapat menjamin mereka yang melakukan perbuatan yang luar biasa jahatnya.
Narator: Kejahatan yang berat dan kuat dapat menghancurkan hidup orang yang dipenuhi kemakmuran dan nasib baik karena akibat kejahatan itu akan merusak takdirnya semula. Hidup orang itu dappat berubah dari baik menjadi buruk.
Guru Yun-Gu: Selama 20 Tahun belakangan ini, engkau menjalani hidup sesuai dengan ramalan Tuan Kong dan tidak melakukan apapun untuk mengubahnya. Engkau malah terjerat oleh nasibmu sendiri. Jika engkau bukan orang biasa, lalu siapa lagi?
Liao-Fan: Terkejut, saya bertanya lebih lanjut padanya,”Menurut Guru, apakah betul orang bisa mengubah nasibnya, bahwa orang bisa lolos dari jeratan nasib?” Guru Yun-Gu menjawab…..
Guru Yun-Gu: Nasib dibuat oleh diri sendiri. Baik atau buruk nasib kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Jika berbuat kejahatan, bencana pasti datang. Jika mengembangkan kebajikan, nasib baik akan menghampiri. Semua itu tertulis dalam kitab-kitab agung kuno tentang kebijaksanaan. Dalam ajaran Agama Buddha tertulis bahwa jika orang berharap menjadi kaya, punya jabatan, anak laki-laki, anak perempuan, atau umur panjang, ia bisa mendapatkannya. Ia Cuma perlu mengembangkan kebajikan untuk bisa lepas dari jeratan nasib. Karena ucapan yang tidak benar merupakan pelanggaran yang berat dalam ajaran Agama Buddha, kita boleh merasa yakin bahwa pernyataan itu bukanlah omong kosong. Para Buddha dan Bodhisattva tidak mempunyai alasan untuk membohongi kita.
Liao-Fan: Saya tidak begitu paham dengan apa yang dimaksudnya dengan “mencapai semua yang dicita-citakan”, jadi saya bertanya lagi padanya. Mencius pernah berkata….
Mencius: Apa saja yag dicari bisa didapatkan. Pencarian itu ada dalam diri kita sendiri.
Liao-Fan: Ini merujuk kepada kualitas-kualitas sebelah dalam seperti kebajikan, hati yang tulus dan moralitas. Ini semua merupakan kualitas yang dapat kita raih. Akan teteapi ketika menyangkut unsur- unsur dari luar seperti kekayaan, ketenaraan, dan nama baik, bagaimana kita dapat berusaha untuk mendapatkannya? Bukankah hal ini harus dianugerahkan orang lain supaya dapat tercapai? Guru Yun-Gu menjawab….
Guru Yun-Gu: Mencius benar, tetapi engkau salah memahaminya. Hui-Neng, Sesepuh Keenam Aliran Zen mengajarkan bahwa…..
Sesepuh Keenam Hui-Neng: Semua lapangan jasa ada di dalam hati. Jika mencari disebelah dalam, orang dapat berhubungan dengan semua nasib baik dan malapetaka. Yang di luar hanyalah refleksi dari yang di sebelah dalam.
Guru Yun-Gu: Dengan mencari di dalam diri masing-masing, kita tidak hanya memperoleh kualitas- kualitas spiritual seperti kebajikan, ketulusan hati, dan moralitas, namun juga kekayaan, kemasyhuran, dan martabat.
Narator: Jika kemakmuran, kemasyhuran, dan martabat telah melekat dalam takdir seseorang, maka orang tersebut akan mencapainya bahkan meskipun ia tidak mengejarnya. Jika tidak, orang tidak akan mendapatkannya meskipun dengan tipu muslihat dan rencana yang matang.
Guru Yun-Gu: Oleh karena itu, jika orang tidak dapat berrefleksi pada hatinya sendiri melainkan Cuma secara membuta mengejar kemasyhuran, nasib baik, dan umur panjang dari sumber-sumber luar, usahanya ini Cuma akan sia-sia. Seperti yang pernah dikatakan Mencius…
Mencius: Dalam berupaya,orang harus mengikuti jalan yang benar. Dalam meraih, orang meraih apa yang berhak didapatkannya sesuai dengan nasibnya.
Narator: Pada akhirnya, apa pun yang telah dicapai teteap merupakan bagian dari takdir orang itu sendiri.
Guru Yun-Gu: jika orang mencoba mendapatkan kualitas-kaulitas ini dari luar, bahkan melakukan perbuatan buruk untuk mendapatkannya, maka orang itu tidak hanya akan kehilangan kualitas- kualitas sebelah dalamnya, seperti kebajikan dan ketulusan, teteapi nasib baik yang telah ada sebelumnya. Bahkan kejahatan yang dilakukan karena adanya ketamakan unutk memperoleh lebih banyak, dapat mengurangi rejeki yang ada dalam takdirnya semula. Dari sini, kita dapat melihat bahwa tidak ada manfaat yang diperoleh dari pencarian secara membuta. Apa yang telah diramal Tuan Kong tentang hidupmu?
Liao-Fan: Saya katakana padanya semua yang telah diramalkan secara terperinci, mulai dari rangking yang saya dapatkan dalam ujian, sampai pengangkatan saya sebagai pejabat hingga tanggal saya mati.
Guru Yun-Gu: Menurut penilaianmu sendiri apakah engkau patut menerima jabatan di kerajaan atau pun seorang anak?
Liao-Fan: Saya merenungkan dengan cukup lama perbuatan-perbuatan dan sikap saya di masa lalu. Namun kemudian saya menjawab, “ Tidak, saya tidak merasa pantas mendapatkan jabatan di kerajaan maupun seorang anak. Mereka yang mendapatkan jabatan di istana, semuanya memiliki tampang orang yang bernasib baik, sedangkan saya tidak. Saya juga tidak memupuk kebajikan untuk mengembangkan nasib baik. Saya orang yang tidak sabar, tidak toleran, dan tidak disiplin, kalau bicara juga tidak terkendali. Saya juga memiliki rasa keangkuhan dan rasa sombong yang tinggi. Ini semu merupakan tanda nasib yang kurang baik dan kurangnya jasa-jasa baik. Bagaimana mungkin saya bisa mendapatkan jabatan di istana?”
Narator: Selanjutnya, kita akan melihat mengapa Liao-Fan tidak mempunyai anak. Suka akan kebersihan merupakan hal yang baik, tapi itu dapat menjadi masalah jika orang menjadi terobsesi oleh kebersihan. Ada pepatah tua yang mengatakan, “Hidup berasal dari debu di bumi dan air yang terlalu bersih sering tidak ada ikannya.”
Liao-Fan: Alasan pertama mengapa saya merasa tidak berhak mendapatkan seorang putra adalah saya terlalu terikat dengan kebersihan, yang menyebabkan saya kurang memiliki perhatian pada orang lain. Alasan kedua adalah....
Narator: ... keserasian merupakan pemekar semua kehidupan.
Liao-Fan: Saya mempunyai watak yang mudah marah. Alasan ketiga didasarkan pada prinsip bahwa...
Narator: ... kasih sayang adalah dasar untuk mendapatkan keturunan, dan kekasaran merupakan akar kemandulan.
Liao-Fan: Saya terlalu menjaga nama baik saya dan tidak mau berkorban sedikit pun untuk kepentingan orang lain. Alasan keempat adalah bahwa saya berbicara terlalu banyak sehingga menghabiskan banyak tenaga (chi). Alasan kelima adalah bahwa saya suka menegak minuman keras yang melemahkan jiwa saya.
Narator: Untuk tetap sehat, orang jarang tidur di siang hari lalu tidak tidur hingga larut malam.
Liao-Fan: Alasan keenam saya tidak mempunyai anak laik-laki adalah kebiasaan saya tidk tidur hingga jauh malam, saya tidak mengerti bagaimana caranya menghemat tenaga saya. Di samping itu, saya mempunyai banyak kelemahan lainnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Guru Yun-Gu kemudian berkata....
Guru Yun-Gu: Jadi menurutmu, ada banyak hal dalam hidup ini yang tidak patut engkau terima, tidak hanya ketenaran dan anak!
Narator: Nasib baik dan nasib buruk keduanya dibentuk dari dalam hati. Orang bijaksana tahu bahwa semua yang berhasil mereka capai ataupun gagal mereka capai dalam hidup ini adalah hasil dari perbuatan dan pikiran mereka sendiri. Hanya orang bodoh dan tidak mengerti yang menganggap semua itu adalah nasib dan takdir!
Guru Yun-Gu: Mereka yang mempunyai uang jutaan dalam hidup ini pasti telah mengembangkan nasib baik yang setara dengan jumlah uang itu di masa lalu. Mereka yang memiliki uang ribuan, pasti telah mengembangkan nasib baik yang setara dangan hasil tersebut. Mereka yang mati kelaparan, menerima hal itu karena setimpal dengan perbuatan mereka di masa lalu. Kita harus memahami bahwa pikiran dan perbuatan orang-orang itudi masa lalu menciptakan nasib mereka di saat ini; hasil karma hari ini semata-mata buah dari perbuatan mereka. Langit sekedar menghukum orang yang berbuat kejahatan dengan penderitaan yang patut mereka terima dan menganugerahkan nasib baik bagi mereka yang memang berhak.
Narator: bagian selanjutnya adalah nasihat Guru Yun-Gu kepada Liao-Fan, dengan menggunakan pandangan orang awam,guna meyakinkannya untuk berbuat kebajikan.
Guru Yun-Gu: Memiliki anak sama dengan memiliki buah yang tumbuh dari benih. Jika benih tertanam dengan baik, buahnya akan tumbuh dengan baik pula. Jika benih tidak tertanam dengan baik, maka buah yang dihasilkan juga tidak akan baik. Contohnya, jika seseorang telah cukup mengumpulkan jasa baik dan kebajikan untuk seratus keturunan, maka dia akan mempunyai keturunan yang akan berlangsung hingga seratus generasi.
Ia yang telah mengumpulkan jasa-jasa dan kebajikan untuk sepuluh keturunan, akan mendapatkan keturunan hingga sepuluh generasi untuk menikmati hasil baik tersebut. Prinsip yang sama berlaku bagi mereka yang memiliki tiga keturunan atau dua keturunan. Bagi mereka yang tidak mempunyai keturunan sama sekali, itu dikarenakan mereka tidak cukup mengumpulkan jasa-jasa baik dan kebajikan. Bahkan, bisa jadi mereka malah telah memupuk kejahatan!
Sekarang,setelah mengenali kelemahan-kelemahan diri sendiri, engkau dapat berusaha untuk mengubah dan memperbaiki perbuatan-perbuatan salah yang telah menyebabkan engkau tidak mempunyai anak dan tidak dapat menjadi pejabat di istana. Engkau harus berupaya mengembangkan kebajikan dan tenggang rasa, memperlakukan orang lain dengan penuh welas-asih dan harmoni. Di samping itu jagalah kesehatan dan hematlah tenaga serta semangatmu.
Hiduplah seolah-olah semua yang berasal dari masal lalu telah buyar kemarin, dan semua yang akan datang dimulai hari ini. Jika mampu mencapai ini, engkau telah menjadi orang yang baru dilahirkan kembali. Jika tubuh fisik kita saja di atur oleh nasib, bagaimana mungkin pikiran yang penuh kebajikan dan dispilin tidak mendapatkan tanggapan dari langit? Seperti yang tertulis dalam bab Tai Ja dalam kitab tiongkok tentang sejarah....
Narator:”orang bisa saja lari dari apa yang ditentukan oleh langit, tetapi ia tidak akan lepas dari akibat perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukannya.” Dengan kata lain,orang dapat merubah hukuman yang harus diterima akibat perbuatan masa lalu, tetapi jika ia terus bersikap tidak bermoral maka tidak akan ada jalan baginya untuk menghindari malapetaka.
Guru Yun-Gu: ini juga tertulis dalam kitab syair-syair...
Narator: “Orang-orang harus terus merenungkan dengan sungguh-sungguh pikiran dan tindakan mereka apakah telah sesuai dengan jalan langit. Jika ia berlatih tekun dengan cara ini, nasib baik juga akan datang tanpa perlu dikejar. Pilihan untuk mendapatkan nasib baik atau kesengsaraan semata- mata terserah pada masing-masing individu.”
Guru Yun-Gu: Tuan Kong telah meramalkan bahwa engkau tidak akan menerima pengangkatan dari kaisar dan tidak akan mempunyai anak. Kita dapat menganggap hal tersebut sebagai ketetapan dari langit, namun itu pun tetap dapat diubah. Engkau hanya perlu memeperbaiki jalanmu yang tidak benar, melakukan perbuatan-perbuatan baik dan berusaha mengumpulkan jasa-jasa dan kebajikan. Itu merupakan transaksi dirimu sendiri untuk menciptakan nasib baik, tidak seorang pun dapat merampasnya darimu. Bagaimana mungkin engkau tidak akan dapat menikmatinya?
Narator: I Ching,Kitab tentang perubahan, ditulis untuk menolong orang-orang yang baik
hati memperoleh nasib baik dan terhindar dari kemalangan.
Guru yun-Gu: Jika semua telah ditakdirkan tanpa menyisakan tempat bagi perubahan, bagaimana bisa kita memperbaiki nasib, mendatangkan keberuntungan dan menghindari kemalangan? Bab pertama dari I Ching, Kitab Tentang Perubahan juga menyatakan...
Narator: “Keluarga-keluarga yang sering melakukan kebajikan akan membuka pintu kepada nasib baik yang berlimpah untuk dilanjutkan pada keturunan mereka selanjutnya.”
Guru Yun-Gu: Engkau percaya akan hal ini?
Liao-Fan: Saya mengerti dan percaya pada Guru dan dengan penuh rasa terima kasih saya memberi hormat padanya. Lalu di depan pratima Buddha saya mulai menyesali semua tindakan-tindakan saya yang salah di masa silam, baik kesalahan besar maupun kecil. Saya mencatat harapan saya untuk dapat lulus ujian negara dan bersumpah untuk meyelesaikan 3.000 perbuatan bajik untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada para leluhur, bumi dan langit. Mendengar sumpah saya,
Guru Yun-Gu menunjukkan pada saya sebuah gambar dan mengajarkan bagaimana membuat catatan harian dari perbuatan baik dan perbuatan jahat yang saya lakukan. Dia memberitahukan saya bahwa perbuatan jahat dapat menetralisir jasa-jasa yang telah saya kumpulkan dari perbuatan baik. Guru juga mengajarkan saya bagaimana melafalkan mantra Jwun Ti (Cundi); suatu cara untuk melatih pikiran untuk berkonsenterasi pada satu tujuan. Hanya dengan pikiran yang murni dan tidak terpencar-pencar, apa yang saya cari dapat menjadi kenyataan. Guru Yun-Gu lalu berkata...
Guru Yun-Gu: Engkau juga dapat mempelajari cara yang benar dalam mempraktekkan seni menulis mantra. Dikatakan, “Mereka yang dianggap ahli dalam seni menulis mantra tapi tidak tahu cara yang benar untuk melakukannya akan ditertawakan oleh para dewa dan mahluk halus...”Rahasia dibalik penulisan mantra adalah tidak adanya pikiran apa pun dibenak penulisnya dari awal hingga akhir.
Dalam proses penulisan, tidak boleh ada satu pikiran salah pun yang muncul; bahkan pikiran-pikiran yang baik sekalipun juga harus ditinggalkan. Hanya dalam keadaan demikian suatu mantra dapat berhasil. Ketika meminta atau mencari sesuatu untuk mengubah takdir, sangatlah penting untuk melakukanya dengan pikiran yang hening. Dengan cara ini, keinginan dapat dengan mudah terpenuhi.
Guru Yun-Gu: Mencius menguraikan dalam kaidah-kaidah pembentukan takdir bahwa...
Mencius: Tidak ada perbedaan anatara umur panjang dan umur pendek.
Guru Yun-Gu: Sekilas, orang akan sukar memahami hal ini. Bagaimana umur panjang bisa sama dengan umur pendek? Pada kenyataannya, jika melihat kedalam hati kita sendiri, kita tidak akan menemukan dualitas, tidak ada bedanya. Kita akan melihat semuanya ini dengan tidak membeda- bedakan, dan menjalankan hidup bermoral, baik di masa senang maupun sulit. Jika dapat berlatih dengan cara ini, orang akan dapat menguasai takdir kesejahteraan dan kemelaratan. Oleh sebab itu, jika telah mampu membentuk takdir kita sendiri. Tidaklah penting lagi apakah pada saat ini kita kaya atau miskin.
Narator: Seperti halnya orang kaya tidak boleh bertindak ceroboh dalam pikiran dan tindakannya karena ia kaya, orang miskin juga jangan melakukan kejahatan karena ia miskin. Dalam kedua keadaan itu, orang harus memenuhi tanggung jawabnya dalam masyarakar dan menjadi orang yang dipenuhi kebajikan.
Guru Yun-Gu: Jika orang dapat mempraktekkan moralitas pada keadaan apa pun, maka dia pasti akan dapat merobah hidup yang miskin menjadi kaya, dan hidup yang kaya menjadi kemakmuran yang lebih panjang lagi. Orang harus memandang umur panjang sama dengan umur pendek. Orang yang telah tahu ia berumur pendek jangan berpikir, “Saya toh akan mati, jadi tidak ada gunanya berbuat kebaikan. Lebih baik mencuri dan membunuh untuk keuntungan saya selagi masih bisa.”
Narator: Sebaliknya, orang yang telah tahu ia berumur pendek harus lebih rajin dalam berbuat baik, dengan harapan memperoleh umur lebih panjang pada kehidupan yang akan datang, dan bisa saja jasa-jasa kebajikannya itu malah akan memperpanjang umurnya pada kehidupan yang sekarang.
Guru Yun-Gu: Orang yang berumur panjang jangan berpikir, “Saya mempunyai banyak waktu di dunia ini, tidaklah menjadi masalah jika sesekali saya berbuat jahat.”
Narator: Umur panjang tidak datang dengan mudah. Itu harus disyukuri dan dimanfaatkan untuk mengumpulkan lebih banyak lagi kebajikan dan jasa-jasa baik. Kalau tidak, kita mungkin sedang memperpendek umur kita yang panjang.
Guru Yun-Gu: Orang yang mengerti prinsip ini, akan mampu merubah umur pendek menjadi umur panjang dengan berbuat baik.
Persoalan hidup dan mati merupakan masalah yang paling kritis dalam hidup ini. Oleh karena itu, umur panjang dan umur pendek juga merupakan masalah paling penting bagi kita. Prinsip yang sama juga berlaku pada kemakmuran dan kemiskinan, reputasi baik dan buruk. Persoalan hidup dan mati mencakup semua ini.
Narator: Itulah sebabnya Mencius tidak menyinggung masalah-masalah itu dalam membabarkan kaidah pembentukan nasib,karena ia telah membicarakan umur panjang dan pendek yang mencakup semua persoalan itu.
Liao-Fan: Guru Yun-Gu lalu menceritakan kepada saya ajaran Mencius untuk memperbaiki diri sendiri.
Guru Yun-Gu: Orang yang hendak memperbaiki diri perlu melakukannya setiap hari, penuh perhatian pada tingkah lakunya setiap saat, dan memastikan jangan sampai terjadi pelanggaran. Soal mengubah takdir tergantung pada upaya pengumpulan jasa-jasa baik, upaya untuk mendapatkan tanggapan dari langit. Dalam upaya memperbaiki diri, orang perlu menyadari kesalahannya sendiri dan bertekad untuk mengobatinya seperti menyembuhkan penyakit.
