Monday, April 4, 2016

Roh dan Strata Roh

Roh dan strata roh
Roh dan strata roh
Seperti pernah saya tulis dalam buku ketiga, warna sampul biru. Pada diri manusia ada 3 unsur, yaitu badan, jiwa, dan roh. Ketiga unsur ini berinteraksi membuat manusia dapat menjalani kehidupannya.

Jiwa berhubungan dengan pikiran dan otak yang ada di dalam tubuh manusia. Kalau badan jasmaninya mati, maka otak, pikiran dan jiwanya pun ikut mati dan hilang.

Tidak demikian dengan roh, sifat roh yang abadi membuat roh akan tetap ada walaupun tubuh dan jiwanya sudah tidak ada. Roh terus hidup menempuh perjalanan rohnya. 

Di dalam menempuh perjalanan roh untuk waktu yang hampir tidak terbatas ini, roh juga menjalani evolusi. Berevolusi untuk mencapai tingkat kesadaran rohani yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, sampai mencapai tingkat kesempurnaan.

Di dalam menempuh laku spiritual kami, dari pelajaran dan bimbingan yang kami terima dari para Guru Roh, kami mengetahui bahwa dalam evolusi roh ini dibagi menjadi dua kelompok besar roh. 

Kelompok pertama, yaitu roh yang masih berada dalam lingkaran alam kehidupan manusia dan alam kehidupan arwah. Atau yang umumnya disebut lingkaran “tumimbal-lahir”, dimana berlaku hukum karma dan re-inkarnasi. Karena masih ada karma-karma yang belum lunas dan harus dibayar di dalam kehidupan duniawi, maka roh harus direinkarnasikan atau dilahirkan kembali ke alam kehidupan manusia untuk membayar karma yang belum lunas itu.

Sayangnya, di dunia ini tidak ada satu orangpun yang dalam menjalani kehidupannya, dari lahir sampai tua tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa. Maka di dalam membayar karma yang lama, juga membuat karma baru, yang nantinya harus dibayar lunas lagi. Inilah lingkaran “karma dan re-inkarnasi” yang ingin diputuskan oleh Sang Hiang Budha Gautama melalui ajaran-ajaran Budhis.

Kelompok kedua, roh yang sudah berhasil keluar dari lingkaran karma dan re-inkarnasi, yaitu roh yang sudah berhasil membayar lunas semua karma buruknya, sehingga tidak membawa lagi karma buruk atau karma buruknya sama dengan nol.

Roh yang sudah berhasil mencapai karma buruk nol, dan berhasil memasuki “alam suci”, atau dalam istilah Tao-is disebut “alam dewa” dan di Budhis disebut “alam Nirvana”, maka roh ini sudah lepas dari lingkaran karma dan re-inkarnasi. Akan tetapi roh ini pindah ke lingkaran “tugas dan re-inkarnasi”. Suatu lingkaran kehidupan roh yang lebih besar dan mulia.

Saya sebut lingkaran “tugas dan re-inkarnasi” sebab roh masih akan di reinkarnasikan lagi menjadi manusia, bukan untuk membayar lunas karma buruknya, sebab karma buruknya sudah nol. Tetapi roh ini di reinkarnasikan lagi atau diturunkan lagi ke kehidupan manusia untuk menjalankan tugas. Tugas yang harus dijalankan untuk dapat “naik kelas” atau untuk meningkatkan tingkat rohnya di “Nirvana” atau di “langit”.

Roh yang sudah berhasil memutuskan lingkaran karma dan re-inkarnasi ini, dan sudah berhasil masuk ke alam dewa atau alam Nirvana, saya sebut sebagai roh yang sudah mempunyai “strata langit” atau “strata dewa” di alam dewa. Kalau saya meminjam istilah Budhis saya sebut sebagai strata Nirvana di alam Nirvana.

