Monday, April 4, 2016

Apa Kata Para Dewa Mengenai Amal

Apa Kata Para Dewa Mengenai Amal
Add caption
Hendra berusia 60-an tahun, pengusaha yang berhasil, murid dari guru prana yang sudah punya nama besar dan terkenal. Hendra sudah lama sekali mempelajari dan melatih tenaga prana. Sudah beberapa tahun memberikan penyembuhan secara gratis kepada orang-orang yang datang ke rumahnya. Umumnya penyembuhan dengan prana yang dilakukan Hendra membawa hasil yang baik.

Hendra datang ke rumah saya mau berdiskusi mengenai penyembuhan dengan tenaga prana.

Cerita Hendra, belakangan ini, didalam menolong menyembuhkan orang, banyak yang gagal atau tidak dapat sembuh secara tuntas. Dia pernah menanyakan hal ini kepada gurunya dan dijawab bahwa penyembuhan yang dilakukannya tidak tuntas dan tidak berhasil disebabkan Hendra menolak pemberian amal berupa uang dari para tamunya.

Pertanyaan Hendra kepada saya adalah apakah benar bahwa karena dia tidak mau menerima amal dari para tamunya maka para tamu itu tidak berhasil disembuhkannya?

Saya jawab itu benar, benar sekali. Sebab saya pernah menerima penjelasan dari guru roh saya.

Pada awal saya mulai menjalani laku spiritual, saya tidak mempunyai motivasi sedikitpun untuk menjadi seorang penyembuh maupun bertujuan nantinya dapat menolong orang. Tujuan utama saya menjalani laku spiritual adalah agar saya dapat menjjalani hidup ini selalu di jalan yang baik dan jalan yang benar, jalan yang direstui dan diberkahi oleh Allah Yang Maha Esa.

Setelah saya menjalaninya sepuluh tahun lebih, mendapat bimbingan dari para guru roh saya, beribadah dari satu tempat suci ke tempat suci lain, saya telah menerima banyak berkah dan bekal berupa ilmu dan kekuatan.

Guru sejati saya menjelaskan kepada saya bahwa berkah dan bekal yang telah saya miliki itu kalau tidak digunakan untuk menolong manusia akan menjadi mubasir.

Saya diberi penglihatan/visualisasi sebuah batang pohon besar dengan buah yang lebat sekali, banyak diantara buah-buah itu yang sudah masak, bahkan ada juga yang sudah berjatuhan di tanah dan membusuk.

Guru sejati saya mengatakan: " Berkah dan bekal yang telah kau miliki bagaikan buah yang begitu lebat di pohon besar itu. kalu dibiarkan akan menjadi mubasir dan jatuh membusuk di tanah, Maka pakailah untuk menolong sesama manusia.

Saya masih ragu, hanya sesekali saya pergunakan untuk menolong keluarga saya, kemudian untuk menolong saudara-saudara saya. Dengan berjalannya waktu, mulai ada teman-teman yang datang membutuhkan pertolongan, kemudian mulai ada teman dari teman-teman saya juga membutuhkan pertolongan.

Di dalam menolong orang-orang ini, saya tidak mau menerima imbalan apapun, saya tidak mau menerima sumbangan amal dari orang-orang yang telah saya tolong. Jadi seperti Hendra, tidak mau menerima pemberian amal dari para tamunya.

Bedanya dengan Hendra, Hendra tidak menerima penjelasan mengenai alasannya dari guru prananya, Guru Roh saya menjelaskan kepada saya mengapa harus begitu.


Inilah penjelasan guru Roh saya:

"Tidak semua tamu yang kalian tolong itu mempunyai amal yang baik, nilai amal di dalam rapor perjalanan hidupnya merah angka mati. Agar Karunia Ilahi berupa berkah atau bekal yang kalian miliki dapat diterima dalam diri para tamu yang kalian tolong, kalian perlu mau menerima sumbangan amal mereka. Kalau kalian tidak mau menerima, berarti kalian tidak mau dia sembuh."

Hendra menanyakan kepada saya bagaimana cara saya mengunakan sumbangan amal, sebab Hendra tidak menemukan kotak amal di ruang saya. Saya katakan bahwa kotak amal itu saya sembunyikan, saya baru keluarkan kalau ada tamu yang berniat memberikan amalnya.

Hati saya dan istri masih belum dapt menerima untuk meletakkan kotak amal di ruang kami menerima tamu.

Hendra menyarankan agar kotak amal itu diletakkan di pojok ruangan yang tidak mencolok saja, seperti yang sekarang dia lakukan dirumahnya. Tapi hati kami berdua sampai sekarang masih belum dapat melakukannya.

Kami masih menganggap meletakkan kotak amal secara terbuka mempunyai arti menyuruh orang/tamu untuk mengisinya.


Peranan Kotak Amal

Karena kotak amal untuk para tamu kami sembunyikan, hal ini membawa dampak negatif untuk para tamu. Bagi tamu yang belum tahu, banyak yang tidak berani menanyakan dan tidak mengisi kotak amal. Bagi mereka yang dalam perjalanan hidupnya telah mempunyai nilai amal yang baik, tidak ada masalah. Apa yang telah saya berikan dan salurkan, karunia Ilahi itu akan tetap bersemayam di dalam badannya.