Kegigihan sangat dibutuhkan dan pencapaian akan datang saat latihan kita telah matang dan ranum. Dalam hal ini, takdir pasti akan berubah ke arah yang lebih baik. Kia harus mengakhiri semua kebiasaan dan pikiran buruk. Akan merupakan pencapaianyang hebat jika manfaat sesungguhnya dari ajaran ini dapat dirasakan saat orang mencapai keadaan 'tanpa pikiran'.
Orang duniawi bisanya bertindak mengikuti pikrian mereka. Apa saja yang dari 'pikiran' tidaklah alami. Saya tahu engkau masih belum mampu mencapai keadaan 'tanpa pikiran', tetapi jika berlatih melafal mantra Jwun Ti terus-menerus, engkau akan terbantu dalam mengatasi pikiran yang melantur. Saat sedang melafalkan, jangan memikirkan pelafalan itu, tetapi dengan penuh kesadaran dan tekun melafalkan tanpa kemelekatan sedikit pun. Mantra itu akan efektif saat pelafalan itu telah menjadi alami.
Narator: Intisari latihan ini hanya akan dimengerti jika orang sudah mempraktekkannya
Liao-Fan: Dahulu nama saya adalah Shuei Hai, yang berarti “pengetahuan luas”, tetapi setelah menerima ajaran-ajaran ini dari Guru Yun-Gu, saya mengubahnya menjadi Liao-Fan, yang mempunyai makna “melampaui yang biasa”. Itu mencerminkan pengertian saya terhadap kebenaran bahwa kita membentuk takdir kita sendiri, dan bahwa saya tidak ingin seperti manusia duniawi yang membiarkan takdir mengendalikan hidup mereka.
Sejak itu, saya mulai menjadi sadar setiap saat terhadap apa yang saya pikirkan dan lakukan. Saya menjadi sangat waspada dan berhati-hati dalam berpikir atau pun bertindak. Dalam waktu singkat, saya menemukan perubahan dalam diri saya. Dulu, saya terbiasa ceroboh, hidup terombang-ambing, dan sama sekali tidak memiliki disiplin diri.
Sekarang saya melihat diri saya menjadi penuh rasa hormat dengan sewajarnya, berhati-hati dan konservatif dalam setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan. Saya mempertahankan sikap ini bahkan ketika sedang sendiri, karena saya tahu para dewa dan makhluk halus ada di mana-mana dan akan mengetahui setiap tindakan dan pikiran saya. Bahkan saat bertemu dengan orang-orang yang tidak menyukai dan memfitnah saya, saya dapat menerima hinaan mereka dengan sabar, dengan pikiran yang damai, dan sama sekali tidak merasa perlu untuk bertengkar dengan mereka.
Tahun setelah saya bertemu Guru Yun-Gu, saya mengikuti ujian awal kerajaan yang menurut ramalan Tuan Kong akan saya lewati dengan rangking ketiga. Sungguh menakjubkan! Saya memperoleh rangking pertama! Ramalan Tuan Kong mulai kehilangan ketepatannya. Dia bahkan tidak meramalkan saya akan lulus ujian negara teteapi pada musim gugur itu, saya berhasil. Tidak satu pun dari semua ini merupakan bagian dari takdir saya semula. Guru Yun-Gu berkata…
Guru Yun-Gu: Takdir dapat dirobah.
Liao-Fan: Sekarang saya lebih percaya lagi. Walaupun telah memperbaiki banyak kesalahan, saya melihat bahwa sekarang saya tidak dapat dengan sepenuh hati melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, itu pun dengan terpaksa dan tidak alami. Saya masih memiliki banyak kelemahan.
Liao-Fan: Terkadang saya memaksakan untuk berbuat baik, tetapi perkataan saya masih tetap kurang terkendali dan sering menyakiti hati. Saya masih dapat mengendalikan diri ketika sedang tidak mabuk, teteapi setelah beberapa cangkir arak saya mulai tidak dispilin dan kehilangan kendali. Walaupun sering melakukan perbuatan baik dan mengumpulkan jasa-jasa,kesalahan dan kejahatan saya sangat banyak, bahkan barangkali lebih dari perbuatan baik yang saya lakukan. Banyak waktu saya terbuang percuma. Saya membutuhkan sepuluh tahun lebih untuk menyelesaikan 3.000 perbuatan baik itu.
Saya baru bisa mempersembahkan jasa-jasa baik dari 3.000 perbuatan baik itu di kuil ketika saya kembali ke kampung halaman diselatan beberapa tahun kemudian. Lalu saya mengucapkan harapan saya yang kedua, yaitu seorang putra . Saya bersumpah untuk menyelesaikan 3.000 perbuatan baik lainnya. Beberapa tahun kemudian, ibumu melahirkan dan memberimu nama Tian-Chi.
Setiap kali berbuat kebajikan, saya akan mencatatnya dalam sebuah buku. Ibumu, yang tidak bisa membaca dan menulis, akan menggunakan bulu angsa yang dicelupkan dalam tinta untuk membuat lingkaran merah pada kalender setiap kali dia berbuat baik. Kadang-kadang dia memberi makanan pada fakir-miskin dan membawa hewan hidup dari pasar untuk dibebaskan di alam bebas. Dia mencatat semua perbuatan ini dengan lingkaran merah dikalendernya. Sering kali, dia dapat mengumpulkan lebih dari sepuluh lingkaran merah dalam sehari!
Setiap hari kami melakukan hal ini dan dalam waktu empat tahun 3.000 perbuatan baik itu berhasil diselesaikan. Sekali lagi, saya mengadakan persembahan jasa, dan kali ini di dalam rumah kita. Pada tanggal 13 bulan ke-9 tahun yang sama, saya mengajukan harapan yang ketiga dan itu adalah lulus pada tingkat selanjutnya dar ujian kerajaan, tingkat Jinshr. Saya juga diangkat menjadi walikota daerah Baodi. Ketika menjabat, saya meyiapkan sebuah buku kecil untuk mencatat jasa-jasa dan kesalahan-kesalahan saya, dan menamakannya kitab Mendisiplinkan Pikiran.
Narator: Buku itu dinamakan Kitab Mendisiplinkan Pikiran dangan harapan dapat membantu dia menghindari diri dari pikiran yang salah dan mementingkan diri sendiri.
Liao-Fan: Sejak itu, saya mencatat semua perbuatan baik dan buruk saya dalam buku tersebut dan menyimpannya di meja tulis setiap malam, saya membakar dupa dan membuat laporan tentang perbuatan saya kepada langit pada altar kecil di kebun. Pernah sekali, ibumu cemas ketika dia melihat bahwa ternyata saya belum mengumpulkan banyak jasa dan bertanya...
Ibu Tian-Chi: Pada masa lalu, saya mampu membantumu dalam mengumpulkan perbuatan- perbuatan baik dan kita mampu menyelesaikan 3.000 perbuatan terpuji. Sekarang, kamu telah berjanji untuk menyelesaikan 10.000 perbuatan baik dan sangat sedikit kesempatan untuk melakukannya di sini di dalam kediaman rumah pemerintah. Harus berapa lama sumpahmu baru dapat terlaksana?
Liao-Fan: Malam itu, setelah ibumu mengatakan hal tersebut, saya bermimpi bertemu dewa dan memberitahukan kepadanya kesulitan saya menyelesaikan 10.000 perbuatan baik. Dewa itu berkata kepada saya...
Dewa: Ketika menjadi walikota, engkau menurunkan tarif pajak sawah; itu merupakan perbuatan baik yang luar biasa dan perbuatan itu sendiri bernilai 10.000 jasa baik. Sumpahmu sudah terpenuhi!
Liao-Fan: Ketika saya baru menjabat sebagai walikota, para petani di daerah Baodi harus membayar pajak yang tinggi dan dala masa jabatan sebagai walikota, saya menurunkan tarif pajak di bidang pertanian hampir setengah dari tarif semula. Tetapi saya tetap merasa aneh...
Narator: ...bagaimana dewa bisa mengetahui penurunan tarif pajak itu? Liao-Fan masih menyimpan rasa ragu-ragu dan bertanya-tanya bagaimana satu perbuatan baik bisa bernilai 10.000 jasa baik.
Liao-Fan: Secara Kebetulanm Guru Zen, Huan-Yu, mengadakan perjalanan dari pegunungan Lima
Dataran Tinggi dan singgah di Baodi. Saya mengundangnya ke komplek rumah pemerintah, memberitahukan isi mimpi saya dan menanyakan apakah itu bisa dipercaya. Guru Huan-Yu berkata...
Guru Huan-Yu: Ketika melakukan perbuatan baik, orang harus melakukannya dengan benar dan tulus, tanpa mencari imbalan atau bertindak dengan kepalsuan. Jika orang melakukan perbuatan baik dengan sungguh-sungguh, dan hati yang tulus, maka jasa baik satu perbuatan tersebut sesungguhnya dapat bernilai 10.000 perbuatan baik. Di samping itu, tindakanmu menurunkan tarif pajak di daerah ini memberi manfaat lebih dari 10.000 orang; engkau telah meringankan penderitaan para petani dari beban pajak yang mencekik. Nasib baik yang akan engkau peroleh dari perbuatan ini sangat luar biasa!
Liao-Fan: Mendengar ucapannya, saya diliputi perasaan terima kasih dan segera memberikan seluruh uang tabungan saya untuk dibawa pulang olehnya ke Pegunungan Lima Dataran Tinggi. Saya meminta Guru Huan-Yu untuk mempergunakan uang tersebut untuk menyediakan makanan kepada 10.000 bhiksu dan mengadakan pelimpahan jasa dari kebajikan itu.
Tuan Kong telah meramalkan bahwa saya akan mati pada umur 53 tahun. Namun, saya bertahan hidup pada tahun itu tanpa menderita sakit walaupun saya tidak meminta langit untuk memberi umur yang lebih panjang. Sekarang saya telah berumur 69 tahun dan teah hidup 16 tahun lebih dari yang teah ditakdirkan sebelumnya! Kitab tiongkok tentang sejarah menyatakan...
Narator: “Jalan langit tidak ditetapkan sebelumnya, begitu pula takdir seseorang. Takdir seseorang tidak ditetapkan, tetapi dibuat dan dibentuk oleh orang itu sendiri.”
Liao-Fan: Semua ini benar adanya, dan saya mulai mengerti bahwa nasib baik dan kesensaraan merupakan hasil dari perbuatan diri sendiri. Ini sungguh-sungguh merupakan kata-kata orang yang bijaksana dan suci! Jika ada orang yang mengatakan bahwa nasib baik dan buruk telah ditetapkan oleh langit, maka saya akan menganggap ia sebagai orang biasa.
Tian-Chi, anakku, saya tidak tahu bagaimana jalan hidupmu kelak? Dalam soal nasib kita harus selalu siap menerima yang terburuk; karena itu, bahkan dalam keadaan makmur bertindaklah kita seolah- olah kita tidak begitu; dan jika segalanya berjalan sesuai kehendakmu, waspadalah terhadap kemalangan yang mungkin timbul. Ketika hidupmu sedang kaya dan sejahtera, waspadalah terhadap kemiskinan, dan takala sedang disukai dan dihormati semua orang, tetaplah berhati-hati dan sederhana. Saat keluargamu sangat dihormati dan dipuja, bersikaplah rendah hati. Ketika pengetahuanmu luas dan dalam jangan memamerkannya dan tetaplah bersikap rendah hati.
Narator: Enam cara kontemplasi di atas merupakan cara untuk mengatasi suatu masalah dari sisi lawannya. Jika orang dapat menjaga pikirannya dengan cara seperti itu maka kebajikan dan moralitas akan tumbuh dan nasib baik akan bertambah dengan sendirinya.
Liao-Fan: Ketika ”perhatian ditujukan pada masa lalu”, kita harus menyebarkan kebajikan-kebajikan dari para leluhur kita. Ketika “perhatian ditujukan pada masa sekarang kita dapat menyembunyikan kesalahan-kesalahan dari orang tua kita sendiri. Itulah yang disebut Mencius sebagai...
Mencius: Orang tua mengasihi anak-anaknya dan anak-anak mengasihi orang tuanya.
Liao-Fan: Ketika “ perhatian ditujukan pada negara”, kita dapat merenungkan bagiamana caranya membalas kebaikan yang telah diberikan negara kepada kita; dan ketika “perhatian ditujukan kepada keluarga”, kita dapat merenungkan bagaimana caranya mengembangkan nasib baik.
Ketika “perhatian ditujukan kepada dunia luar”, pikiranlah bagaimana caranya menolong orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan; dan ketika “perhatian ditujukan ke sebelah dalam”, pikiranlah bagaimana caranya mencegah timbulnya pikiran dan perbuatan yang salah.
Narator: Keenam renungan tersebut merupakan cara yang positif untuk mengembangkan watak yang baik, jika orang dapat berlatih dengan cara itu , ia tentu akan menjadi orang sejati yang benar-benar terhormat.
Liao-Fan: orang harus mampu mengenali kesalahannya setiap hari untuk bisa memperbaiki kesalahan tersebut setiap hari. Jika tidak mampu mengetahui kesalahan dalam dirimu, maka perbaikan watak menjadi tidak mungkin. Banyak orang pandai di dunia ini yang menolk mengembangkan moralitas dan kebajikan, dan tidak mampu berusaha dengan tekun dalam melakukan pekerjaan mereka. Kegagalan dalam kehidupan mereka nantinya diakibatkan oleh satu kata kemalasan.
Tian-Chi, ajaran Guru Yun-Gu merupakan ajaran yang sangat bermanfaat, dalam ajaran yang sejati dan benar: saya berharap kamu mempelajarinya dengan cermat dan melaksanakannya dengan sepenuh hati kamu harus mempergunakan waktumu dengan bijaksana dan jangan membiarkannya terbuang sia-sia.
Ajaran Kedua :
Cara – Cara Mereformasi Diri
Narator: Bagaimana kita bisa bebas dari kesalahan jika tidak terlahir sebagai orang yang suci dan kudus? Confucius pernah berkata...
Confusius: Orang yang bersalah tidak perlu takut memperbaiki kesalahannya.
Narator: Setelah berbicara tentang cara menciptakan takdir, Liao-Fan melanjutkan mengajar anaknya mengenai tiga cara mereformasi diri. Pertama, orang harus merasa malu; kedua, orang harus mempunyai rasa takut; dan ketiga, orang harus mempunyai kebulatan tekad dan keberanian.
Jika kita tergerak untuk memperbaiki kesalahan yang kecil sekalipun, maka kesalahan besar akan dapat dihindari dengan sendirinya.
Periode Musim Semi dan Musim Gugur yang disebut-sebut dalam buku ini merujuk kepada suatu periode dalam sejarah Cina lebih dari 2.000 tahun yang lalu ketika negeri sedang mengalami perubahan besar dan kekacauan.
Liao-Fan: Selama Musim Semi dan Musim Gugur, negeri Cina terbagi dalam beberapa kerajaan kecil. Banyak penasehat terkenal di kerajaan-kerajaan ini mampu dengan tepat meramalkan apakah masa depan seseorang baik atau buruk, berlimpah rezeki atau penuh bencana, dengan cara mengamati ucapan dan perilaku orang tersebut. Kejadian-kejadian ini banyak tercatat dalam buku sejarah.
Biasanya, ada tanda-tanda bahwa bahaya sedang mengancam, atau nasib baik sedang menghampiri. Tanda-tanda ini merupakan cermin dari hati seseorang. Walaupun pikiran muncul dari dalam hati gerak-gerik tubuh dapat mencerminkan watak seseorang.
Narator: Misalnya, jika orang mempunyai hati yang baik, maka setiap gerakannya akan menunjukkan kemantapan dan ketenangan. Jika orang itu licik, maka tubuhnya akan menggambarkan sifat yang picik dan kerdil dengan sendirinya.
Liao-Fan: Sering kali seseorang lebih beruntung jika bertindak ke arah kebaikan dan mengundang kesulitan ketika condong ke arah kejahatan. Orang-orang duniawi sering kali tidak mampu melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Seolah-olah penglihatan mereka telah kabur. Karena tidak mampu melihat kebenaran, mereka menyatakan bahwa nasib baik dan malapetaka tidak dapt diperkirakan.
Ketika benar-benar jujur dan tulus, hati orang selaras dengan kehendak langit. Karena itu, jika orang mampu menggunakan sikap yang tulus ini dalam berhubungan dengan orang lain dan masalah sehari-hari, nasib baik dengan sendirinya akan mengikutinya, ini berarti bahwa dalam mengamati seseorang, kita hanya perlu memberikan perhatian pada tingkah laku orang tersebut. Jika tingkah lakunya mencerminkan kebajikan, maka dapat dipastikan nasib baik juga tidak akan jauh darinya.
Narator: Sebaliknya, ketika melihat tingkah laku yang tidak baik, kita segera tahu bahwa kesulitan sedang menunggunya. Jika benar-benar ingin bernasib baik dan terhindar dari kesengsaraan, orang pertama-tama perlu mereformasi kesalahan-kesalahannya sebelum mempraktekkan kebajikan.
Liao-Fan: Ada tiga cara mereformasi kesalahan sesorang. Pertama, rasa malu. Pikirkanlah orang- orang bijaksana dan suci di zaman dulu yang nama dan ajarannya telah bertahan selama ratusan generasi. Mereka orang-orang biasa seperti kita, tetapi mengapa nama saya tercemar dan rusak hanya dalam satu masa kehidupan? Kesemuanya disebabkan saya terlalu memanjakan diri dengan kesenangan jasmaniah dan tengelam dalam lingkungan yang tidak baik. Saya dengan diam-diam melakukan banyak hal yang seharusnya tidak saya lakukan, dan mengira tidak ada orang lain yang tahu tentangnya. Kadang-kadang saya mengabaikan hukum negara dan tidak merasa malu terhadapnya.Tanpa disadari, saya telah merendahkan diri saya setiap hari sehingga tidak berbeda lagi dengan binatang. Tidak ada di dunia ini yang lebih memalukan dan disesali seperti ini.
Mencius pernah berkata...
Mencius: “Malu” merupakan kata yang paling penting dalam kehidupan seseorang.
Mengapa? Sebab orang yang tahu malu akan berusaha sekuat tenaga memperbaiki kesalahannya, dan pada akhirnya ia akan mencapai kesucian atau menjadi orang suci. Orang yang tidak mengerti kata “malu” akan menjadi tidak terkendali dan tidak bermoral. Orang ini hanya akan menjadi seperti binatang nantinya.
Liao-Fan: Kesemua ini benar-benar kata kunci untuk mereformasi kesalahan kita. Cara kedua untuk memperbaiki diri adalah “tahu akan rasa takut”. Apa yang kita takutkan? Bumi, mahluk-mahluk halus, langit, dan pada dewa ada di atas kepala mengamati semua perbuatan kita.
Narator: Mereka itu berbeda dari manusia karena mampu melihat sesuatu tanpa rintangan. Karena itu, tidak mudah menipu mereka.
Liao-Fan: Meskipun perbuatan itu dilakukan dii tempat yang tidak ada orangnya sama sekali, bumi, makhluk halus, langit, dan para dewa akan menjadi cermin yang dengan jelas memantulkan semua kesalahan saya. Jika pelanggaran itu berat, maka segala jenis malapetaka akan menimpa saya; jika kecil, pelanggaran itu tetap bisa mengurangi nasib baik saya. Bagaimana bisa saya tidak merasa takut? Setiap saat, bahkan ketika sedang berada di ruang kosong pun, makhluk-makhluk halus dan para dewa mengawasi saya dengan seksama dan mencatat semuanya. Kita dapat mencoba menutupi perbuatan salah kita dari orang lain…
Narator: …tetapi makhluk halus dan para dewa dapat melihat sampai ke dalam hati kita dan karena itu mereka mengetahui segala tindakan kita.