Dari penjelasan para Guru Roh saya, alam dewa atau alam Nirvana ini dibagi menjadi 33 tingkat. Kalau saya pakai istilah Tao-is, di alam dewa ada 33 tingkat langit. Kalau meminjam istilah Budhis, 33 tingkat Nirvana itu dibagi menjadi 8 tingkat alam Dewa, 8 tingkat alam Arahat, 8 tingkat alam Bodhisatva dan 9 tingkat alam Budha.

33 tingkat pencapaian “kesadaran rohani” ini dapat saya analogikan atau saya umpamakan seperti jenjang tingkat pendidikan sekolah yang sudah kita kenal bersama, yaitu di tingkat sekolah dasar ada 6 kelas, di tingkat sekolah menengah ada 6 kelas, di tingkat perguruan tinggi ada 5 atau 6 kelas dan di tingkat paska sarjana ada 5 kelas. Jumlahnya ada 22 kelas tingkat pendidikan.

Saya belum mendapat ijin dari para Guru Roh saya untuk menulis lebih panjang mengenai 33 tingkat Nirvana atau 33 tingkat langit di alam dewa ini. Tetapi itulah 33 tingkat jenjang “kesadarn rohani” dari evolusi roh, menuju “kesempurnaan”.

Yang baik untuk saya informasikan adalah para dewa dan roh suci mempunyai “tingkat langit” atau “strata langit” yang berbeda-beda. Satu roh suci di tingkat yang lebih tinggi, selalu mempunyai banyak pendamping atau pengiring yang terdiri para roh suci dari strata yang lebih rendah.

Kehidupan manusia dengan strata roh Nirvana

Kalau seseorang mempunyai strata roh Nirvana, berarti rohnya berasal dari Nirvana, juga berarti pada waktu dilahirkan dia tidak membawa karma buruk sama sekali, karma buruknya sama dengan nol. Karena di dunia ini tidak ada satu orang pun yang dari lahir sampai tua tidak membuat kesalahan dan dosa, kesalahan dan dosa ini menimbulkan karma buruk, maka yang dulunya waktu lahir karma nol, maka di hari tuanya tidak nol lagi.

Konsekuensi dari roh yang bersal dari Nirvana ini, membuat dia nanti harus kembali pulang di alam Nirvana, dan di alam Nirvana tidak boleh membawa karma buruk. 

Jadi manusia yang rohnya berasal dari alam Nirvana atau berstrata Nirvana, diujung hidupnya nanti harus sudah mebayar lunas seluruh karma buruknya. Oleh karena itu, manusia yang rohnya mempunyai strata Nirvana perlu dapat mengelola karmanya dengan baik. Jauh-jauh hari sudah perlu untuk secara bertahap mengangsur pembayaran karma buruknya agar di hari tua tidak terlalu berat membayarnya.

Bagaimana cara mengelola karma? 

Penjelasannya sudah saya tulis dalam buku pertama, sampul warna hijau dengan judul “Ibadah dari Vihara ke Vihara” 


Beberapa kasus yang berhubungan dengan strata roh Nirvana.

1. Joko, bukan nama sebenarnya, datang ke rumah saya dengan segudang penderitaan hidup yang dialami sejak beberapa tahun ini. Pada usia 30-an, Joko masih mempunyai bisnis yang besar, pengusaha dan kontraktor yang berhasil. Kedua anaknya dikirim ke Eropa untuk belajar.
Memasuki usia 40-an, Joko mulai mengalami kesulitan dalam usahanya, semua usahanya mulai mundur dan rontok. Rumah besarnya dijual, istrinya pergi ikut anaknya di Eropa, sehingga dia tinggal sendiri numpang tinggal di rumah saudaranya tanpa pekerjaan alias menganggur, jadi pengangguran.

Joko menceritakan semua itu pada saya. Joko jujur mengaku pada saya bahwa dia mempunyai dosa dan karma buruk yang besar di dalam menjalankan usahanya. Dia meminta solusi, meminta jalan keluar bagaimana mengatasi masalahnya ini.