Liao-Fan: Akhirnya, kita tidak dapat membohongi diri kita sendiri. Kita akan malu dan kehilangan harga diri jika orang lain mengetahui perbuatan salah kita. Karena itu bagaimana mungkin kita bisa tidak berhati-hati terhadap setiap tindakan kita dan tidak merasa takut terhadap akibat yang akan ditimbulkannya? Tetapi ada yang lebih penting dari itu! Sepanjang orang masih memiliki setarik nafas, dia masih mempunyai kesempatan menyesali kesalahan dan pelanggaran yang paling gawat sekalipun.
Narator: Dahulu, ada orang yang bertingkah laku buruk sepanjang hidupnya, dan baru merasa menyesal saat hampir meninggal. Dia menyadari kesalahan di masa lalu dan menyesali semua perbuatan yang buruk yang telah dia lakukan. Hatinya memunculkan pikiran yang baik, dan segera setelah itu, dia meninggal dengan damai.
Liao-Fan: Ini artinya, jika orang mampu mempunyai pikiran baik yang berlimpah dan berani pada saat yang paling penting, maka pikiran itu dapat menghapus perbuatan salah selama ratusan tahun. Seperti halnya, Cuma sebuah lampu yang diperlukan untuk membawa terang ke dalam sebuah lembah yang telah gelap gulita selama ribuan tahun. Tidaklah penting berapa lama orang telah melakukan kejahatan atau apakah perbuatan jahat itu baru dilakukan. Dia tetap merupakan orang yang hebat, jika mampu berubah!
Narator: Walaupun kita telah berbuat salah, sungguh baik jika kita mampu mengubahnya. Tetapi jangan lantas berpikir bahwa boleh berbuat di masa sekarang asal kita dapat menyesali dan memperbaikinya di kemudian hari. Ini sama sekali tidak boleh terjadi. Jika orang melakukan kejahatan dengan sengaja, pelanggarannya menjadi jauh lebih berat dari sebelumnya.
Liao-Fan: Di samping itu, kita hidup dalam dunia yang kacau balau dan terus-menerus berubah. Tubuh kita, terbuat dari daging dan darah, sangatlah mudah rusak. Jika nafas berikutnya tidak muncul, tubuh ini tidak lagi menjadi bagian dari diri kita. Saat itu, walaupun ingin bertobat, kita tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
Narator: Demikian juga halnya, ketika meninggal, orang tidak dapat membawa serta barang-barang duniawi miliknya. Hanya karma yang menyertai kepergiannya.
Liao-Fan: Oleh karena itu, jika melakukan perbuatan jahat, hukuman yang pantas di dunia ini adalah nama buruk dan reputasi yang hancur, yang berlangsung ratusan hingga ribuan tahun. Bahkan anak yang berbakti dan cucu yang menyayangi tidak dapat membersihkan namanya. Dan dalam kehidupan yang akan datang, orang tersebut dapat berakhir dalam derita neraka dengan rasa sakit yang tidak terkira. Bahkan orang-orang bijaksana dan suci, para Buddha dan Bodhisattva tidak dapat menolong orang tersebut dari akibat perbuatannya. Jadi bagaimana mungkin orang tidak menjadi takut?
Cara ketiga untuk memperbaiki diri adalah dengan mempunyai “kebulatan tekad dan keberanian.”
Narator: Orang yang ragu-ragu memperbaiki kesalahannya adalah orang yang sebenarnya tidak mempunyai keinginan untuk berubah, tetapi sudah merasa puas jika tidak ketahuan.
Liao-Fan: Tenaga kemauannya mungkin tidak cukup kuat, membuatnya takut untuk merobah perbuatan salahnya. Supaya reformasi dapat berlangsung, kita harus mempergunakan seluruh kemampuan kita dan bertekad untuk segera melakukan perubahan. Kita tidak boleh ragu-ragu atau menunda memperbaiki kesalahan kita. Jangan menunda untuk berubah sampai besok lusa.
Kesalahan kecil seperti duri menancap di daging kita dan harus segera dikeluarkan. Kesalahan besar seperti jari yang digigt oleh ular beracun. Kita harus mampu memotong jari itu tanpa keraguan sedikit pun untuk mencegah racun menyebar dan merenggut nyawa kita.
Jika mengikuti ketiga cara yang telah dijelaskan di atas -malu, takut, dan tekad untuk berubah-,maka kepribadian kita pasti akan berubah sama seperti sinar matahari mencairkan lapisan es tipis di musim semi, kesalahan kita juga akan hilang jika dihadapi dengan ketiga cara di atas.
Selain itu juga ada tiga metode latihan untuk membantu kita melakukan reformasi. Pertama adalah berubah melalui tindakan; kedua adalah berubah melalui penalaran, dan ketiga berubah dari hati.
Narator: Karena metode tersebut berbeda-beda, demikian juga hasil perubahan yang ditimbulkan.
Pertama-tama, mari kita bicarakan tentang “Berubah melalui tindakan”.
Liao-Fan: Misalnya, jika membunuh makhluk hidup pada masa lalu, saya sekarang bersumpah untuk tidak membunuh lagi mulai hari ini. Jika sering marah-marah dan membentak orang lain di masa lampau, saya bersumpah untuk tidak cepat naik darah mulai hari ini. Ini adalah contoh bagaimana orang berubah melalui tindakan dan menahan diri untuk tidak emngulangi perbuatan salah, serta bersumpah tidak melakukannya lagi. Akan tetapi, seratus kali akan lebih sulit jika kita memaksakan diri untuk tidak berbuat sesuatu daripada kita berhenti melakukannya secara wajar. Jika kita tidak mencabut hingga ke akar-akarnya melainkan hanya menekannya, kesalahan-kesalahan kita pada akhirnya akan muncul kembali walaupun untuk sementara kita telah berhenti melakukan kesalahan tersebut. Karena itu, metode berubah melalui tindakan tidak dapat menolong kita terbebas dari kesalahan untuk selamanya.
Kedua, saya akan menjelaskan “berubah melalui penalaran”. Kita dapat mencoba memperbaiki diri dengan menahan diri tidak berbuat kesalahan dengan memahami alasan dan prinsip dibalik sebab mengapa kita seharusnya tidak melakukannya. Dalam pembunuhan misalnya, kita dapat memperbaiki diri dengan merenungkan...
Narator: mencintai seluruh makhluk hidup adalah kebajikan dari langit. Semua makhluk hidup ingin hidup dan takut mati. Bagaimana mungkin saya memperoleh ketentraman dengan mengambil hak hidup makhluk lain guna menghidupi diri saya sendiri? Seringkali hewan-hewan dimasak hidup-hidup, seperti ikan dan kepiting. Mereka mungkin benar-benar mati disembelih saat dimasukkan ke dalam panci masak. Rasa sakit dan penderitaan seperti itu merasuk hingga ke tulang. Bagaimana kita bisa begitu kejam terhadap hewan-hewan ini?
Ketika makan,kita mempergunakan segala jenis bahan yang mahal dan lezat untuk menyehatkan tubuh kita, cukup untuk memenuhi seluruh meja makan! Tetapi setelah dimakan, bahkan makanan yang paling enak sekalipun akan menjadi kotoran tubuh dan siap dikeluarkan. Pembunuhan yang kita lakukan terhadap makhluk hidup tidak menghasilkan apapun juga. Menyantap sayuran saja juga dapat menyehatkan tubuh kita. Mengapa kita membiarkan perut kita menjadi kuburan, dan nasib baik kita berkurang hanya karena dinodai oleh pembunuhan?
Liao-Fan: Pikirkan kembali tentang semua makhluk hidup yang mempunyai daging dan darah. Seperti kita, mereka mempunyai kesadaran. Kita dapat melakukan kebajikan dan membiarkan makhluk-makhluk hidup tersebut merasa aman di sekitar kita. Bagaimana kita dapat terus melukai mereka dan membuat mereka benci pada kita? Jika kita memikirkannya, kita dengan sendirinya akan merasa sedih terhadap hewan-hewan tersebut dan tidak sanggup untuk menelan daging mereka.
Contoh lain dari “berubah dengan penalaran” adalah orang yang sering marah. Mereka perlu berhenti dan berpikir bahwa setiap orang mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Menurut penalaran saya, jika menyinggung kelemahan orang lain, saya seharusnya merasa simpati atas kelemahan tersebut dan memaafkan segala kekurangannya. Jika seseorang menyakiti saya tanpa suatu alasan yang jelas, maka masalahnya terletak pada orang tersebut dan tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Tidak ada alasan bagi saya untuk marah. Saya juga bisa berpikir bahwa...
Narator: ...tidak ada orang berpikiran sehat yang menganggap dirinya selalu benar, karena orang yang berpikiran demikan pasti adalah orang dungu. Tidak ada orang terpelajar yang menyalahkan orang lain hanya karena orang lain itu berpengetahuan luas, sebab orang yang benar-benar terpelajar adalah orang yang rendah hati, mencela hanya dirinya sendiri, dan memperlakukan orang lain dengan tenggang rasa. Oleh sebab itu, orang yang mencela orang lain bukanlah orang terpelajar sejati.
Liao-Fan: Oleh karena itu, ketika hal-hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan, itu semua karena kita belum menumbuhkan kebajikan dan moralitas, dan belum cukup mengumpulkan jasa-jasa baik untuk bisa menggugah orang lain! Kita harus selalu melihat ke dalam diri kita sendiri terlebih dahulu apakah kita telah salah memperlakukan orang lain.
Narator: Jika kita berlatih dengan cara ini dan rajin mengembangkan kebajikan ini, maka kesengsaraan dan fitnah sesungguhnya dapat menjadi tempat latihan untuk memurnikan watak dan mencapai tujuan kita.
Liao-Fan: Oleh sebab itu, kita harus merasa sangat gembira menerima kritikan dan ajaran orang lain. Untuk apa kita harus marah dan mengeluh karenanya?
Apalagi, tetap teguh tak tergoyahkan oleh fitnah seperti membiarkan obor terbakar habis dalam ruang. Jika difitnah orang lain dan mencoba membela diri, kitaakan seperti ulat sutera di musim semi memintal kepompong membungkus dirinya sendiri. Ada pepatah lama mengatakan...
Narator: “Mereka yang mengikatkan diri dalam kepompong, mencari kesulitan bagi diri sendiri.”
Liao-Fan:Karena itu, tidak ada untungnya melainkan cuma kerugian yang diperoleh jika kita marah. Kesalahan dan pelanggaran lain juga dapat dirobah dengan prinsip yang sama. Jika memahami penalaran di balik keputusan untuk mereformasi diri, kita idak akan membuat kesalahan yang sama dua kali.
Yang terakhir apa yang dimaksud dengan “berubah dari hati”? Walaupun kesalahan seseorang dapat ribuan jenisnya, semua itu berasal dari pikiran yang muncul daribatin hati kita. Jika batin/hati saya hening dari pikiran, maka tindakan tidak akan muncul dan kesalahan dapat dihindari. Apabila pikiran saya mengakar dalam sifat buruk seperti nafsu, ketenaran, keuntungan atau pun kemarahan, saya tidak perlu mencari jalan menyingkirkan tiap kesalahan itu. Yang diperlukan cuma hati yang baik dan tulus serta kemauan untuk melakukan kebajikan. Sepanjang batin/hati kita baik dan bajik,pikiran yang salah dengan sendirinya juga tidak akan muncul.
Semua kesalahan berasal dari hati; karena itu kita harus berubah dari hati. Sama seperti menyingkirkan pohon beracun. Jika ingin membasminya, kita mencabut hingga ke akar-akarnya sehingga pohon itu tidak dapat tumbuh lagi. Mengapa harus bersusah-payah tanpa hasil dengan mencabut daunnya sehelai demi sehelai, dan memotong ranting demi ranitng? Cara terbaik memperbaiki kesalahan adalah dengan merawat hati kita, maka dengan demikan menjadi mungkin untuk membersihkan kesalahan kita dengan tuntas.
Narator: ini karena perbuatan salah berasal dari hati kita.
Liao-Fan: Membersihkan hati dapat menghapus pikiran salah dan buruk, sebelum pikiran itu menjelma menjadi perbuatan buruk. Jika hati bersih, saya dapat mengenali dan menghentikan pikiran yang salah begitu pikiran itu muncul. Pikiran tidak bermoral akan langsung hilang begitu saya menyadarinya.
Jika tidak mampu memperbaiki kesalahan dengan mengubah hati, maka saya akan mencoba cara penalaran mengapa saya perlu membuat perubahan itu. Jika tidak berhasil dengan cara ini, saya akan berusaha memperbaiki dengan cara berubah melalui tindakan dan memaksa pikiran buruk itu pergi.
Cara terbaik adalah dengan mengembangkan hati, dan memahami alasan dibalik perlunya dilakukan perubahan. Cara lain adalah dengan memaksa diri kita untuk tidak melakukan perbuatan salah lagi. Kadang-kadang ketiga cara tersebut harus dipergunakan untuk bisa berhasil mereformasi suatu kesalahan.
Narator: Sungguh bodoh jika kita tidak menggunakan cara tebaik, yaitu memperbaiki diri dari dalam hati, dan melekat pada cara yang lebih rendah yakni memperbaiki diri melalui perbuatan.
Liao-Fan: Bahkan ketika orang bersumpah untuk berubah, diperlukan bantuan untuk benar-benar bisa berubah. Kita memerlukan peringatan secara terus-menerus dari teman sejati yang menjadi saksi dari setiap perbuatan kita sehari-hari. Dan dalam hal pikiran yang baik dan jahat, kita dapat meminta para dewa dan mahluk halus untuk menjadi saksi.
Saya menerapkan hal ini dengan menulis semua kesalahan saya dan melaporkannya kepada bumi, makhluk halus, langit dan para dewa. Kita juga perlu menyesali dengan tulus dan sepenuh hati dari pagi hingga malam hari tanpa lalai. Jika kita dapat dengan tulus menyesali perbuatan buruk kita dari satu minggu menjadi dua minggu, lalu dari satu bulan mejadi tiga bulan, dengan meneruskan cara ini,
kita pasti dapat mencapai hasil dan manfaatnya.
Narator: Apakah manfaat dari menyesali perbuatan salah? Kita akan bisa merasa sangat tenang dan hati kita bisa menjadi ringan dan murah. Orang yang kurang cerdas bisa tiba-tiba menjadi bijaksana, dan mampu mempertahankan pikiran yang jernih dan santai bahkan dilingkungan yang menganggu dan membingungkan. Kita juga akan merasakan pengetahuan yang luas akan segala sesuatu.
Kita akan mampu mengusir segala kebencian saat bertemu dengan musuh dan mempertahankan sikap yang gembira. Kita mungkin bermimpi meludahkan benda yang hitam; pertanda membuang pikiran salah dan kekuatan negatif, menjadikan hati kita lebih bersih dan lebih murni. Kita juga mungkin bermimpi orang tua bijaksana atau orang suci yang datang dari masa silam yang datang dan mengangkat dan menolong kita, atau kita bermimpi terbang di angkasa tanpa terikat pada hal-hal di bumi. Kita juga mungkin bermimpi tentang segala jenis bendera yang berwarna warni dan penuh dengan hiasan. Gejala yang tidak biasa ini kesemuanya merupakan tanda-tanda reformasi diri yang berhasil dan lenyapnya pelanggaran-pelanggaran di masa lalu.
Liao-Fan: Namun, orang tidak boleh melihat gejala ini sebagai tanda kesempurnaan. Sebaliknya, ia harus bertekad memperbaiki diri lebih jauh lagi dan berusaha lebih keras mejalankan reformasi.
Selama periode Musim Semi dan Musim Gugur dalam sejarah Cina, ada seorang pejabat senior pemerintah di Wei,bernama Cho Bwo-Yu. Sewaktu berumur 20 tahun, di telah menyadari kesalahan- kesalahannya di masa lampau. Dia mempelajari kesalahn-kesalahan itu dan berusaha memperbaikinya hingga tuntas. Pada umur 21, dia merasa masih belum sepenuhnya memperbaiki seluruh kesalahannya. Ketika berumur 22tahu, dia merasa umurnya yang ke-21 telah dilewati bak mimpi, tanpa menunjukkan kemajuan yang berarti.
Oleh karena itu tahun demi tahun, dia terus memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Ketika dia mencapai umur 50 tahun, Bwo-Yu masih merasa bahwa 49 tahun yang telah lewat dari hidupnya masih penuh dengan perbuatan salah.
Narator: Ini menunjukan bagaimana istimewanya para leluhur kita dalam memperbaiki kesalahan!
Liao-Fan: kita semua hanya orang-orang biasa dengan kesalahan yang banyaknya sama dengan duri di badan seekor landak. Sering kali tatkala menoleh kebelakang, kita bahkan tak mampu mengenali kesalahan yang telah kita perbuat. Ini karena kita ceroboh dan tidak mengetahui cara merenungkan perbuatan kita sendiri. Mirip dengan selaput yang tumbuh didalam mata. Kita mejadi begitu buta sehingga tidak mampu melihat bahwa tiap hari kita berbuat salah! Orang yang telah terlalu banyak mengumpulkan pelanggaran dan perbuatan yang salah memiliki tanda-tanda tertentu!
Narator: Hati orang itu menjadi bingung dan tertekan, kurang bertenaga dan kurang memiliki semangat. Ia menjadi sangat pelupa, penuh dengan kecemasan, merasa malu dan sedih saat bertemu dengan orang bajik. Ia mejadi jengkel saat diberi nasehat yang baik, dan tatkala memberikan kebaikan hati kepada orang lain, ia malah diperlakukan dengan kasar.
Ia akan terus menerus mengalami mimpi buruk dimana segalanya kacau balau, dan akan berbicara dengan tidak teratur, serta bertingkah laku secara tidak wajar. Ini adalah tanda-tanda dari mereka yang telah melakukan terlalu banyak pelanggaran dan kejahatan.
Liao-Fan:Jika kita mempunyai tanda-tanda seperti tersebut di atas. Kita dapat segera menghimpun kemauan dan memperbaiki semua kesalahan. Penting bagi kita untuk membentuk hidup baru dan jangan menunda lagi!
Ajaran Ketiga :
Cara – Cara Mengembangkan Kebajikan
Narator: Pada bab sebelumnya telah dibicarakan tentang banyak cara memperbaiki kesalahan- kesalahan kita dalam kehidupan sekarang ini, memastikan bahwa hidup yang baik tidak akan menjadi hidup yang tidak baik. Namun, kita masih belum mampu mengubah sebuah kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang baik. Walaupun menjadi orang baik dan melakukan kebajikan dikehidupan sekarang ini, kita tidak tahu pelanggaran apa yang telah kita lakukan di kehidupan sebelumnya. Hukuman yang harus kita terima akibat perbuatan salah dimasa lampau masih harus kita jalani. Oleh karena itu, untuk dapat merobah kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang baik, kita tidak hanya harus mereformasi kesalahan kita, tetapi juga harus mempraktekkan segala bentuk kebajikan dan membangun jasa-jasa baik.
Hanya dengan cara ini kita dapat membebaskan diri dari karma yang diciptakan dimasa lampau. Sekali perbuatan-perbuatan baik kita terkumpul, kehidupan kita yang buruk dengan sendirinya akan berubah menjadi sebuah kehidupan yang baik; dengan demikian praktek mengubah takdir dapat dibuktikan.
Liao-Fan: I Ching, Kitab tentang perubahan mengatakan...
Narator: “Keluarga yang melakukan perbuatan-perbuatan baik akan mengumpulkan nasib baik, yang dapat bertahan hingga banyak generasi.”
Liao-Fan: Mari saya berikan sebuah contoh. Pernah ada sebuah kelaurga bermarga Yen. Sebelum setuju menikahkan anak permpuan mereka kepada seorang laki-laki yang kemudian menjadi ayah dari Confucius, mereka terlebih dahulu memeriksa perbuatan-perbuatan masa lampau dari keluarga laik-laki itu. Setelah mengetahui keluarga tersbut adalah keluarga yang banyak melakukan prbuatan baik dan mengumpulkn kebajikan, keluarga Yen merasa yakin bahwa anak perempuan mereka akan menikah ke dalam keluarga yang makmur dengan keturunan yang hebat. Memang benar, anak mereka kemudian melahirkan Confucius.
Liao-Fan: Confucius pernah memuji Shwun, seorang kaisar Cina, atas baktinya kepada orang tua, dengan mengatakan...
Confucius: Karena baktinya yang luar biasa kepada orang tua, Shwun dan leluhurnya akan dikenal dan dihormati orang lain. Keturunannya akan terkenal hingga banyak generasi.
Liao-Fan: Perkataan Confucius terbukti kebenarannya oleh sejarah. Sekarang saya akan memperlihatkan beberapa kisah nyata bahwa jasa-jasa baik dapat dicapai dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Di propinsi Fukien, ada seorang laki-laki terkenal bernama Rong-Yang yang menjabat sebagai guru kaisar dalam istana. Leluhurnya adalah tukang perahu yang menghidupi keluarganya dengan menolong orang-orang menyeberangi sungai. Suatu hari, terjadi badai yang terjadi cukup lama sehingga banjir besar menyapu habis rumah-rumah penduduk. Orang-orang, hewan-hewan dan barang-barang dibawa arus air ke dalam sungai.
Tukang perahu yang lain menarik keuntungan dari situasi ini dan berusaha keras mengumpulkan barang-barang yang terapung. Hanya kakek dan kakek buyut Rong-Yang yang tergerak untuk menolong orang-orang hanyut. Mereka sama sekali tidak mengambil barang-barang yang terapung melewati mereka. Tukang-tukang perahu lain semuanya tertawa dan menganggap mereka sangat bodoh. Di kemudian hari, ketika ayah Rong-Yang lahir, keluarga Yang secara perlahan-lahan menjadi makmur. Suatu hari seorang suci menyamar sebagai pendeta Tao berkunjung ke keluarga Yang.
Pendeta Tao: Leluhurmu telah mengumpulkan banyak jasa baik; keturunanmu akan menikmati kemakmuran dan ketenaran. Ada suatu tempat istimewa dimana engkau dapat membangun makam leluhurmu.
Liao-Fan: Jadi mereka menuruti saran dari rahib Tao tersebut dan tak lama kemudian Rong-Yang lahir. Rong-Yang lulus ujian kekaisaran saat baru berumur 20 tahun dan kemudian menerima pengangkatan kekaisaran.
Narator: Kaisar bahkan menganugerahi kakek dan kakek buyutnya dengan kehormatan kekaisaran yang sama. Keturunannya masih sangat terkenal hingga hari ini.
Liao-Fan: Yang Zi-Cheng asal Ninpo, propinsi Chehkiang adalah contoh lainnya. Zi-Chen bekerja sebagai salah seorang pegawai di pengadilan propinsi. Dia adalah seorang yang baik hati, ramah dan patuh pada hukum. Suatu kali, hakim tingkat propinsi menghukum seorang penjahat dengan memukulnya hingga muntah darah ke tanah. Kemarahan hakim belum reda dan dia baru saja akan melanjutkan hukuman bagi penjahat itu, ketika Zi-Cheng berlutut dan memohon hakim berhenti memukul penjahat itu. Hakim berkata...
Hakim: Tidak masalah jika engkau memohon, tetapi bagaimana saya tidak marah mengetahui orang ini melanggar hukum!
Zi-Cheng: Ketika orang-orang dalam pemerintahan dengan jabatan yang terhormat dan berkuasa pun melakukan korupsi, dan tidak mengikuti Jalan Benar, bagaimana orang dapat mengharapkan rakyat biasa mematuhi hukum dan perundang-undangan? Di samping itu pukulan yang berlebihan dapat memaksa tersangka yang tidak bersalah mengaku bersalah. Oleh karena itu dalam kasus seperti ini kita harusnya lebih memiliki pengertian.
Liao-Fan: Hakim tersentuh oleh perkataan Zi-Cheng dan menghentikan hukuman pukulan tersebut. Walaupun berasal dari keluarga miskin, Zi-Cheng tidak pernah menerima suap. Jika tahanan kekurangan makanan, dia selalu mengambil makanan dari rumahnya walaupun itu berarti lapar bagi dirinya sendiri. Perbuatan welas asihnya ini tidak pernah berhenti dan akhirnya Zi-Cheng mempunyai dua orang anak laki-laki.
Narator: Anaknya yang sulung bernama Shou-Chen dan anak bungsunya bernama Shou-Zi. Kedua anaknya menjadi sangat terkenal dan memegang jabatan yang penting di pemerintahan. Keturunan dari keluarga Yang ini tetap terkenal untuk jangka waktu yang lama.
Liao-Fan: Ini cerita nyata lainnya yang terjadi pada masa Dinasti Ming. Suatu kali, sebuah gerombolan penjahat muncul dipropinsi Fukien. Kaisar menunjuk Jenderal Hsieh memimpin tentara kekaisaran pergi menaklukkan mereka. Jenderal Hsieh ingin memastikan bahwa orang yang tidak bersalah tidak terbunuh dalam perburuan para penjahat itu.
Karena itu, dia berhasil mendapatkan daftar mereka yang menjadi anggota gerombolan dan memerintahkan bendera warna putih secara diam-diam dibagikan kepada penduduk yang bukan anggota gerombolan penjahat. Mereka diminta menempatkan bendera itu didepan pintu ketika pasukan kerajaan tiba dikota, dan para prajurit telah diperintahkan untuk tidak melukai orang tak bersalah. Dengan pikiran yang bajik ini, Jenderal Hsieh telah menyelamatkan puluhan ribu nyawa orang.
Narator: Di kemudian hari , anaknya Hsieh-Chian meraih peringkat pertama dalam ujian kekaisaran dan kemudian menjadi seorang penasehat kaisar. Cucunya Hsieh-Pei juga meraih jabatan yang tinggi dalam ujian.
Liao-Fan: Contoh lainnya adalah keluarga Lin dari Propinsi Fukien. Di antara leluhur mereka terdapat seorang perempuan tua yang sangat dermawan. Setiap hari dia membuat bola nasi untuk diberikan kepada fakir-miskin dan selalu memberikan sebanyak yang mereka minta.
Ada seorang pendeta Tao yang datang setiap hari selama tiga tahun berturut-turut dan setiap kalinya ia selalu meminta enam atau tujuh bola nasi. Perempuan tua tersebut selalu memenuhi permintaannya dan tidak pernah memperlihatkan perasaan tidak senang. Pendeta Tao itu sebenarnya seorang dewa yang datang untuk menguji sejauh mana kebaikan hati perempuan tua tadi. Menyadari betapa tulus dan baiknya hati perempuan tua itu, ia lalu berkata...
Pendeta Tao: Saya memakan bola nasimu selama tiga tahun tanpa menunjukkan rasa terima kasih apa-apa. Barangkali saya dapat menolong engkau dengan cara ini; di tanah belakang rumahmu, terdapat tempat yang baik dimana engkau dapat membangun makam leluhur. Jika engkau ditempatkan di sana di masa yang akan datang , jumlah keturunanmu yang akan mendapat pengangkatan dari kaisar akan sama dengan jumlah satu pon biji wijen.
Liao-Fan: Ketika wanita tua itu meninggal dunia, keluarga Lin mengikuti saran dari dewa dan menguburkannya di tempat yang ditunjuk. Generasi pertama setelah itu , sembilan orang pria keturunanya lulus ujian kekaisaran, dan hal itu terus berlanjut pada setiap generasi berikutnya.
Contoh lain datang dari ayah seorang ahli sejarah kekaisaran bernama Chi-Feng. Suatu hari dimusim dingin bertahun-tahunyang lalu ayah Chi-Feng sedang dalam perjalanan ke sekolah ketika dia bertemu dengan seseorang yang membeku oleh salju. Mendapatkan laki-laki itu masih bernafas, dia cepat-cepat menanggalkan mantelnya untuk menutup tubuh laki-laki yang membeku itu. Dia membawa pulang dan menjadikannya sadar. Malam itu dia bermimpi dewa datang dan berkata padanya...
Dewa: Engkau menolong orang yang hampir mati dengan penuh ketulusan, ini merupakan kebajikan yang luar biasa. Saya akan menjadikan Jenderal Han-Chi yang terkenal dari Dinasti Sung untuk dilahirkan sebagai anak laki-lakimu.
Liao-Fan: Kemudian lahirlah anak tersebut dengan nama julukan Chi. Contoh lain adalah Ying Ta-Jo, sekretaris kekaisaran yang tinggal di Taichou. Ketika masih muda, dia suka belajar di daerah pegunungan yang terpencil. Pada malam hari, dia sering mendengar suara hantu dan mahluk halus tetapi dia tidak pernah merasa takut pada mereka. Suatu hari dia mendengar satu hantu berkata dengan gembira pada hantu lainnya...
Hantu pertama: Ha...Ha...! Ada seorang wanita desa yang suaminya telah meninggalkan rumah untuk waktu yang lama dan belum kembali. Sanak keluarga suaminya berpikir anak mereka telah mati dan memaksanya untuk menikah lagi. Besok malam dia akan bunuh diri di sini dan akan menggantikan tempatku sehingga aku dapat dilahirkan kembali. Ha... Ha...!
Narator: Roh dari mereka yang melakukan bunuh diri harus menunggu orang lain meninggal di tempat mereka bunuh diri supaya mereka bisa meninggalkan alam hantu dan mencapai kelahiran kembali pada derajat yang lebih tinggi.
Liao-Fan: Tuan Ying mendengar ini dan segera pergi menjual tanahnya. Dia memperoleh empat keping uang perak, mengarang sepucuk surat seolah-olah dari suami wanita desa tersebut dan mengirimkannya ke rumah wanita desa bersama dengan uang perak itu. Ayah mertua wanita tahu bahwa surat itu bukanlah tulisan tangan anaknya, tetapi ia memeriksa uang perak dan berkata...
Ayah mertua: Suratnya mungkin palsu, tetapi uang peraknya tidak. Siapa yang akan mengirimkan kepada kita uang sebanyak ini? Mungkin anak laki-laki kita benar-benar masih hidup dan dalam keadaan baik; kita tidak seharusnya memaksa menantu kita menikah lagi.
Liao-Fan: Karena itu menantu wanita tidak jadi bunuh diri dan suaminya pada akhirnya kembali juga ke rumah. Tuan Ying mendengar hantu-hantu kembali bercakap-cakap...
Hantu pertama: Huh! Semula saya dapat meninggalkan tempat ini untuk dilahirkan kembali, tetapi Tuan Ying mengacaukan kesempatan itu!
Hantu kedua: Mengapa kamu tidak menyakitinya saja?
Hantu pertama: Tidak, saya tidak mampu. Para dewa telah mengetahui kebajikan dan jasa-jasa baiknya, dan dia akan menerima jabatan yang penting dimasa mendatang. Bagaimana saya dapat menyakitinya?
Liao-Fan: Tuan Ying mendengar hal itu dan menjadi lebih rajin lagi melakukan kebajikan dan mengumpulkan jasa-jasa baik. Kapan saja terjadi kelaparan, dia akan mempergunakan uangnya sendiri untuk membeli makanan untuk orang-orang miskin dan yang membutuhkan, serta selalu bersemangat menolong orang yang sedang kesusahan. Tatkala keadaan tidak menjadi sesuai dengan harapan, dia akan merenung dengan sepenuh hati dan sama sekali tidak menyalahkan lingkungan di sekelilingnya. Hingga hari ini pun, keturunannya masih sangat terkenal.
Orang lainnya, Hsu Feng-Chu, tinggal di Changso, propinsi Chiangsu; ayahnya adalah orang sangat kaya. Kapan saja terjadi kelaparan, ayahnya akan menyumbangkan persediaan padinya dan semua sewa atas ladangnya kepada orang miskin. Suatu malam dia mendengar hantu-hantu bernyanyi di luar rumahnya...
Hantu-hantu: Bukan main-main! Bukan main-main! Seorang anggota keluarga Hsu akan lulus ujian kekaisaran!
Liao-Fan: Kejadian ini berlangsung selama beberapa hari dan memang benar, tahun itu anaknya Feng-Chu lulus ujian kekaisaran,. Sejak itu, dia makin rajin berbuat baik dan mengumpulkan jasa-jasa baik. Dia sering memperbaiki jembatan dan memperhatikan orang yang mengadakan perjalanan jauh dan para bhiksu. Suatu hari dia mendengar hantu-hantu kembali beryanyi...
Hantu-hantu:... bukan lelucon! Bukan lelucon! Seorang keluarga Hsu akan lulus ke tingkat yang lebih tinggi lagi pada ujian kekaisaran!
Narator: Dan memang benar, Feng-Chu lulus pada ujian tingkat yang lebih tinggi dan mejadi gubernur di dua propinsi!
Liao-Fan: Contih lainadalah Tu Kung-Shi yang tinggal di Chiashing, propinsi Chehkiang. Tuan Tu bekerja di pengadilan dan di malam hari suka menghabiskan waktu di penjara. Berbicara dengan para narapidana. Setiap hari dia mengetahui ada orang yang tidak bersalah, dia akan menulis laporan rahasia kepada hakim, memberitahukan temuannya. Berdasarkan laporan rahasia itu hakim kemudian akan menanyai narapidana bersangkutan dan menyelesaikan kasusnya.
Narator: Berkat usaha Tuan Tu, sepuluh orang yang tidak bersalah telah dibebaskan dan mereka semua sangat berterima kasih kepada hakim, memuji keputusannya yang bijaksana. Tak lama sesudah itu Tuan Tu yang dengan diam-diam membiarkan hakim mendapat pujian, juga membuat laporan kepada hakim agung di kekaisaran, dengan mengatakan...
Tuan Tu: ...Jika di ibukota saja ada banyak orang tak bersalah dihukum, pasti lebih banyak lagi di tempat lain dalam kekaisaran ini. Saya menyarankan agar hakim agung kekaisaran setiap lima tahun sekali mengirim penyelidik untuk memeriksa penjara dan membebaskan mereka yang tidak bersalah. Hukuman yang telah diputuskan oleh hakim dapatdikurangi atau dibatalkan guna mencegah orang tidak bersalah mendekam di penjara.
Liao-Fan: Hakim agung melanjutkan permohonan Tuan Tu kepada kaisar, yang setuju atas saran Tuan Tu. Tuan Tu terpilih sebagai salah satu agen khusus kekaisaran yang bertanggung jawab mengurangi hukuman para tahanan yang mungkin tidak bersalah. Suatu malam dia bermimpi dewa datang padanya dan berkata...
Dewa: Seharusnya engkau tidak memiliki anank dalam kehidupan ini, tetapi perbuatanmu mengurangi hukuman atas orang tidak bersalah sesuai dengan kehendak langit. Engkau akan dianugerahi tiga orang anak laki-laki dan mereka akan mendapatkan jabatan yang tinggi.
Liao-Fan: Tak lama setelah itu, isterinya melahirkan tiga anak laki-laki yang semuanya menjadi orang terkenal di masyarakat.
Contoh lain orang yang mendapatkan hasil yang baik dari berbuat kebaikan adalah Ping-Bao yang tinggal di Chiashing. Ping adalah anak bungsu dari tujuh anak hakim di Chichou, propinsi Anhui. Dia diminta untuk menikahi anak perempuan dari keluarga Yuan dari propinsi Pinghu yang merupakan teman baik dari ayah saya. Ping-Bao mempunyai pengetahuan yang luas dan berbakat, tetapi dia tidak pernah sanggup lulus ujian kekaisaran.
Narator: Dia akhirnya menghabiskan waktunya mempelajari ajaran Buddha dan Tao.
Liao-Fan: Suatu hari, ketika sedang bepergian ke Danau Liu, dia tiba di sebuah desa dan melihat sebuah Vihara dalam keadaan yang sangat memerlukan perbaikan. Dia melihat patung Bodhisattva Kwan Im berada dalam keadaan basah akibat hujan yang menetes dari atap bocor.
Ping mengeluarkan semua uang yang ia miliki dan memberikannya kepada kepala bhiksu dari vihara tersebut, memintanya mempergunakan uang itu untuk memperbaiki vihara. Kepala bhiksu menjawab...
Kepala bhiksu: perbaikan vihara ini merupakan pekerjaan yang besar, saya takut jumlah uang ini tidak cukup untuk memenuhi keinginanmu.
Liao-Fan: Ping-Bao kemudian mengeluarkan semua barang-barangnya yang berharga dan memberikan semua kepada kepala bhiksu. Pembantu-pembantunya berusaha membujuknya untuk menyimpan baju-baju terbaiknya, tetapi dia menolak dan berkata...
Ping-Bao: Bukan masalah bagiku. Sepanjang patung Bodhisattva Kwan Im tidak rusak, saya tidak perduli jika harus bepergian tanpa pakaian.
Liao-Fan: Kepala bhiksu dengan berlinang air mata berkata:
Kepala Bhiksu: Memberikan uang dan pakaian bukanlah perbuatan yang susah untuk dilakukan, tapi ketulusan hatimu yang dalam sungguh langkah dan tak ternilai harganya!
Liao-Fan: Setelah Vihara diperbaiki, Ping-Bao membawa ayahnya ke vihara itu sekaligus menginap disana. Malam itu, Ping bermimpi pelidung dari vihara, Chie-Lan datang berterima kasih kepadanya dan berkata...
Chie-Lan: Berhubung engkau telah mengumpulkan jasa-jasa baik dan kebajikan seperti ini, anak- anak dan keturunanmu akan memiliki jabatan di istana untuk waktu yang lama.
Liao-Fan: Di kemudian hari, anak laki-laki dan cucunya, keduanya lulus ujian tingkat tinggi dan ditunjuk sebagai pejabat kerajaan.
Contoh lain adalah orang bernama Li-Zhi dari propinsi Jiashan. Ayahnya bekerja sebagai juru tulis di pengadilan propinsi. Suatu hari, ayah Li-Zhi mengetahui seorang laki-laki yang tidak bersalah dijatuhi sanksi hukuman mati. Dia berusaha memberikan pembelaan atas kasus ini kepada atasannya. Ketika laki-laki yang ditahan tersebut mendengar hal ini, dia memberitahu isterinya...
Tahanan: saya sangat berhutang budi pada juru tulis yang telah berbicara untuk diriku, akan tetapi saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padanya. Maukah kamu mengundangnya ke rumah kita dan menawarkan dirimu menjadi isterinya? Mungkin ini akan dapat menyenangkan hatinya, dan menambah kemungkinan saya untuk tetap hidup.
Liao-Fan: Isterinya menangis sewaktu mendengar permintaan suaminya, karena sebenarnya dia tidak mau melakukan hal itu. Kan tetapi, hanya itu jalan satu-satunya yang dapat ia lakukan untuk menolong suaminya pada saat itu. Oleh karenanya, keesokan harinya ketika juru tulis itu datang ke rumahnya, dia menawarkan arak dan memberitahukan keinginan suaminya. Juru tulis itu menolak tawaran pernikahan, tetapi tetap berusaha sekuat tenaga menjernihkan kasus tersebut. Ketika laki-laki itu dibebaskan, dia dan isterinya pergi ke rumah juru tulis untuk berterima kasih. Laki-laki itu berkata...
Laki-laki: Orang dengan kebajikan seperti yang Tuan miliki sungguh sukar dijumpai pada masa sekarang, bagaimana saya dapat menunjukan rasa terima kasih saya? Tuan tidak mempunyai anak laki-laki, harap izinkan saya menawarkan anak perempuan saya untuk menikah denganmu, ini merupakan satu-satunya cara untuk membalas budi Tuan. Harap Tuan bersedia menerimanya.