Melalui “mata batin” saya, saya mengetahui bahwa Joko memiliki strata roh Nirvana. Sekarang perjalanan hidupnya sedang memasuki tahap mengangsur karma buruknya yang begitu besar.

Saya jelaskan pada Joko mengenai strata rohnya dan semua konsekuensi dan akibatnya. Saya tidak dapat memberikan solusi dan jalan keluarnya untuk lepas dari semua masalah hidup yang sedang dihadapinya. 

Saya hanya dapat memberikan cara bagaimana menyikapinya agar tidak terus larut dalam penderitaan. 

Saya juga menjelaskan pada Joko bahwa secara spiritual dia masih beruntung sebab di dalam tahap pembayaran karma ini dia masih diberi kesempatan membayar yang baik atau menguntungkan, yaitu diberi kesehatan yang baik, tidak pernah sakit. Dan diberi waktu pembayaran yang cukup panjang sehingga tidak membuat dia depresi berat atau putus asa. 

Joko memgakui bahwa di dalam keterpurukan hidup ini, dia memang tetap sehat dan tegar.

Saya juga menjelaskan pada Joko bahwa di dalam menempuh perjalanan hidupnya ini, garisnya adalah garis Budhis. Artinya bimbingan dalam menempuh perjalanan hidupnya akan diberikan oleh Guru Roh dari garis Budhis. Maka saya menganjurkan pada Joko untuk dapat meluangkan waktu berdoa dan bersujud kepada sang Guru Roh seminggu minimal satu kali di Vihara Budha. 

Memohon kekuatan dan bimbingan di dalam menjalani tahap-tahap mengangsur pembayaran karma buruk ini, supaya dapat menjalaninya dengan baik dan benar.

Setelah Joko menjalankan apa yang saya sarankan sekitar sepuluh kali, dia datang ke rumah saya menceritakan pengalaman dan perubahan yang terjadi pada dirinya. Dia mulai lepas dari tekanan batin yang selama ini sangat membuat dia menderita. Dia sudah terbuka pikiran dan hatinya, terbuka kesadarannya tentang hidup ini untuk apa dan harus bagaimana. Muncul kembali niatnya untuk bekerja dan sudah mendapatkan pekerjaan, walaupun harus bekerja sendiri jauh dari anak dan istrinya. 

Saya sempat mendampingi Joko memohon inisiasi mengangkat Guru Roh di sebuah Vihara Budhis di Jakarta.

2. Halim, seorang suhu dan sinshe berumur 70-an, memberikan pelatihan tenaga dalam dan pengobatan.

Datang ke rumah menanyakan masalah penderitaan hidupnya yang makin lama makin berat. Di saat-saat susah seperti ini dia mengeluh kenapa orang-orang yang dulunya banyak di tolong tidak ada yang peduli terhadap penderitaan hidupnya. Padahal mereka yang pernah ditolong banyak yang sudah menjadi orang-orang kaya, mempunyai kedudukan baik di pemerintah maupun di swasta. Semuanya menghilang, praktek pengobatannya juga sepi sekali. Semuanya diceritakan oleh halim dengan penuh penyesalan.

Melalui “mata batin” saya, saya tahu bahwa Halim memiliki strata roh Nirvana. Semua penderitaan yang dialami sekarang ini karena perjalanan hidupnya sedang memasuki tahap mengangsur pembayaran karma buruk. Berbeda dengan Joko tadi, Halim rupanya sering menunda dan lari dari penderitaan untuk mengangsur pembayaran karmanya, sehingga baru setelah umurnya cukup tua, dia tidak dapat lari dan lepas dari tahap mengangsur karma buruknya.

Seperti pada Joko, saya juga menjelaskan pada Halim mengenai strata rohnya dengan segala konsekuensi dan akibatnya. Halim memgatakan bahwa dia tidak meminta supaya dapat lepas dari semua penderitaan ini, tetapi dia minta tolong supaya beban penderitaan ini dapat dikurangi agar dia masih dapat bertahan.