Liao-Fan: Juru tulis itu menerima tawaran tersebut, dan tak lama setelah itu, dia melahirkan anak laki- laki baginya, yang diberi nama Li-Zhi, Li-Zhi lulus ujian kekaisaran tingkat tinggi ketika dia baru berumur 20 tahun.
Narator: Anak dari Li-Zhi, Gao, cucunya Lu, dan cucu buyutnya Da-Lwun, semuanya lulus ujian kekaisaran tingkat tinggi dan menerima pengangkatan.
Liao-Fan: Kesepuluh contoh tersebut di atas semua menceritakan perbuatan yang berbeda yang dilakukan orang yang berbeda. Walaupun perbuatan mereka berbeda-beda, tujuan mereka sama; yaitu untuk berbuat baik. Jika kita mempelajari kebaikan dengan seksama, kita akan mendapatkan bahwa ada banyak jenis perbuatan baik.
Narator: Ada kebaikan sejati dan adan kebaikan yang semu, kebaikan yang jujur dan kebaikan bengkok, tersembunyi dan tampak jelas, palsu dan asli, tepat dan tidak tepat, sepenuh hati dan setengah hati, besar dan kecil, dan akhirnya, sulit dan mudah.
Liao-Fan: Kesemua jenis perbuatan baik yang berbeda-beda ini masing-masing mempunyai alasan sendiri, yang mana harus dengan hati-hati dipelajari dan dimengerti. Jika kita melakukan perbuatan baik tetapi tidak tahu cara membedakan yang benar dan salah, pada akhirnya kita mungkin membawa kerusakan bukannya kebaikan. Sekarang saya akan menerangkan perbedaan dari jenis perbuatan baik satu persatu.
Apakah yang dimaksud dengan “ kebaikan sejati dan kebaikan semu?” Di masa Dinasti Yuan, sekelompok pelajar pergi memberi hormat kepada Guru Jung-Feng di pegunungan Tianmu. Mereka bertanya...
Pelajar pertama: Ajaran agama Buddha sering menbicarakan ganjaran karma untuk yang baik dan buruk, mengatakan “karma itu seperti bayangan, mengikuti tubuh kita ke mana kita pergi.”
Narator: Ini menyatakan bahwa kebaikan akan selalu membawa imbalan dan kejahatan akan selalu mendapatkan hukuman.
Pelajar pertama: Lalu mengapa ada orang yang berbuat baik, tetapi keluarganya dan keturunannya tidak makmur dan tidak sukses? Di lain pihak, ada orang jahat dan keji yang melakukan hal-hal tidak terpuji, tetapi keluarga dan keturunannya hidup dengan layak. Kemana perginya hukum sebab akibat? Apakah tidak ada standar dalam ajaran agama Buddha?
Liao-Fan: Guru Jung-Feng menjawab pertanyaan iu dengan berkata...
Guru Jung-Feng: Orang awam dibutakan oleh pandangan-pandangan duniawi, sehingga pikiran mereka belum membersihkan pikiran mereka dari hal-hal yang kotor dan tidak mampu melihat dengan persepsi yang benar. Karena itu, mereka menganggap kebaikan sejati sebagi perbuatan yang salah, dan keliru menganggap perbuatan salah sebagai kebaikan. Hal ini sangat lazim terjadi dewasa ini! Lebih-lebih lagi, mereka-mereka ini tidak mengoreksi diri atau pandangan mereka sendiri yang salah, tetapi malah menyalahkan langit atas nasib jelek mereka!
Pelajar kedua: Baik adalah baik, jahat adalah jahat. Bagaimana mungkin orang keliru membedakannya?
Liao-Fan: Mendengar hal ini, Guru Jung-Feng meminta mereka masing-masing mengutarakan pendapat tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Pelajar ketiga: Memaki dan memukul orang adalah hal yang tidak baik, menghormati dan memperlakukan orang lain dengansopan adalah hal yang baik.
Guru Jung-Feng: ... Tidak selalu.
Pelajar Keempat: Tamak harta dan mengambil uang orang lain adalah hal yang salah, tidak tamak dan patuh dengan cara yang benar adalah hal yang baik.
Guru Jung-Feng: ... Tidak selalu.
Liao-Fan: Pelajar-pelajar yang lain semuanya mengutarakan pendapat mereka masing-masing mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik, tetapi Guru Jung-Feng tetap menjawab...
Guru Jung-Feng: ... Tidak selalu.
Liao-Fan: Berhubung Guru Jung-Feng tidak setuju dengan semua pandangan mereka tentang apa yang baik dan apa yang buruk, mereka memutuskan meminta padangan Guru Jung-Feng sendiri.
Para Pelajar: Jadi sebenarnya apa yang baik dan apa yang sebenarnya tidak baik?
Guru Jung-Feng: Melakukan sesuatu dengan tujuan memberikan manfaat kepada orang lain adalah baik, melakukan sesuatu untuk keuntungan sendiri adalah tidak baik. Jika apa yang kita lakukan adalah demi manfaat pada orang, maka tidak menjadi masalah apakah kita memaki atau memukulnya. Perbuatan itu masih dianggap baik. Jika tujuan kita adalah untuk keuntungan diri sendiri, maka meskipun bersikap hormat dan sopan, perbuatan itu tetap dianggap tidak baik.
Karena itu, jika melakukan perbuatan baik dengan satu tujuan memberikan manfaat bagi orang lain, ini dianggap bermanfaat bagi masyarakat umum, dan jika manfaat itu adalah untuk masyarakat umum, maka itu adalah kebaikan sejati. Jika hanya memikirkan diri sendiri sewaktu melakukan perbuatan baik, maka itu dianggap hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan itulah yang disebut kebaikan semu.
Ketika kebaikan mekar dalam hati kita, itu adalah kebaikan sejati. Ketika kita melakukan perbuatan baik semata-mata untuk perbuatan baik tanpa mengharapkan imbalan, itu adalah kebaikan sejati. Jika kita melakukan kebaikan dengan tujuan selain dari memberikan manfaat bagi orang lain, maka itu adalah kebaikan yang semu. Mereka yang ingin melakukan kebaikan sejati, perlu merenungkan semua perbedaan ini.
Liao-Fan: Apakah yang dimaksud “kebaikan yang murni dan kebaikan yang bengkok”? Dewasa ini orang yang menganggap terlalu konservatif dan orang yang sopan dan menyenangkan adalah orang yang baik hati dan bajik. Namun, orang bijaksana dan orang suci masa dulu telah menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai orang yang berani dan memiliki tujuan yang tinggi untuk dicapai.
Narator: Ini karena mereka yang berani dan mempunyai tujuan yang tinggi lebih mudah diajarkan dan dibimbing, dan suatu hari akan mencapai pretasi dalam hidupnya; sedangkan mereka yang terlalu konservatif tidak mencapai apa-apa.
Liao-Fan: Mereka yang berpenampilan konservatif dan terlalu hati-hati dalam setiap tindakannya sehari-hari, mungkin disukai semua orang, tapi karena wataknya yang lemah, mereka mudah mengikuti apa pun, tidak mampu memutuskan untuk diri mereka sendiri. Orang bijaksana sering menyebut mereka sebagai pencuri-pencuri kebajikan. Dari sini kita dapat melihat bahwa sudut padang orang biasa sangat berbeda dari sudut pandang orang bijaksana dan suci.
Narator: Apa yang oleh orang awam terlihat sebagai kebajikan, oleh orang suci dapat dinyatakan tidak baik. Apa yang tampak tidak baik oleh orang awam, dapat dilihat sebagai kebaikan sejati oleh orang suci.
Liao-Fan: Ini juga berlaku pada masalah-masalah lainnya. Bumi, makhluk halus, langit dan para dewa, semuanya memeandang kebaikan dan kejahatan dari sudut pandang yang sama seperti orang bijaksana. Orang baik hati akan diberi imbalan atas perbuatan baiknya, dan orang jahat akan dihukum atas perbuatan mereka yang salah. Apa yang dipandang baik oleh orang bijaksana juga akan di padang demikian oleh mereka. Mereka tidak memandang sesuatu dari sudut pandang yang sama dengan orang awam.
Karena itu, mereka yang ingin mengumpulkan jasa-jasa baik jangan samapi dibohongi dan dipengaruhi oelh penglihatan-penglihatan dan suara-suara kehidupan duniawi. Sebaliknya, mereka perlu berlatih dengan tulus dan rendah hati, bukan untuk menyenangkan orang lain dan mendapat rasa hormat. Orang harus melindungi dengan baik hatinya dari pikiran yang menyimpang dan tidak bersih.
Narator: Kebaikan yang murni muncul dari pikiran untuk menolong semua orang. Kebaikan yang bengkok muncul dari pikiran yang tamak untuk menyenangkan orang. Menaruh rasa cinta kasih adalah kemurnian. Menaruh rasa kebencian dan iri hati adalah ketidakmurnian. Kebaikan yang murni terjadi ketika kita memang patut dihormati, dan kebaikan yang tidak murni terjadi ketika orang bertindak tanpa ketulusan hati.
Liao-Fan: Semua ini harus dibedakan dengan hati-hati. “Apakah yang dimaksud dengan kebaikan tersembunyi dan kebaikan yang tampak jelas”?
Narator: Ketika melakukan suatu kebaikan dan orang-orang mengetahuinya, itulah yang disebut kebaikan yang kelihatan. Ketika melakukan suatu kebaikan dan tidak seorangpun mengetahuinya, itu disebut kebaikan yang tersembunyi.
Liao-Fan: Mereka yang memiliki kebaikan yang tersembunyi dengan sendirinya akan diketahui oleh langit dan akan diberi imbalan atas perbuatan baiknya. Mereaka yang melakukan kebaikan yang kelihatan akan diketahui orang lain dan akan menjadi terkenal.
Narator: Ketenaran sendiri merupakan keberuntungan, tetapi langit dan bumi tidak menyukai ketenaran karena langit dan bumi tidak menyukai mereka yang mengejar ketenaran.
Liao-Fan: Kita dapat melihat bahwa mereka yang sangat terkenal, tetapi tidak memiliki cukup kebajikan untuk mendukungnya. Akhirnya akan berhadapan dengan berbagai penderitaan berat. Orang yang tidak pernah berbuat salah tetapi terus-menerus dituduh secara salah oleh orang lain, akan mempunyai keturunan yang tiba-tiba makmur dan sukses.
Narator:Dari sini, kita dapat melihat betapa pentingnya memahami perbedaan yang sangat kecil antara kebaikan yang tersembunyi dan kebaikan yang kelihatan. Kita tidak boleh keliru dalam hal ini!
Liao-Fan: Dalam melakukan perbuatan baik, ada juga yang kelihatannya seperti kebaikan, tetapi sebenarnya bukan, dan apa yang kelihatannya bukan kebaikan ternyata kebaikan. Inilah yang disebut kebaikan palsu dan kebaikan asli.
Contohnya pada periode musim semi dan musim gugur, ada sebuah negara bernama Lu. Karena ada negara lain yang menjadikan rakyatnya sebagai budak atau pembantu, negara Lu membuat suatu peraturan yang memberikan penghargaan bagi mereka yang membayar uang tebusan untuk mendapatkan kembali kebebasan penduduk senegaranya. Pada waktu itu, Confucius mempunyai seorang murid yang kaya bernama Dz-Gong. Walaupun Dz-Gong membayar uang tebusan untuk membebaskan rakyatnya, dia menolak menerima penghargaan atas perbuatannya itu.
Narator: Dia melakukannya dengan maksud baik, hanya berusaha menolong orang lain dan bukan demi penghargaan.
Liao-Fan: Ketika itu Confucius mendengar hal itu, dia sangat tidak senang dan memarahinya dengan mengatakan...
Confucius: Kamu bertindak salah dalam hal ini. Ketika orang bijaksana dan orang suci melakukan sesuatu, mereka berusaha keras memperbaiki tingkah laku masyarakat, mengajarkan orang-orang untuk menjadi baik dan bersusila. Orang melakukan sesuatu jangan hanya dia merasa menyukainya.
Di negara Lu orang miskin lebih banyak dari orang kaya. Dengan menolak penghargaan, engkau telah membuat orang lain berpikir bahwa menerima penghargaan adalah tanda ketamakan.
Karena itu, orang tak berpunya dan mereka yang tidak ingin dinilai tamak dengan menerima penghargan dari pemerintah, akan ragu-ragu membayar uang tebusan dimasa yang akan datang. Hanya orang sangat kaya yang mampu melakukan perbuatan ini. Jika hal ini terjadi, tidak ada lagi orang yang mau membayar tebusan untuk membebaskan orang-orang kita.
Liao-Fan: Murid Confucius yang lain, Dz-Lu suatu hari melihat seorang laki-laki tengelam di sungai dan menolongnya. Laki-laki itu berterima kasih kepadanya dengan memberinya seekor sapi.
Dz-Lu menerima pemberian laki-laki tersebut. Confucius sangat gembira ketika mendengar berita ini dan berkata…
Confucius: Di masa yang akan datang orang-orang akan mau dan bersemangat menolong mereka yang hanyut di sungai atau di danau.
Liao-Fan: Jika kita melihat dari pandangan orang awam, Dz-Gong, yang menerima penghargaan adalah orang baik. Dz-Lu yang menerima pemberian seekor sapi tidaklah begitu baik. Tapi siapa yang menyangka Confucius akan memuji Dz-Lu dan sebaliknya memarahi Dz-Gong? Dari sini kita melihat bahwa mereka yang melakukan perbuatan baik jangan hanya melihat hasil yang akan dicapai di masa sekarang…
Narator: … tetapi juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang perbuatan tersebut.
Liao-Fan: Orang jangan Cuma mempertimbangkan keuntungan dan kerugian diri sendiri…
Narator: …tetapi memperhatikan juga dampak yang timbul di dalam masyarakat.
Liao-Fan: Apa yang kita lakukan sekarang ini mungkin baik…
Narator: … tetapi dengan berlalunya waktu, hal tersebut membawa kerugian bagi orang lain.
Liao-Fan: Karena itu, apa yang kelihatannya seperti kebaikan mungkin kenyataannya merupakan kebalikannya dan apa yang kelihatannya merupakan kebalikan dari kebaikan, mungkin nantinya pada suatu hari akan berubah menjadi baik. Ada contoh lain dari apa yang tampak seperti kebajikan tetapi sesungguhnya bukan.
Narator: Ada banyak hal yang kelihatannya harus dilakukan, tetapi kadang-kadang lebih baik hal tersebut tidak dilakukan. Memberi maaf adalah kebajikan, tetapi tidak boleh diberikan tanpa didasari alasan yang jelas dan bijaksana. Jika dengan mudah memaafkan dan membebaskan penjahat ketika dia belum menyesali perbuatannya dan bertobat, kita mungkin telah melepaskan ancaman ke dalam masyarakat, menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. Dalam hal ini, memberi maaf adalah salah; orang tersebut lebih baik tetap tinggal di dalam penjara.
Liao-Fan: Kita semua perlu mempunyai tata krama, tetapi harus dilakukan dengan pertimbangan yang tepat. Rasa hormat secara berlebihan kepada orang lain dapat membuat orang itu menjadi arogan dan sombong. Dalam hal ini, rasa hormat itu bukanlah hal yang baik.
Narator: Menepati janji adalah kebajikan, tetapi jika orang mendatangkan kesulitan besar dengan menepati janji kecil, maka hal tersebut dianggap tidak tepat.
Liao-Fan: Menjadi orang yang penuh kasih dan welas asih merupakan sifat yang sangat baik, tetapi jika welas asih dilakukan dengan membolehkan semua hal, maka orang yang manja akan menjadi berani dan tidak terkendali, menimbulkan kerugian besar dan kesulitan di kemudian hari. Ini akan menjadi perbuatan yang sangat kejam.
Narator: Semua ini adalah contoh dari apa yang tampak sebagai tetapi kenyataannya tidaklah demikian dan harus direnungkan dengan seksama.
Liao-Fan: Apakah yang dimaksud dengan “kebaikan yang tepat dan kebaikan yang tidak tepat”? Pada masa Dinasti Ming, suatu kali ada seorang Perdana Menteri bernama Lyu Wen-Yi, seorang yang adli dan taat hukum. Saat usianya menjelang tua, dia pensiun dan pulang ke desa kelahirannya di mana dia disayang dan dihormati semua orang. Suatu hari, seorang pemabuk di desanya datang ke rumahnya dan mulai menghinanya. Tuan Lyu tidak marah dengan perkataan orang tersebut malah memberitahu pembantunya…
Tuan Lyu: Orang ini sedang mabuk. Jangan perdulikan dia.
Liao-Fan: Setelah mengatakan itu, dia menutup pintu dan tidak memperdulikan hinaan tersebut. Setahun kemudian, pemabuk itu melakukan kejahatan serius dan dikirim ke penjara dengan pidana mati. Mendengar hal tersebut, Tuan Lyu berkata dengan penuh penyesalan…
Tuan Lyu: Jika membawanya kepada yang berwajib untuk dihukum saat dia datang menghina saya, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Sedikit hukuman waktu itu barangkali bisa mencegah kerusakan besar hari ini, dan mungkin bisa menghindarkan dirinya dari kematian. Pada saat itu, saya hanya berpikir untuk bersikap baik dan tanpa disadari memelihara sikap membangkang dan kepribadian yang memalukan. Berhubung tidak ada sanksi yang dijatuhkan dari perbuatannya menghina seorang perdana menteri, dia menjadi berani dan terus berbuat jahat, yang akhirnya menyebabkan dia dijatuhi hukuman mati.
Liao-Fan: Ini adalah Contoh dari berbuat sesuatu yang tidak baik walaupun mempunyai maksud yang baik. Ada juga contoh dari mereka yang berbuat baik walaupun pada kenyatannya mempunyai maksud sebaliknya.
Suatu hari, kelaparan menimpa Negara dan orang-orang mencuri makanan orang lain di siang bolong. Satu keluarga kaya melaporkan kehilangan di pasar kepada pihak yang berwajib. Namun, pemerintah tidak ingin terlibat, karenanya tidak berbuat apa pun untuk menghentikan para pencuri makanan itu.
Akhirnya, mereka menjadi lebih berani dan kekacauan terjadi di mana-mana. Oleh karena itu, keluarga kaya tersebut menetapkan hukum sendiri dan mulai menangkap dan menghukum orang yang mencuri dari mereka. Dengan cara ini, ketentraman datang kembali dan orang tidak lagi mencuri dari orang lain. Orang kaya itu bertindak demi kepentingan dii sendiri, namun tindakan mereka akhirnya membawa manfaat besar bagi semua orang.
Narator: Kita semua tahu kebaikan itu tepat dan kejahatan tidak tepat. Akan tetapi, ada kasus-kasus dimana perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan maksud baik memberikan hasil yang tidak baik dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan maksud tidak baik memberikan hasil yang baik. Inilah yang disebut walaupun maksudnya tepat, hasil perbuatan itu tidak tepat. Ini disebut “tidak tepat diantara yang tepat”. Tetapi, ada juga kasus di mana tujuannya yang tidak tepat namun hasilnya tepat. Ini disebut “tepat di antarayang tidak tepat:”.
Liao-Fan: Kita semua harus mengetahui dan memahami hal ini. Apakah yang dimaksud dengan “kebaikan setengah hati dan kebaikan sepenuh hati”? I Ching, kitab tentang perubahan mengatakan...
Narator: “Orang yang tidak melakukan perbuatan baik tidak akan mendapatkan nasib baik. Sebaliknya, orang yang tidak melakukan perbuatan jahat tidak akan mendapatkan kesengsaraan”.