Saya tidak menganjurkan Halim minta “discount” besarnya penderitaan, sebab yang dapat dikurangi adalah besarnya angsuran, bukan jumlah totalnya, induknya sendiri tidak dapat dikurangi.

Saya jelaskan kepada Halim dengan membuat suatu perumpamaan. Kalau jumlah pembayaran karma itu masih ada 100, dan kalau waktu pembayarannya masih ada 10 tahun, maka setiap tahun yang harus dibayar adalah 10. Kalau sekarang pembayaran angsurannya minta di “discount” 50% menjadi 5 tiap tahun, maka pada tahun ke-9 baru terbayar 45. Di tahun ke-10 harus membayar lunas sisanya yang jumlahnya 55. Ini sangat berat, lebih dari lima kali penderitaan yang sekarang ini. Apa anda kuat menerimanya atau memikulnya? Yang sekarang saja sudah dianggap berat sekali.

Sebenarnya saya akan memberikan jalan keluar untuk meyikapi masalah hidupnya ini seperti yang saya berikan pada Joko, tetapi Guru Roh saya membisikkan “tidak perlu”. Sebab dia tidak dapat memahami dan percaya. Dia bukan guru spiritual tetapi guru tenaga dalam yang berdasarkan pola pikir kebenaran materi.

Masih banyak kasus-kasus sejenis yang saling ada kemiripan mengenai kehidupan orang-orang yang mempunyai strata roh Nirvana. Lalu timbul pertanyaan : “Kalau begitu, apa keuntungan memiliki strata roh Nirvana?”

Pertanyaan semacam ini banyak saya terima dari para pelaku spiritual baik yang pemula maupun yang sudah lama menjalaninya. 

Sesuai dengan sifat dan naluri manusia, yang banyak dipengaruhi oleh sifat badan jasmaninya untuk selalu menghindari dan menjauhi semua yang dapat menyebabkan kesakitan dan penderitaan. Maka mereka juga tidak mau memiliki sesuatu yang dapat menyebabkan mereka nantinya memperoleh penderitaan. Begitu juga halnya dengan memiliki strata roh Nirvana ini, nanti di hari tuanya akan menderita untuk membayar lunas semua karma buruknya.

Jadi apakah benar memiliki strata roh Nirvana itu merugikan? 

Kalau anda mempergunakan pola pikir “kebenaran materi”, itu memang benar. Sebab kenyataannya, faktanya memang menjadi menderita di hari tua. Tetapi kalau anda melihatnya dengan mempergunakan “kebenaran spiritual”, mempunyai strata roh Nirvana jauh lebih menguntungkan.

Anda tentu setuju kalau saya katakan bahwa orang yang dapat sekolah lebih beruntung dari yang tidak dapat bersekolah. Walaupun kalau sekolah menjadi lebih susah, lebih sakit dan lebih menderita karena harus belajar setiap hari, harus mengerjakan PR, harus menjalani ulangan dan ujian dan harus jalan kaki ke sekolah. 

Semuanya ini tentu jauh lebih susah dan menderita dibandingkan waktu masih di taman kanak-kanak atau di kelompok bermain, yang setiap hari hanya bermain saja tanpa tugas apa-apa. 

Nah, apakah anda ingin tetap di taman kanak-kanak atau kelompok bermain(playgroup) terus sepanjang hidup? 

Yang dapat “melihat” jauh kedepan, tentu akan berusaha secepatnya dapat sekolah untuk memulai jenjang pendidikannya. Tidak terus bercokol di taman kanak-kanak yang hanya main-main sampai tua.

Semua ini hanya analogi atau perumpamaan yang saya buat. Lalu apa sebenarnya keuntungan punya roh berstrata Nirvana? 

Disini saya hanya membahas satu keuntungannya saja dari beberapa keuntungan yang ada, yaitu keuntungan dalam menempuh perjalanan arwahnya.