Liao-Fan: Kumpulan dari perbuatan baik dan jahat sangat menentukan masa depan kita. Jika kita rajin berbuat baik, itu seperti mengumpulkan barang dalam kotak penyimpanan. Jika kita rajin, kotak tersebut akan cepat penuh dan kita akan mendapat imbalan berupa nasib baik. Jika bersemangat dan rajin mengumpulkan kejahatan, maka kotak penyimpanan perbuatan jahat kita akan cepat penuh dan malapetaka segera terjadi.
Jika kita agak malas dalam mengumpulkan kebaikan maupun kejahatan, maka kotak penyimpanan hanya akan terisi setengahnya saja dan tidak ada nasib baik maupun malapetaka yang cepat menghampiri kita. Inilah penjelasan dari kebaikan yang sepenuh hati dan setengah hati.
Pernah ada seorang perempuan miskin yang pergi mengunjungi vihara Buddha dan bermaksud untuk memberikan sumbangan. Tetapi, dia begitu miskin sehingga hanya mempunyai dua sen tetapi dia tetap memberikannya kepada seorang bhiksu. Yang mengejutkan perempuan tersebut,kepala bhiksu vihara itu sendiri yang menghampiri dan membantunya melakukan penyesalan atas pelanggaran- pelanggaran di masa lalu dan mempersembahkan jasa-jasa baiknya di depan patung Buddha.
Di kemudian hari, perempuan itu terpilih untuk masuk ke istana kaisar dan menjadi selir kaisar.
Dengan berpakaian bagus dan mahal, perempuan itu kembali ke vihara Buddha yang dulu untuk melakukan sumbangan, kali ini dengan membawa ribuan uang perak. Yang mengecutkan hatinya, kepala bhiksu hanya mengutus seorang bhiksu untuk membantunya mempersembahkan jasa-jasa baiknya. Perempuan itu tidak mengerti dan bertanya kepada kepala bhiksu tersebut...
Perempuan: dahulu saya hanya menyumbangkan dua sen, tetapi Guru sendiri membantu saya menyatakan rasa penyesalan. Hari ini saya datang dengan membawa banyak uang untuk disumbangkan tetapi Guru tidak membantu saya melakukan persembahan. Mengapa?
Kepala Bhiksu: Walaupun jumlah uang yang Anda berikan di masa lalu sedikit, itu diberikan dengan hati yang murni dan tulus. Karena itu perlu bagi saya membalas ketulusan hatimu dengan membantu melakukan persembahan. Hari ini, walaupun sumbanganmu lebih banyak, keikhlasan hati dalam memberi tidaklah semurni dan setulus pemberian sebelumnya. Oleh karena itu, sumbangan tersebut tepat dan cukup dibantu oleh murid saya.
Liao-Fan: Ini adalah contoh bagaimana ribuan uang perak hanya dianggap kebaikan yang setengah hati dan uang dua sen sebagai kebaikan sepenuh hati.
Contoh lain adalah Li-Jung, orang suci Dinasti Han. Dia sedang mengajari muridnya, Lyu Dong-Bing, keahlian mengubah besi menjadi emas. Mereka akan menggunakan emas tersebut untuk menolong orang miskin. Dong-Bing bertanya pada gurunya…
Dong-Bing: Akankah emas ini berubah kembali menjadi besi?
Li-Jung: Setelah 500 tahun, benda itu akan kembali ke bentuknya semula.
Dong-Bing: Kalau begitu, saya tidak ingin mempelajari ilmu ini. Keahlian ini dapat merugikan mereka yang memiliki emas ini 500 tahun dari sekarang.
Liao-Fan: Sebenarnya, Li-Jung hanya menguji kebaikan hati muridnya. Dia merasa gembira dengan hasil yang didapatnya, lalu berkata…
Li-Jung: Untuk dapat menjadi orang abadi, orang harus menyelesaikan 3.000 kebajikan. Apa yang kamu katakana muncul dari hati yang tulus; ketiga ribu perbuatan baikmu telah terpenuhi!
Liao-Fan: Ini adalah contoh lain dari kebaikan sepenuh hati dan kebaikan setengah hati. Ketika melakukan perbuatan baik, yang terbaik adalah ketika kita melakukannya dengan ketulusan yang paling dalam, bukan mencari imbalan atau selalu mengingat berapa banyak perbuatan baik yang telah kita lakukan. Jika kita berlatih dengan cara ini, maka semua perbuatan baik kita akan mencapai pemenuhan dan berhasil.
Jika sebaliknya, kita selalu memikirkan perbuatan-perbuatan baik yang telah kita lakukan, mencari suatu bentuk imbalan, maka tidak perduli bagaimana tekunnya kita melakukan perbuatan baik, bahkan sepanjang hidup, perbuatan baik itu tetap dianggap sebagai kebaikan yang setengah hati.
Narator: Contohnya, ketika kita menyumbangkan uang kepada fakir miskin, kita dapat mempraktekkan apa yang disebut “sumbangan murni”. Dalam bentuk pemberian ini, tidak boleh ada dalam pikiran kita bahwa “saya” yang memberikannya; atau memikirkan betapa pentingnya barang- barang yang saya sumbangkan; atau memikirkan siapa yang menerima sumbangan tersebut. Kita hanya memberi dan itu karena benar-benar ikhlas dan penuh rasa hormat. Ketika mempersembahkan “sumbangan murni”, maka satu kantong beras dapat membawa nasib baik yang tidak terbatas dan jasa-jasa baik yang diperoleh dari sumbangan satu sen dapat menghapus pelanggaran-pelanggaran beribu-ribu tahun.
Liao-Fan: Jika kita selalu mengingat perbuatan baik yang telah kita lakukan dan mengharapkan imbalan atas perbuatan tersebut, maka sumbangan 200.000 emas juga tidak cukup untuk memberikan kita imbalan nasib baik. Ini adalah cara lain menjelaskan kebaikan sepenuh hati dan kebaikan setengah hati.
Apakah yang dimaksud dengan “kebaikan yang besar dan kebaikan yang kecil”? Pernah terdapat seorang pejabat tinggi bernama Wei Jung-Da yang dibawa masuk ke dunia roh untuk diadili atas perbuatan baik dan perbuatan jahatnya. Hakim disana memerintahkan agar catatan perbuatan baik dan jahat atas dirinya ditunjukkan. Ketika catatan tersebut ditunjukkan. Ketika catatan tersebut ditunjukkan, Jung-Da sangat terkejut melihat banyaknya catatan perbuatan jahatnya yang memenuhi halaman pengadilan, dan Cuma terdapat satu gulung catatan perbuatan baik. Hakim memerintahkan kedua jenis catatan itu ditimbang. Anehnya, catatan perbuatan jahat yang memenuhi halaman pengadilan lebih ringan daripada satu gulungan catatan perbuatan baiknya, yang Cuma setipis sumpit. Jung-Da bertanya pada hakim…
Jung-Da: Umur saya belum mencapai 40 tahun, bagaimana mungkin saya dapat melakukan begitu banyak perbuatan salah?
Hakim: Ketika memikirkan sesuatu yang tidak tepat, hal tersebut sudah bisa dianggap pelanggaran, pikiran tersebut tidak harus dilanjutkan dengan perbuatan untuk bisa dianggap sebagai sesuatu yang salah. Contohnya, ketika melihat wanita cantik dan memikirkan hal yang tidak pantas, maka itu pun sudah dapat dianggap pelanggaran.
Liao-Fan: Jung-Da kemudian bertanya lagi pada hakim mengenai gulungan kecil yang mencatat perbuatan baiknya, yang lebih berat dari catatan perbuatan jahatnya. Hakim menjawab…
Hakim: Kaisar pernah merencanakan membuat jembatan batu yang besar tetapi engkau mengajukan keberatan atas rencana itu mengingat penderitaan dan korban yang bakal timbul terhadap puluhan dan ribuan pekerja yang harus menyelesaikan pekerjaan itu. Gulungan ini adalah salinan dari saran pertimbanganmu kepada kaisar.
Jung-Da: Saya memang membuat keberatan itu, tetapi kaisar tidak mengacuhkannya dan tetap melaksanakan rencana pembuatan jembatan itu. Usulan saya sama sekali tidak memberi pengaruh apa-apa dalam kasus itu. Bagaimana bisa usulan itu lebih berat dibandingkan jumlah kesalahan saya?
Hakim: Walaupun kaisar tidak menerima usulanmu, pikiran baikmu terhadap nasib puluhan dan ribuan orang sangat besar artinya. Jika waktu itu kaisar mendengar usulanmu, nilai kebaikan yang ditimbulkan akan lebih besar lagi.
Liao-Fan: Karena itu, ketika orang bertekad berbuat baik demi manfaat bagi banyak orang, sebuah perbuatan kecil sekalipun dapat mengumpulkan jasa-jasa baik yang sangat besar.
Narator: Jika orang hanya berpikir untuk keuntungan diri sendiri, biarpun banyak perbuatan- perbuatan baik yang telah dilakukannya, jasa-jasa baiknya tetap dinilai kecil.
Liao-Fan: Apakah yang dimaksud “kebaikan yang sulit dab kebaikan yang mudah”? Para pelajar yang berpengetahuan luas pada masa dahulu sering mengatakan...
Pelajar: Saat berkeinginan mengatasi ketamakan dan hasrat yang ada pada dirinya, orang harus memulainya dengan apa yang paling sulit untuk diatasi.
Liao-Fan: Fan-Chr, seorang murid Confucius, pernah bertanya pada gurunya bagaimana caranya mengembangkan kemanusiaan dalam drinya secara penuh...
Confucius: Mulailah dengan apa yang paling sulit untuk dilakukan.
Liao-Fan: yang dimaksud Confucius dengan yang paling sulit adala mengakhiri pikiran yang mementingkan diri sendiri. Mulailah berlatih dengan mengatasi apa yang paling sulit diatasi.
Kita dapat berlatih seperti yang dilakukan Tuan Su, guru tua dari Chiangshi, yang menyumbangkan uang setara dengan gajinya selama dua tahun kepada sebuah keluarga miskin yang berutang kepada pemerintah. Dengan demikian dia telah menyelamatkan keluarga tersebut dari perpisahan akibat sang suami harus mendekam di penjara. Contoh lain adalah Tuan Jang dari Herbei.
Narator: Tuan Jang melihat seorang laki-laki sangat miskin yang harus menjaminkan istri dan anaknya, dan kemudian tidak mempunyai uang menebus mereka. Jika dia tidaksanggup menebus mereka kembali, istri dan anaknya dapat kehilangan nyawa mereka.
Liao-Fan: Karena itu, Tuan Jang memberikan uang tabungannya selama sepuluh tahun kepada laki- laki miskin itu agar keluarganya dapat bersatu kembali.
Narator: Contoh seperti Tuan Su dan Tuan Jang sangat jarang ditemukan, karena mereka memberikan apa yang paling sulit untuk diberikan. Apa yang tidak akan dikorbankan orang lain, mereka lakukan dengan rela hari.
Liao-Fan: Contoh lain adalah Tuan Jin dari propinsi Chiangsu. Dia sudah tua dan tidak mempunyai anak laki-laki, maka tetangganya menawarkan anak perempuan mereka untuk menikah dengannya, untuk memberikan anak yang akan meneruskan garis keturunannya. Tetapi Tuan Jin tida sampai hati menghancurkan masa depan cerah anak perempuan tersebut, oleh karenanya dia menolak tawaran pernikahan itu dan menyuruhnya pulang.
Narator: Ini adalah contoh lain dari kemampuan untuk mengatasi apa yang paling sulit untuk diatasi dalam diri seseorang. Karena itu, Tuhan telah melimpahkan banyak nasib baik, terutama kepada ketiga orang tersebut di atas.
Liao-Fan: Lebih mudah bagi mereka yang mempunyai uang dan kekuasaan untuk mengumpulkan jasa-jasa baik dan kebajikan daripada mereka yang miskin. Namun sungguh patut disayangkan jika orang menolak melakukan kebaikan walaupun mudah dilakukan dan kesempatan terbuka lebar baginya untuk melakukan kebaikan itu. Bagi mereka yang miskin dan tidak mempunyai jabatan, sungguh sukar melakukan hal-hal yang baik kepada orang lain. Akan tetapi jika masih dapat membantu orang lain, meskipun diri sendiri sedang berada dalam kesulitan, maka perbuatan itu merupakan kebajikan yang nilainya sangat besar dan jasa-jasa baiknya tak terhingga.
Untuk dapat menjadi orang bermoral dalam berhubungan dengan orang lain dan pekerjaan, kita harus membantu kapan saja kesempatan itu ada. Membantu orang lain bukanlah hal yang mudah tetapi ada banyak cara untuk melakukannya. Singkatnya, cara-cara untuk membantu orang lain dapat disederhanakan ke dalam sepuluh kelompok penting. Kelompok pertama adalah “mendukung dilakukannya perbuatan baik”.
Narator: Ketika melihat orang mencoba melakukan kebaikan,kita dapat memberikan bantuan dan menolong kebajikan mereka tumbuh berkembang. Ketika melihat orang lain ingin berbuat baik tetapi tidak mampu melakukannya sendiri, kita dapat mengulurkan tangan dan membantu mereka sampai berhasil. Inilah cara kita mengembangkan sikap “membantu terjadinya perbuatan baik”.
Liao-Fan: Kelompok kedua adalah “menumbuhkan rasa sayang dan hormat”.
Narator: Kita dapat menghormati mereka yang berpengetahuan luas, lebih tua atau mempunyai jabatan yang lebih tinggi dari diri kita. Bagi mereka yang lebih muda, kurang beruntung atau pun mempunyai jabatan yang lebih rendah, kia dapat menaruh rasa sayang.
Liao-Fan: Kelompok ketiga adalah “membantu keberhasilan orang lain”
Narator: Saat melihat orang mempertimbangkan apakah berbuat atau tidak berbuat kebaikan, kita dapat meyakinkan mereka untuk berusaha melakukannya dengan sekuat tenaga. Ketika orang lain menemui kesulitan dalam melakukan perbuatan baik, kita dapat membantu memikirkan cara mengatasi kesulitan tersebut dan menuntun mereka kepada keberhasilan. Kita tidak boleh iri hati terhadap pencapaian orang lain atau pun mencoba menghambat perbuatan baik mereka.
Liao-Fan: Kelompok keempat adalah “membujuk orang lain berbuat baik”.
Narator: Ketika bertemu orang yang berbuat salah, kita dapat menunjukan berbuat salah hanya akan berakhir dengan penderitaan dan mendatangkan hukuman yang menyakitkan, dan dia harus menghindari berbuat salah dengan cara apa pun. Kita dapat memberitahu orang yang menolak berbuat baik atau yang hanya melakukan sedikit kebaikan, bahwa kebajikan nantinya pasti akan membawa hasil yang baik. Kebaikan bukan hanya harus dikembangkan, tetapi harus dikembangkan terus-menerus dan besar-besaran.
Liao-Fan: kelompok kelima adalah “menolong mereka yang sangat memerlukannya”
Narator: Orang pada umumnya cenderung memberikan bantuan di saat tidak diperlukan dan tidak memberikan bantuan waktu diperlukan. Jika bertemu dengan orang yang terbelit kesulitan besar, terjebak dalam keadaan darurat, atau dalam bahaya, kita harus menolong dan membantu mereka keluar dari kesulitan itu dengan cara apa pun yang dapat kita lakukan. Jasa-jasa baik yang dikumpulkan dengan menolong orang lain yang sedang mengalami kesusahan berat mempunyai nilai yang tidak terhingga. Namun, orang tidak boleh menjadi sombong dan angkuh karena sudah berbuat seperti itu.
Liao-Fan: Kelompok keenam adalah “membangun fasiltas umum demi manfaat besar bagi masyarakat”.
Narator: Proyek yang dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat biasanya harus dikerjakan oleh mereka yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan besar. Jika orang mempunyai kemampuan seperti membangun saluran irigasi atau membantu tempat yang terkena bencana, maka ia harus melakukannya demi kepentingan masyarakat. Mereka yang tidak mempunyai pengaruh dan kekuasan juga dapat melakukan perbuatan-perbuatan besar. Contohnya ketika melihat kebocoran kecil pada bendungan, orang dapat menggunakan batu kerikil dan tanah untuk menghentikan bocoran air dan mencegah bencana banjir. Walaupun ini perbuatan kecil, tetapi pengaruhnya tidak akan hilang begitu saja.
Liao-Fan: Kelompok ketujuh adalah “memberi lewat sumbangan”.
Narator: Orang-orang di dunia ini mencintai, mencari, dan bahkan rela mati demi uang. Siapa sebenarnya yang ikhlas menolong orang lain dengan memberikan uang mereka sendiri?
Jika kita mengetahui sulitnya memberikan sumbangan, kita akan menghargai orang langka yang ikhlas memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Orang seperti ini lebih tinggi lagi nilainya di mata fakir miskin.
Menurut hukum sebab akibat, “mereka yang memberi akan menerima”, dan “mereka yang menolak memberi tidak akan menerima”. Jika melakukan satu kebakan, kita akan menerima satu nasib baik, dan tidak perlu merasa khawatir tidak lagi memiliki apa-apa jika kita memberikan bantuan kepada orang lain.
Liao-Fan: Kelompok kedelapan adalah “melindungi ajaran yang benar”.
Narator: Ini merujuk kepada semua ajaran berbagai agama. Kita harus bisa membedakan ajaran yang benar dengan ajaran yang menyimpang. Ajaran yang menyimpang merusak pikiran dan hati orang dan tentu saja harus dihindari dengan cara apa pun. Sebaliknya, ajaran yang mengandung kebijaksanaan dan pandangan yang benar, seperti Ajaran Confucius, Ajaran Buddha, dan lain-lain, yang dapat menumbuhkan kebaikan dan kebajikan dalam masyarakat harus didukung dengan sepenuh hati.
Hampir semua kebudayaan mempunyai ajaran yang benar seperti itu. Jika kebetulan melihat ada orang berusaha merusaknya, kita harus berupaya keras melindungi dan menegakkan ajaran yang benar itu.
Liao-Fan: Kelompok kesembilan adalah “menghormati orang-orang yang lebih tua”.
Narator: Setiap orang yang terpelajar, berpengetahuan luas, bermartabat tinggi, atau yang umurnya lebih tua dari kita dapat dianggap sebagai orang yang lebih tua dan harus dihargai dan dihormati.
Liao-Fan: Kelompok kesepuluh adalah “menyayangi dan mengasihi semua makhluk hidup”.
Narator: Kita harus memiliki welas asih kepada semua makhluk hidup, termasuk juga kepada semut yang kecil, yang dapat merasakan penderitaan dan takut mati, bagaimana kita dapat membunuh dan memakan makhluk hiduo dan tidak merasa bersalah sedikit pun juga? Ada orang yang berkata bahwa makhluk-makhluk tersebut memang dimaksudkan untuk dimakan oleh manusia tetapi argumen ini tidak masuk akal dan hanya menjadi dalih bagi mereka yang ingin makan daging.
Liao-Fan: Saya telah menjelaskan secara ringkas kesepuluh kelompok di atas, sekarang saya akan menjelaskan secara detail satu persatu dengan contoh. Apakah yang dimaksud dengan “medukung dilakukanya perbuatan baik”?
Di masa Dinasti Yu, pernah memerintah seorang kaisar bernama Shwun menyaksikan nelayan di Danau Leize. Dia melihat semua nelayan yang muda dan kuat menempati daerah yang airnya dalam dan banyak ikan, sementara nelayan yang lebih tua dan lebih lemah harus tinggal di air dangkal dan berarus deras yang ikannya sedikit. Melihat keadaan ini, Shwun merasa kasihan kepada nelayan yang tua dan lemah, lalu berusaha mencari cara untuk mengubah keadaan itu. Dia memutuskan ikut menangkap ikan memberi contoh kepada nelayan lainnya. Ketika melihat ada nelayan yang menguasai sendiri tempat yang banyak ikannya, dia akan menyembunyikan kesalahan mereka dan tidak membicarakan sifat mementingkan diri sendiri seperti itu. Tetapi tatkala melihat ada yang rendah hati dan mau menunjukkan tempat yang ada ikannya kepada orang lain, dia akan memuji sikap mereka ke mana pun ia pergi, dan mengikuti sikap rendah hati dan terhormat itu. Shwun tinggal di sana dan menjadi nelayan dengan cara seperti itu selama setahun penuh sampai nelayan lainnya mempunyai kebiasaan berbagi tempat yang banyak ikan kepada nelayan lainnya.
Narator: Cerita tentang Shwun ini hanya sebuah contoh yang menunjukkan bagaimana orang dapat mempengaruhi orang lain melaluiperbuatan dan bukan melalui ucapan. Ini bukan dimaksudkan orang untuk menangkap ikan, sebab menangkap ikan adalah perbuatan membunuh. Jangan melakukan perbuatan yang dapat melenyapkan nyawa makhluk lain.
Liao-Fan: Orang bijaksana dan pandai seperti Shwun dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan beberapa patah kata nasihat. Mengapa dia tidak memberi nasihat saja, dan harus bergabung dengan mereka dan menjadi nelayan?
Narator: Shwun tidak ingin menggunakan kata-kata, tetapi lebih suka memberikan contoh kepada orang lain melalui tindakannya. Shwun ingin nelayan-nelayan tersebut merasa malu atas sikap mementingkan diri sendiri dan berubah atas kemauan mereka sendiri. Ini menunjukkan kesungguhan dan ketulusan Shwun yang ingin agar orang lain berbuat kebaikan.
Liao-Fan: Di masa yang bermoral rendah dengan nilai-nilai masyarakat yang rusak dan cara berpikir yang tidak benar dewasa ini, sangatlah sulit menemukan panutan dalam bertingkah laku. Karena itu, ketika orang-orang di sekitar kita memounyai kekurangan...
Narator: ...kita jangan menggunakan nilai baik kita untuk membesar-besarkan kekurangan mereka.
Liao-Fan: Ketika orang lain bersikap tidak baik hati...
Narator: ... kita jangan menggunakan kebaikan hati kita untuk mengukur atau membandingkan diri kita dengan mereka.
Liao-Fan: Ketika orang lain tidak secakap kita...
Narator: ...kita jangan dengan sengaja mengungguli mereka dengan kecakapan kita.
Liao-Fan: Bahkan jika kita cerdas dan berkompeten, kemampuan tersebut harus disembunyikan dan bukan dibangga-banggakan. Kita bahkan harus bersikap lebih rendah hati dari sebelumnya. Kita sebaliknya menganggap kemampuan dan kecakapan kita tidaklah penting, palsu, dan tidak nyata. Ketika orang berbuat kesilapan, kita harus bersabar dan tidak membesar-besarkannya, memberi kesempatan kepadanya untuk memperbaiki diri tanpa harus kehilangan harga diri.
Dengan membolehkan orang menjaga harga dirinya, ia akan lebih berhati-hati dalam bertindak di masa yang akan datang. Ketika melihat kekuatan dan kebaikan dalam diri orang lain, kita dapat belajar dari mereka, memuji mereka, dan menjadikan kebaikan hati mereka diketahui orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menahan diri untuk tidak berkata dan berbuat dengan mementingkan diri sendiri, sebaliknya berusaha membawa manfaat bagi masyarakat dan orang banyak. Kita dapat membuat hukum dan aturan-aturan untuk diikuti masyarakat.
Narator: Ini adalah kualitas-kualitas orang besar, yang menganggap kesejahteraan masyarakat lebih penting daripada kesejahteraan diri sendiri.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan “menaburkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain”? Kadang-kadang sulit diketahui dari penampilan seseorang apakah ia orang terhormat atau penipu, karena penipu dapat berpura-pura menjadi orang terhormat. Bedanya adalah dalam niat mereka. Niat orang terhormat baik,sedangkan niat penipu jelek. Ada jarak dianatar dua jenis orang itu, sama bedanya dengan hitam dan putih. Mencius mengatakan bahwa...
Mencius: Perbedaan antara orang terhormat dan orang awam ada dalam niat mereka.
Liao-Fan: Hati orang terhormat sejati hanya dipenuhi kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Ada beribu-ribu jenis orang didunia ini, ada yang dekat dengan diri kita dan ada yang asing, ada yang memiliki jabatan tinggi dan ada yang rendah, ada yang pintar dan ada yang tidak, ada yang bajik dan ada yang korup, tetapi meskipun demikian, semuanya adalah umat manusia.
Mereka sama seperti kita, hidup dengan darah dan daging, dan berperasaan. Tidak ada satu orang pun yang harus saya benci atau tidak saya hormati. Jika hati kita penuh dengan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain, hal itu sama dengan hati kita penuh dengan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang orang suci bijaksana. Jika kita memahami orang lain, halitu sama dengan memahami orang suci dan bijaksana. Mengapa?
Narator: Karena orang suci dan bijaksana ingin orang di bumi ini hidup bahagia dan bermanfaat.
Liao-Fan: Oleh karena itu, jika kita mampu mengasihi dan meghormati orang lain dan membantu mereka hidup damai dan bahagia,kita telah melakukan tugas orang suci dan bijaksana.
Apakah yang dimaksud dengan “membantu orang lain supaya berhasil”? Jika kita membuang batu giok mentah, maka batu tersebut itu akan menjadi batu tak berharga.
Narator: Tetapi jika kita mengukir dan mengasahnya, batu itu akan menjadi batu permata yang tidak ternilai harganya.
Liao-Fan: Sama halnya dengan manusia. Orang perlu diajar dan dibimbing, sama seperti batu giok perlu diukir dn diasah. Ketika bertemu dengan orang yang kita rasa mempunyai potensi untuk melakukan kebaikan atau berupaya mencapai tujuan yang benar, kita dapat membimbing, mendukung, memuji, dan membesarkan hatinya, membantunya agar berhasil dalam usaha keras itu.
Jika ada orang yang menyalahkan dia, kita dapat berusaha menjernihkan namanya dan turut berbagi beban fitnah yang dirasakannya. Hanya setelah menolong mereka menjadi mampu mandiri dan menjadi bagian dari masyarakat yang baik, barulah kita berhasil menyelesaikan tanggung jawab kita untuk membantu orang supaya berhasil.
Orang pada umumnya tidak suka pada mereka yang berbeda darinya, seperti penipu dengan orang terhormat, orang jahat dengan orang baik. Di desa, biasanya lebih banyak orang jahat daripada yang baik.
Narator: Karena selalu lebih banyak orang jahat, orang baik sering dimanfaatkan. Sehingga orang lain sering menghadapi tantangan berat dalam menjalankan pendirianya.
Liao-Fan: Terus terang dan sederhana merupakan sifat yang umum dari orang baik. Mereka bisanya tidak begitu perduli dengan penampilan. Sebaliknya orang rata-rata yang tidak terpelajar sering hanya mementingkan penampilan orang lain. Mereka suka bergosip dan menyalahkan orang lain; sehingga , brusaha berbuat baik dapat menjadi hal yang berat. Orang baik gampang disalahkan. Ketika hal itu terjadi, semuanya itu tergantung kepada kebaikan hati dan kebajikan orang yang lebih tua untuk memperbaiki tindakan dari orang yang berpikiran jahat itu dan membimbing mereka kembali ke arah yang benar.
Narator: Juga bergantung kepada orang yang lebih tua untuk melindungi dan membantu orang baik yang bajik dan perlu berdiri di atas kaki sendiri. Mereka yang mampu bertahan untuk berbuat baik dan membuang perbuatan salah akan mendapatkan berkah tertinggi.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan “meyakinkan orang lain untuk berbuat baik”? Kita semua memiliki hati nurani, namun karena mengejar kekayaan dan ketenaran kita menjadi sibuk terus dan lupa akan hati nurani kita yang bajik. Kita menjadi rela merendahkan diri asal mendapat keuntungan. Jika ada teman telah rela mengabaikan nurani dan melakukan perbuatan yang tidak baik, kita dapat mengingatkan dan memperingatkan dirinya, berharap dapat menyadarkannya dari keadaan pikiran yang tercemar ini.
Narator: Itu seperti membangunkan orang dari mimpi buruk. Upaya untuk membangunkannya kembali menghadapi kenyataan, ada ditangan kita. Tatkala orang sedang mengalami depresi berat, kita dapat membantunya keluar dari depresi dan menjernihkan pikirannya.
Liao-Fan: Kita akan menjadi orang yang paling berbudi jika dapat memperlakukan sahabat dengan kebajikan seperti itu. Seorang terpelajar bernama Han pernah berkata...
Cendekiawan Han: Dengan ucapan, orang hanya dapat meyakinkan dan mempengaruhi orang lain sesaat. Dengan berlalunya waktu dan peristiwa, kata-kata itu akan dilupakan. Tidak ada lagi yang mendengar kata-kata kita. Jika mampu meyakinkan dan mempengaruhi orang lain dengan tulisan, kata-kata kita dapat bertahan hingga ratusan generasi di dunia ini. Karenanya, menulis untuk menyebarkan kebajikan merupakan pidato luar biasa dan perbuatan paling berbudi.
Liao-Fan: Di sini kita berbicara bagaimana kita dapat membujuk orang lain dengan ucapan maupun dengan menulis buku untuk menyebarkan kebajikan. Dibandingkan dengan cara membantu orang lain supaya berhasil dari kategori lain, cara ini lebih langsung dan jelas. Namun , kadang-kadang obat tepat yang diberikan untuk mengobati suatu penyakit dapat memiliki efek samping; oleh karena itu, kita tidak boleh menyerah.
Narator: Juga penting diperhatikan bagaimana kita melakukannya. Contohnya, jika orang itu terlalu keras kepala, kita tidak membujuknya dengan kata-kata. Jika berbuat seperti itu, kita cuma akan membuang kata-kata dan tenaga. Jika orang itu lembut dan mau mendengarkan, tetapi kita gagal meyakinkannya, maka kita baru saja melepaskan kesempatan emas untuk berbuat baik.
Kedua kasus itu terjadi karena kita kurang bijaksana dalam mengenali perbedaan di antara keduanya. Kita harus merenungkan untuk melihat apa yang salah dalam tindakan kita, sehingga pada kesempatan lain kita akan melakukannya dengan benar, dan tidak perlu membuang kata-kata secara percuma atau melepaskan kesempatab yang ada.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan “menolong mereka yang sangat memerlukan”? Selama masa hidupnya, orang sering mengalami masa yang sangat berat, masalah keuangan, atau berpisah dari orang yang dikasihi. Jika bertemu dengan orang seperti ini, kita dapat menolongnya seolah-olah kita sendiri yang sedang menghadapi masalah itu.Kita harus segera datang memberikan pertolongan. Jika ada orang yang menjadi korban salah tuduh atau salah hukum, kita harus mneyatakan orang itu tidak bersalah, dan membantu dengan cara apa pun yang dapat kita lakukan. Cendekiawan Suai pernah berkata...
Cendekiawan Suai: Tidak masalah bantuan itu besar atau kecil; yang penting adalah bahwa bantuan itu diberikan pada saat orang sangat memerlukannya.
Liao-Fan: Sungguh kata-kata yang manusiawi! Apa artinya “membangun fasiltas umum demi manfaat bagi orang banyak”? Pembangunan kecil dibutuhkan di desa, dan pembangunan besar diperlukan di kota. Fasilitas umum adalah segala seuatu yang perlu dibangun untuk kesejahteraan masyarakat...
Narator: Misalnya sistem irigasi untuk lahan pertanian, bendungan, jembatan, atau memberikan makanan dan air minum bagi mereka yang lapar dan haus.
Liao-Fan: Kapan saja kesempatan muncul, kita perlu meyakinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bahkan jika orang lain memfitnah dan bergunjing di belakang kita, kita tidak boleh mundur. Jangan takut terhadap apa yang dikatakan orang lain, dan jangan takut saat perbuatan itu menjadi sulit. Jangan biarkan rasa iri hati dan kebenciaan orang lain menggoyahkan keteguhan hati kita untuk berbuat baik.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan “memberi melalui sumbangan”? Dalam ajaran agama Buddha, berdana dianggap paling utama dalam berbuat kebajikan. Jika benar-benar memahami makna memberi dan ikhlas menyumbangkan barang-barang duniawi yang dimilikinya, bahkan bagian dari tubuhnya, maka orang itu berjalan diatas jalan Buddha. Orang yang mengerti kaidah ini akan memberikan apa pun, termasuk mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikirannya.
Narator: Misalnya, pada kehidupan sebelumnya, Buddha Sakyamuni menawrkan tubuh-Nya sendiri sebagai makanan bagi harimau lapar.
Liao-Fan: Orang juga dapat mendermakan penglihatan, suara, penciuman, rasa, sentuhan, dan ajaran Dharma. Tidak ada yang tidak dapat disumbangkan jika orang mau.
Narator: Jika dapat melakukan hal ini, maka orang sedang dalam perjalanan mendapatkan kesucian lahir dan batin. Ia tidak akan memiliki rasa khawatir atau kesusahan, sama seperti Sang Buddha.
Liao-Fan: Saat mendapatkan diri kita tidak mampu menyumbangkan segalanya, kita dapat memulai mendermakan uang. Orang duniawi menganggap makanan dan pakaian sebagai hidup mereka. Sehingga sumbangan berupa uang merupakan bentuk paling penting bagi mereka.
Narator: Ketika berlatih memberi tanpa ragu-ragu, kita dapat mengobati sifat kikir dan pada waktu yang sama menolong mereka yang membutuhkan.
Liao-Fan: Akan tetapi, hal ini tidak mudah dilakukan bagi banyak orang. Awalnya memang sulit, tetapi akan menjadi lebih alamiah semakin sering kita menyumbang. Dengan mengembangkan kemurahan hati, pikiran yang damai bisa didapatkan, dan selanjutnya tidak ada yang tidak bisa kita sumabngkan. Ini merupakan cara terbaik melenyapkan sifat mementingkan diri sendiri, dan menjadi sebuah kesempatan mengubah pandangan kita tentang uang dan barang duniawi.
Liao-Fan: Apakah yang dimaksud dengan “melindungi ajaran yang benar”?
Narator: selama beribu tahun, ajaran yang benar telah menjadi panutan kebenaran dan penuntun spiritual bagi semua makhluk hidup.
Liao-Fan: Jika tidak memiliki keyakinan yang kuat, bagaimana kita dapat ikut serta dan mendukung interaksi antara langit dan bumi? Bagaimana orang dari segala jenis lapisan dapat berhasil dalam pencarian mereka tanpa panutan dalam hidup? Bagaimana kita bisa terhindar dari delusi dan keterbatasan hidup?
Bagaimana kita akan mengatur urusan duniawi dan mengatasi roda hidup dan mati?
Narator: Semua ini bergantung kepada ajaran yang baik dan benar sebagai jalan penerang.
Liao-Fan: Oleh karena itu, jika melihat vihara, tempat peringatan dari orang suci dan bijaksana zaman dahulu kala, gambar orang bijaksana, atau buku ajaran Buddha, kita harus menaruh rasa hormat. Jika perlu diperbaiki, kita harus memperbaiki dan mengembalikannya ketempat semula. Kita dapat dengan khusus memberitahu orang-orang tentang ajaran Buddha dan menyebarluaskan ajaran-ajaran yang benar itu. Kita dapat memberitahu orang-orang tentang ajaran Buddha dan meyebarluaskan ajaran- ajaran yang benar itu. Kita dapat memberitahu orang lain akan nilai-nilai ajaran tersebut. Dengan cara ini, kita juga telah menunjukkan rasa terima kasih kepada orang-orang bijaksana dan para Buddha. Kita perlu melakukan semua yang kita mampu untuk mencapai tujuan itu.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan ”meghormati orang yang lebih tua”? Itu berarti berusaha lebih keras dalam menunjukan perhatian dan rasa hormat kepada orang tua, saudara kandung yang lebih tua, gubenur, atasan kita, atau orang yang lebih tua dalam hal tingkat kebajikan, terhormat, dan pengetahuan.
Narator: Tatkala menjaga orang tua di rumah, kita harus melakukannya dengan penuh kasih sayang di dalam hati, serta dengan sikap yang lembut dan ingin membantu. Kita tidak boleh meninggikan suara melainkan tetap bersikap penuh kedamaian. Dengan mengembangkannya, kebajikan-kebajikan ini akan menjadi bagian dari diri kita, dan kita akan berubah menjadi orang yang berwatak lembut. Dengan cara ini, kita dapat menyentuh hati langit dan menimbulkan tanggapan.
Liao-Fan: Ketika melakukan perbuatan untuk atasan atau pemerintah, kita harus mengikuti aturan- aturan walaupun kita tidak diharuskan melakukannya. Kita tidak boleh mencoba bermalas-malasan hanya karena atasan kita tidak mengetahui apa yang sedang kita lakukan.
Sebelum kita menghukum seseorang atas suatu kejahatan, tanpa mempedulikan apakah kejahatan itu berat atau ringan, kita harus melaukan penyelidikan secara seksama dan menangani kasus tersebut dengan adil. Kita tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan yang diberikan atasan kepada kita.
Narator: Pada waktu menghadapi kaisar, orang harus menunjukkan rasa hormat seperti dia sedang menghadapi langit. Semua ini merupakan perilaku yang benar yang diwariskan leluhur kita. Sikap ini memiliki dampak langsung dan penting terhadap 'kebajikan tersembunyi' seseorang.
Liao-Fan: Lihatlah keluarga yang berbakti kepada orang tua dan setia. Keturunan mereka hidup makmur untuk waktu yang lama dan mempunyai masa depan cerah. Oleh karena itu, kita dapat mencontoh mereka dan berlatih dengan hati-hati.
Liao-Fan: Apa yang dimaksud dengan “menyayangi dan mengasihi semua makhluk hidup'? Kita harus tahu bahwa hati yang welas asihlah yang membuat kita menjadi manusia. Mencius pernah berkata...
Mencius: Bukan manusia jika orang tidak memiliki welas asih.
Liao-Fan: Orang yang mencari nilai-nilai belas kasih dan kebajikan mencarinya pada hati yang welas asih. Orang yang ingin mengumpulkan jasa-jasa baik juga harus mengembangkan hati yang welas asih. Orang yang welas asih adalah orang yang baik, berbudi, dan memiliki rasa belas kasihan, sementara orang yang tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain adalah orang yang tidak baik dan tidak bermoral. Hal ini dinyatakan dalam kitab Kaidah Moral Dinasti Chu:
Narator: “Di bulan kesatu, tatkala banyak binatang melahirkan, yang betina jangan digunakan sebagai kurban.“
Liao-Fan: Mencius pernah berkata ...
Mencius: Orang terhormat tidak tinggal dekat dapur.
Liao-Fan: Ini dimaksudkan untuk melindungi hati yang welas asih karena banyak penyembelihan terjadi di dapur. Oleh karena itu, leluhur kita tidak makan daging dalam empat keadaan. Pertama, mereka mendengar pembunuhan itu; kedua, mereka melihat pembunuhan itu; ketiga, binatang it dipelihara mereka; dan keempat, binatang itu dibunuh untuk mereka. Jika bukan vegetarian tetapi ingin mengembangkan welas asih, maka kamu dapat belajar dari leluhur kita dengan mengurangi makan daging.