Karena semua karma buruk sudah dibayar lunas di hari tuanya atau karma buruknya sudah nol pada waktu masih menjalani kehidupan di dunia, maka perjalanan arwah orang yang mempunyai strata roh tidak melewati alam arwah, tetapi langsung ke alam Nirvana tempat asalnya. Jadi dia tidak lagi menjalani api penyucian, rumah hukuman dan tugas-tugas berat yang harus dijalani di alam arwah. 

Tingkat tertinggi di alam arwah yang juga disebut surga, belum apa-apa kalau dibandingkan dengan keadaan dan suasana yang ada di alam Nirvana. 

Tentang alam arwah telah saya tulis dalam buku ke-4 sampul warna putih dengan judul “Mengintip Perjalanan Arwah”.

Seperti pada perumpamaan tadi, kalau orang sudah memasuki jenjang pendidikan, maka setiap hari dia mempunyai tugas belajar yang harus dikerjakan untuk dapat naik kelas. Begitu juga orang yang mempunyai strata roh, maka setiap kali menempuh perjalanan hidup di dunia ini, selalu membawa tugas yang harus dijalankan untuk dapat naik tingkat, naik strata rohnya. Untuk dapat berhasil menjalankan tugas, perlu Guru Roh untuk membimbing agar dapat memahami “kebenaran spiritual” sebagai bekal untuk menjalankan tugas agar dapat berhasil dengan baik dan benar.

Mengenai bimbingan Guru Roh, saya sudah memuat dalam tulisan saya di buku ke-3 warna sampul biru dengan judul “Menelusuri Jalan Spiritual”.

Skkb = 0
SKKB adalah singkatan dari Skala Kadar Karma Buruk. SKKB sama dengan nol artinya sudah tidak ada karma buruk pada orang itu, semua karma buruknya sudah terbayar lunas, karma buruk yang dibuat di kehidupan yang lampau, di kehidupan sekarang dari lahir sampai saat dia mengevaluasi SKKBnya.

SKKB dapat turun dan naik sesuai dengan prilaku yang dibuat seseorang. Hari ini turun, esok hari dapat naik, sesuai dengan apa yang dilakukan hari ini dan esok hari. Hari ini menjalani penderitaan, esok hari membuat orang lain menderita.. Jadi yang sudah berhasil membuat SKKB = 0, kondisi ini tidak untuk selamanya.

Orang dapat dengan mudah menjaga untuk tidak berbuat kesalahan dan dosa dalam jangka waktu satu atau dua minggu, untuk jangka waktu satu atau dua bulan sudah tidak mudah, untuk jangka waktu satu tahun akan sulit sekali. Untuk jangka waktu bertahun-tahun sudah tidak mungkin lagi.

Jadi apakah mungkin seseorang dapat mencapai SKKB = 0? 

Mungkin, tetapi tidak mudah. Mungkin kalau dia sudah tahu cara mengelola karmanya dan mau mengelola karmanya agar SKKB = 0.

Karma buruk hanya dapat dibayar dengan menjalani penderitaan, bayar yang lama jangan membuat yang baru dan jangan lari dari penderitaan, maka SKKB seseorang secara bertahap akan terus turun.

Ada orang bilang kalau SKKB = 0, ya sama dengan meninggal dunia. Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan pemahaman ini. 

Memang ada beberapa orang yang sakit atau menderita yang menunggu SKKB = 0 baru dapat meninggal, tapi juga pernah saya temukanbeberapa orang yang SKKB = 0 masih sehat-sehat saja dan menjalani hidupnya dengan tenang. Terutama orang-orang yang menjalani hidupnya sebagai rohaniawan sejati. 

Mengenai mengelola karma dan jangan lari dari penderitaan, saya sudah menjelaskan dalam buku pertama “Ibadah Dari Vihara ke Vihara” dan buku ketiga “Menelusuri Jalan Spiritual”.

Dari para tamu yang datang konsultasi ke rumah saya, ada beberapa kasus yang telah saya ceritakan di buku ini, yaitu mengenai kehidupan manusia yang memiliki strata roh Nirvana, kasus Joko dan Halim.


0 komentar

Post a Comment