Narator: Menurut ajaran Buddha, makhluk hidup dilahirkan sebagi binatang akibat mengumpulkan karma buruk dalam kehidupan sebelumnya. Setelah menerima akibat perbuatan itu sebagai hukuman, mereka dapat dilahirkan kembali sebagai manusia. Jika mau mengembangkan kebajikan, mereka bahkan bisa menjadi seorang Buddha. Daging yang saya makan hari ini mungkin adalah tubuh seorang Buddha di masa depan. Binatang yang kita lihat hari ini mungkin dahulunya adalah manusia.
Bisa saja binatang itu adalah orang tua, isteri, anak, kerabat, atau teman kita.
Saat ini, saya seorang manusia dan mereka binatang. Membunuh dan memakan mereka sama saja dengan memusuhi dengan orang yang kita kasihi. Jika memakan mereka hari ini, di masa yang akan datang mereka mungkin kembali menjadi manusia dan saya menjadi binatang karena pelanggaran pembunuhan. Sebagai balasannya saya juga harus menjalani penderitaan dibunuh dan dimakan.
Jika berpikir seperti ini, masihkah kita berani membunuh? Bagaimana kita dapat menelan sepotong daging? Di samping itu, bahkan jika daging itu terasa enak, rasa itu hanya sesat dari mulut hingga tengorokan. Setelah ditelan, tidak ada rasa lagi yang tertinggal. Tidak ada bedanya makan daging dan sayuran, mengapa ingin membunuh jika tidak ada kebaikan di balik tindakan itu?
Liao-Fan: Bahkan jika tidak dapat segera berhenti makan daging, kamu kasih dapat berusaha mengurangi makan daging secara bertahap hingga akhirnya menjadi vegetarian. Dengan cara ini, kita dapat mencapai tingkatan welas asih yang lebih tinggi dalam hati kita. Kita juga peru menahan diri untuk tidak membunuh makhluk hidup apa pun, termasuk serangga. Orang membuat sutera dari kepompong ulat sutera. Kepompong- Kepompong tersebut harus direbus dalam air terlebih dahulu, dengan ulat sutera didalamnya. Coba bayangkan, berapa banyak ulat sutera yang kehilangan nyawanya dalam proses pembuatan sutera?
Ketika kita mengolah tanah pertanian, berapa banyak serangga harus terbunuh? Kita harus menyadar korban nyawa yang diperlukan dalam pemenuhan makanan dan pakaian kita sehari-hari.
Kita membunuh untuk memenuhi kebutuhan kita. Karena itu, kita perlu konservatif dan menghargai makanan dan pakaian yang kita miliki. Memboroskannya akan menimbulkan pelanggaran setara dengan pembunuhan.
Betapa sering kita tanpa sadar melukai atau menginjak makhluk hidup? Dengan sedikit kesadaran, kita dapat menghindari hal itu. Su Tung-Pwo, seorang penyair Dinasti Sung pernah menulis...
Su Tung-Pwo: Karena sayang kepada tikus, kita sering meninggalkan sedikit nasi untuknya. Karena mengasihani ngengat, kita tidak akan menyalakan lampu.
Liao-Fan: Sungguh ungkapan yang baik hati dan penuh welas asih! Terdapat tak terhingga banyaknya jenis kebajikan, saya tidak dapat menyebutkannya semua. Selama dapat mengembangkan kesepuluh kelompok cara mengembangkan kebaikan yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menjadikannya menjadi perbuatan baik dan kebajikan yang berlipat kali.
Ajaran Keempat :
Manfaat Kerendahan Hati
Narator: Ajaran ketiga mengajarkan kita cara-cara mengumpulkan perbuatan baik. Tentu saja paling baik kalau orang bersedia melakukan kebaikan, tetapi sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial. Tidak mungkin bagi kita untuk tidak bertemu dengan orang lain; karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui cara mengembangkan diri saat berinteraksi dengan orang lain.
Cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan mengikuti nilai kerendahan hati. Orang yang rendah hati di dalam masyarakat menerima dukungan dan kepercayaan orang banyak. Jika memahami nilai kerendahan hati, mereka akan juga mengerti pentingnya memperbaiki diri terus-menerus. Perbaikan diri terus-menerus tidak hanya mencakup upaya mencari pengetahuan yang lebih tinggi, tetapi juga meliputi kebutuhan untuk menjadi manusiawi, untuk menjadi lebih baik lagi dalam tugas sehari-hari, dan memperbaiki komunikasi dengan kawan-kawan.
Banyak manfaat dan imbalan berasal dari bertingkah laku berdasarkan pemahaman terhadap kerendahan hati. Ajaran ini memusatkan perhatian pada manfaat kebajikan rendah hati, yang dibuktikan oleh pengalaman pribadi Liao-Fan. Orang akan menerima manfaat besar jika mereka dapat merenungkan dengan seksama dan memahami ajaran-ajaran ini.
Liao-Fan: Dalam I Ching, Kitab Tentang Perubahan, Gambar segi enam kerendahan hati mengatakan...
Narator: “Hukuman langit mengambil dari mereka yang sombong dan memberi manfaat bagi mereka yang rendah hati. Hukuman bumi tidak membolehkan mereka yang sombong dan mementingkan diri sendiri untuk tetap seperti itu, tetapi akan membawa perubahan bagi mereka.
Orang rendah hati tidak akan kekurangan, tetapi akan terisi seperti air mengalir mengisi tempat yag lebih rendah yang dilaluinya. Hukum makhluk halus dan para dewa membawa kerugian bagi mereka yang arogan dan nasib baik bagi mereka yang rendah hati. Bahkan hukum manusia memandang rendah mereka yang sombong dan menyukai mereka yang rendah hati.”
Liao Fan: Karena itu, bumi, makhluk halus, langit, para dewa, dan manusia semuanya lebih suka pada kerendahan hati daripada kesombongan. Dalam I Ching, Kitab Tentang Perubahan, keenam puluh empat gambar segi enam menggambarkan perubahan terus-menerus dan pengaruh interaksi anatar langit dan bumi, Yin dan Yang, kitab itu mengajar orang bagaimana menjadi lebih manusiawi. Setiap segi enam memiliki hasil yang baik dan buruk.
Akibat buruk dari sebuah segi enam mengingatkan orang untuk berhenti berbuat jahat dan melakukan perbuatan baik. Hasil baik dari sebuah segi enam mendorong orang untuk lebih rajin memperbaiki diri dan berusaha keras menjadi lebih baik. Hanya segi enam kerendahan hati yang mengandung semua hasil baik tanpa akibat buruk sama sekali. Kitab Tiongkok tentang Sejarah juga mengatakan...
Narator: “Kesombongan akan membawa kehancuran; kerendahan hati akan membawa manfaat.”
Liao-Fan: Saya sering mengikuti ujian dengan ditemani orang lain, dan tiap kali saya selalu bertemu dengan pelajar-pelajar yang sangat miskin. Saya perhatikan sebelum mereka berhasil lulus dalam ujian dan hidup makmur, wajah-wajah mereka menunjukkan kerendahan hati, kedamaian, dan keselarasan yang begitu dalam sehingga saya merasa hampir dapat memegang kualitas itu dalam tanganku.
Beberapa tahun lalu, saya mengikuti ujian kekaisaran di Beijing. Di antara sepuluh peserta dari desa saya, Ding Jing-Yu paling muda dan paling rendah hati. Saya memberitahu salah satu peserta, Fay Jin-Po, bahwa anak muda itu pasti akan lulus ujian pada tahun ini. Fay Jin-Po bertanya...
Fay Jin-Po: Bagaimana kamu bisa tahu?
Liao-Fan: Saya Bilang, “Hanya orang rendah hati memenuhi syarat untuk menerima nasib baik. Kawankku, lihatlah sepuluh diri kita adakah yang sejujur, begitu murah hati, dan tidak pernah mencoba menduduki urutan pertama, seperti Ching-Yu?
Adakah orang yang kamu lihat selalu hormat, tenggang rasa, cermat, dan rendah hati seperti Ching- Yu? Adakah orang yang kamu lihat seperti Ching-Yu, yang saat dihina tidak balas membantah, atau ketika difitnah tidak menyerang balik? Orang yang mampu mencapai tingkat kerendahan hati seperti itu akan menerima perlindungan dari bumi, makhluk halus, dan langit. Tidak ada alasan dia tidak dapat hidup makmur.”
Narator: Memang benar, ketika hasil ujian diumumkan, Ding Ching-Yu lulus.
Liao-Fan: Satu tahun di Beijing, saya tinggal dengan kawan masa kecil saya, Zung kai-Zhi. Saya perhatikan bahwa dia selalu bersikap rendah hati dengan pembawaan yang baik hati dan suka menolong. Tidak ada sedikit pun rasa sombong dalam dirinya, jauh berbeda sikapnya di waktu kecil.
Kai-Zhi mempunyai seorang kawan bernama Li Ji-Yen yang jujur dan terus terang. Ji-Yen sering memarahi Kai-Zhi atas kesalahannya, tetapi Kai-Zhi selalu menerima tuduhan itu dengan tenang tanpa membantah.'
saya mengatakan padanya “Seperti terdapat tanda-tanda peringatan saat nasib buruk datang, demikian juga halnya kita dapat melihat kemakmuran datang pada mereka yang telah mengembangkan sebab-sebab datangnya kemakmuran itu. Langit akan menolong mereka yang mempunyai kerendahan hati. Kamu, kawanku, pasti akan lulus ujian kekaisaran tahun ini!” Belakangan, dia benar-benar lulus ujian tersebut.
Ada seorang anak muda dari propinsi Santong bernama Zhou Yu-Fong yang lulus ujian kekaisaran tingkat pertama sebelum dia berusia 20 tahun. Sayang sekali meskipun telah berusaha mati-matian, dia tidak berhasil dapat lulus ujian tingkat selanjutnya. Pada waktu ayahnya dimutasikan ke bagian lain dalam pemerintahan, Yu-Fong turut pindah bersamanya, dan menjadi sangat mengagumi Chian Min-Wu, sarjana termashyur yang tinggal di desa itu.
Yu-Fong membawa karangannya pada orang itu. Dia tidak mengira Tuan Chian akan mengambil kuas tulis dan mencoret seluruh karangannya. Tidak hanya tidak marah, Yu-Fong dengan ikhlas menerima semua koreksi yang dilakukan Tuan Chian dan segera mengubah tulisannya dengan patuh.
Narator: Anak mudah yang dapat begitu rendah hati dan menunjukkan kemauan yang demikian besar untuk memperbaiki diri sungguh sangat sukar ditemukan. Tahun berikutnya, Yu-Fong lulus ujian kekaisaran itu.
Liao-Fan: Satu tahun, saya pergi ke ibukota memberi hormat kepada kaisar. Saya bertemu dengan seorang sarjana bernama Hsia Jian-Suo yang memiliki semua kualitas orang besar tanpa jejak keangkuhan sama sekali. Saya merasakan aura yang besar dari kebajikan dan kerendahan hati di sekeliling dirinya.
Ketika kembali ke rumah, saya emberitahukan kawan saya, “saat langit menginginkan seseorang hidup makmur, peertama-tama ia akan menganugerahinya dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan dapat membuat orang menjadi jujur dan berdisiplin. Langit telah menganugerahi Jian-Suo dengan kebijaksanaan, jika tidak dia tidak akan dapat begitu lembut, baik, dan bajik. Dapat dipastikan, langit sekarang akan membuatnya hidup makmur.” memang benar tatkala hasil ujian diumumkan, Jian-Suo lulus.
Ada seorang sarjana bernama Chang Wei-Yan dari Jiangying yang sangat terkenal dan pandai mengarang. Dia juga sangat terkenal di antara sarjana. Satu tahun dia mengambil ujian di Nanjing, dan tinggal di sebuah kuil Tao.
Saat hasil ujian diumumkan, dia mendapatkan dirinya tidak lulus. Dia menjadi sangat marah dan dengan lantang menyalahkan pemeriksa ujian telah buta tidak dapat mengenali bakatnya yang sangat jelas. Pada saat itu, seorang pendeta Tao berdiri disampingnya sambil tersenyum, dan Wei-Yan serta- merta melampiaskan kemarahannya kepada pendeta ini. Pendeta itu berkata.
Pendeta: Karyamu pasti tidak bagus!
Liao-Fan: Wei-Yan makin marah.
Wei-Yan: Bagaimana engkau bisa tahu jika baca saja belum?
Pendeta: Saya sering mendengar orang berkata unsur paling penting dalam mengarang adalah hati yang damai dan watak yang harmonis. Tuduhanmu yang keras dan dipenuhi kemarahan jelas menunjukkan bahwa pikiranmu tidak tenang dan watakmu kasar. Mana mungkin engkau bisa membuat karangan yang baik?
Liao-Fan: Wei-Yan bisa menerima kata-kata pendeta Tao itu, dan balik meminta nasehatnya. Pendeta tersebut berkata...
Pendeta: Apakah lulus atau tidak sepenuhnya tergantung pada nasibmu. Jika ditakdirkan tidak lulus, maka sebaik apapun karanganmu, engkau tetap akan gagal. Dirimu sendiri perlu membuat beberapa perubahan!
Wei-Yan: Bagaimana saya dapat merobah sesuatu yang telah ditakdirkan sebelumnya?
Pendeta: Walaupun kekuasaan membentuk takdir dirimu ada dilangit, hak untuk menciptakan kembali ada dalam dirimu sendiri. Sepanjang bertekad untuk berbuat baik dan mengembangkan 'kebajikan tersembunyi' engkau akan menerima apa yang engkau inginkan.
Wei-Yan: Saya cuma seorang pelajar miskin. Perbuatan baik apa yang mungkin saya lakukan?
Pendeta: Berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan tersembunyi semuanya berasal dari hati. Sepanjang engkau teus-menerus menaburkan niat untuk mempraktekkan perbuatan baik dan mengumpulkan kebajikan, jasa-jasa yang engkau kumpulkan akan tak terbatas dan luas tak terkirakan! Kebajikan rendah hati misalnya, tidak memerlukan biaya apa pu; mengapa engkau tidak dapat bersikap rendah hati dan merenungkan kembali karanganmu daripada menyalahkan pemeriksa ujian telah bersikap tidak adil?
Liao-Fan: Chang Wei-Yan mendengarkan kata-kata pendeta Tao itu, dan sejak itu melenyapkan sikap sombongnya. Dia menjadi sangat waspada atas semua tindakannya dan mencoba untuk tidak berbuat salah. Setiap hari dia berusaha keras untuk berbuat baik lebih banyak lagi dan mengumpulkan lebih banyak jasa baik.
Tiga tahun kemudian, pada suatu malam dia bermimpi memasuki sebuah umah yang sangat tinggi dan melihat sebuah buku yang berisi semua nama peserta yang lulus ujian tahun itu. Dia melihat banyak baris kosong. Tidak mengerti maksudnya, dia bertanya pada orang yang berada di sebelahnya...
Wei-Yan: Apa ini?
Orang Yang Ditanya: Makhluk halus dari dunia gaib memeriksa para peserta ujian setiap tiga tahun. Hanya nama-nama mereka yang melakukan perbuatan baik dan tidak membuat kesalahan dibolehkan dicatat pada buku ini. Baris yang kosong digunakan untuk menampung nama-nama mereka yang seharusnya lulus ujian, tetapi karena membuat pelanggaran baru-baru ini, nama-nama itu dihapus.
Liao-Fan:Lalu, dengan menunjuk satu baris orang itu berkata...
Orang Yang Ditanya: Ah-ha, tiga tahun terakhir Anda sangat berhati-hati dan telah berusaha mengendalikan diri sedemikian keras sehingga tidak melakukan kesalahan apa pun. Barangkali namamu akan mengisi baris kosong ini. Saya harap anda tidak menyia-yiakan kesempatan ini dan tetap menjaga diri untuk tidak berbuat kesalahan apa pun!
Narator: Memang benar, Wei-Yan lulus ujian tahun itu dan berada di peringkat ke-105.
Liao-Fan: dari contoh-contoh diatas, kita tahu makhluk halus dan para dewa selalu memperhatikan tingkah laku kita.
Narator: Karenanya, kita harus segera berbuat apa saja yang bermanfaat bagi orang alin dan menghindari berbuat apa saja yang merusak, membahayakan, atau meruugikan orang lain. Ini adalah semua hal yang dapat saya putuskan untuk diri sendiri. Sepanjang mengembangkan niat baik; menahan diri untuk tidak berbuat salah; tidak melanggar aturan bumi, makhluk halus, langit dan para dewa; bersikap rendah hati; tenggang rasa, dan tidak sombong; maka bumi, makhluk halus, langit dan para dewa akan terus memiliki welas asih untukku. Hanya dengan demikian, saya akan memiliki landasan bagi kemakmuran masa depan saya.
Mereka yang memiliki rasa sombong pasti tidak ditakdirkan menjadi orang besar. Bahkan, jika hidup makmur, meereka tidak akan mampu menikmati nasib baik itu untuk waktu yang lama. Orang cerdas tentu tidak akan membuat diri mereka kecil dan picik atau menolak nasib baik yang menjadi hak mereka.
Narator: Di samping itu, orang rendah hati selalu memperbesar kesempatan untuk belajar. Jika tidak rendah hati, siapa yang mau mengajari dia? Selain itu, orang yang rendah hati selalu sudi belajar dari kelebihan orang lain. Ketika orang lain melakukan perbuatan baik, orang rendah hati akan belajar dan mengikuti teladan mereka. Dengan cara ini, perbuatan baik yang dapat dilakukan orang rendah hati tidak terbatas! Orang yang ingin mengembangkan dan meningkatkan nilai kebajikan, tidak akan dapat melakukannya tanpa memiliki nilai kerendahan hati.
Liao-Fan: Para leluhur kita memiliki pepatah kuno...
Narator: “Mereka yang berteguh hati mencapai sukses dan ketenaran, tentu akan mencapai sukses dan ketenaran. Mereka yang berteguh hati mencapai kekayaan dan kedudukan, tentu akan mendapatkan kekayaan dan kedudukan.”
Liao-Fan: orang yang memiliki tujuan hidup yang 'besar dan menjangkau jauh' seperti pohon yang mempunyai akar. Pohon yang memiliki akar akhirnya akan tumbuh mnjadi cabang, daun dan bunga.
Orang yang telah menetapkan tujuan hidup yang 'besar dan menjangkau jauh' harus bersikap rendah hati dalam setiap pikirannya dan berusaha melepaskan beban orang lain meskipun kejadiannya tidak berarti seperti setitik debu.
Narator: Lagi pula, saya adalah pencipta kemakmuran hidup saya sendiri; jika benar-benar ingin menciptakannya, saya tentu akan berhasil. Lihatlah para peserta ujian yang mencari ketenaran dan kekayaan. Pada awalnya, mereka tidak menumbuhkan hati yang tulus; cuma minat yang iseng. Jika lagi suka, mereka mengejarnya. Saat minat mereka turun, mereka berhenti. Mencius pernah berkata pada kaisar Suan Chi...
Mencius: Yang Mulia mencintai musik. Akan tetapi kecintaan yang mulia pada musik sekadar kesenangan pribadi. Jika yang mulia dapat meluaskan hati, dari yang mencari kebahagiaan pribadi menjadi hati yang berbagi kebahagiaan dengan semua rakyat dan membuat mereka sama gembiranya dengan yang mulia, maka negara pasti menjadi makmur!
Liao-Fan: Saya pikir hal itu sama dengan mereka yang berusaha memperbaiki hiodup dengan mengubah takdir. Jika orang dapat meluaskan hatinya, dari yang tadinya berharap lulus ujian menjadi hati dengan rajin berbuat kebajikan, mengumpulkan jasa baik, dan berusaha keras memperbaiki watak, maka nasib dan kemakmuran akan menjadi milik mereka untuk diciptakan.
No comments:
Post a Comment