Tapi bagi mereka yang nilai amalnya tidak ada atau kecil, wadah untuk menerima karunia Illahi juga tidak ada atau kecil, maka karunia Illahi itu hanya molos saja jatuh ke bawah.

Suatu hari saya menanyakan kepada guru Roh saya , kenapa dulu tidak ada syarat bagi tamu untuk memberi amal dan mereka juga banyak yang tertolong. Tetapi sekarang mereka perlu memberi amal baru pertolongan saya membuahkan hasil.


Guru Roh saya menjelaskan dengan sebuah perumpamaan seperti ini:

"Kalau ada seorang dokter umum mengobati pasiennya, dia memeriksa, memberikan resep obat, bahkan memberi obat yang diambil dari obat-obat sampel yang dimilikinya. Dan dia tidak mau dibayar, pasien itu juga dapat sembuh.

Akan tetapi setelah si dokter menjadi dokter spesialis bedah, dimana fasilitas rumah sakit sudah diperlukan agar dia dapat menyembuhkan pasiennya, maka tanpa mengeluarkan uang untuk membayar fasilitas rumah sakit, pasien itu tidak akan sembuh. Kalian sekarang sudah dapat menjangkau fasilitas energi alam semesta untuk memberikan penyembuhan.

Energi alam semesta yang mengikuti garis hukum alam semesta adalah juga hukum keseimbangan.

Maka yang mau menerima, perlu mau memberi. Yang mau menerima kesembuhan, perlu mau memberi amal.


Perpuluhan dan 2,5 persen

Dulu saya mempunyai pikiran jelek terhadap sumbangan amal perpuluhan yang diajarkan pendeta Kristen, ada juga sumbangan amal 2,5% di aliran lain. Sumbangan smal 10% atau 2,5% ini hanya untuk pendeta dan rohaniawan yang bersangkutan, bukan amal untuk menolong penderitaan orang lain.

Setelah saya tahu peranan amal di dalam perjalanan hidup manusia, saya baru sadar bahwa amal yang dipatok 10% atau 2,5% ini memang baik dan perlu. Hanya sayang bahwa sasarannya kurang tepat. 10% atau 2,5% bukan semuanya untuk rohaniawan itu. Kalau semuanya diberikan kepada pendeta atau rohaniawan, ini malah meracuni dan mencelakakan mereka, membuat mereka lupa diri dan keluar dari misi atau tugasnya sebagai rohaniawan. Sebab materi yang berlimpah dan anam besar akan menutup mata hati mereka dan jadi lupa diri.

Guru Roh saya menjelaskan, beramal perlu tepat sasaran agar amal itu mempunyai nilai tinggi. 

Beramal kepada orang jahat dibanding beramal kepada rohaniawan, nilai amalnya lebih tinggi kepada rohaniawan.

Beramal kepada rohaniawan dibandingkan dengan beramal kepada Dewa dan Roh suci, nilai amalnya jauh lebih tinggi kepada dewa dan roh suci.

Amal yang punya nilai tinggi adalah bila memberian amal itu dapat meringankan atau melepaskan penderitaan si penerima amal. Atau bila pemberian amal itu dapat memenuhi semua atau sebagian dari apa yang dibutuhkan oleh si penerima amal.

Oleh karena itu orang tidak mudah beramal kepada para Dewa dan Roh Suci mana yang sedang membutuhkan amal darim manusia, untuk keperluan prasaranan tempat ibadahnya di dalam menjalankan misi dan tugas menolong penderitaan manusia.

Saya telah melihat beberapa tempat ibadah yang terkenal banyak pengunjungnya, juga banyak orang yang beramal besar-besaran disitu. Boleh dikatakan di tempat itu turun "hujan duit" atau amalnya berlimpah ruah.

Hal seperti ini dapat mengakibatkan pengelola atau pengurus tempat itu rawan ricuh urusan uang. Sifat manusia, makin banyak uang maka makin banyak keinginan, makin banyak keinginan makin banyak masalah, kemudian banyak diantara masalah yang timbul itu tidak dapat diselesaikan dengan uang. Amal seperti di atas tidak tepat sasaran.


Amal dan Persembahan

Beberapa tamu menanyakan kepada saya, apakah persembahan di altar Vihara dapat digantikan dengan memasukkan sumbangan di kotak amal? Supaya tidak usah repot ke supermarket untuk beli buah dan lain-lain.

Saya katakan bahwa persembahan kepada para dewa di altar tidak dapat diganti dengan memasukkan uang ke kotak amal.

Persembahan berupa bunga dan buah di altar diterima langsung oleh dewa di altar. Berkahnya juga diberikan langsung oleh dewa di altar kepada pemberi persembahan.

Uang sumbangan di kotak amal adalah beramal yang akan membuahkan karma baik.Kapan berbuahnya karma baik itu masih menunggu proses dan membutuhkan waktu.

Jadi lebih baik mau repot sedikit meluangkan waktu untuk membeli persembahan buah dan bunga di supermarket atau pasar. Jangan mau gampangnya saja.


Tahu Beres = Instan

“Jangan menolong secara instan”, begitu pesan Guru Roh saya.

“Di dalam menolong orang, jangan hanya melepaskan mereka dari masalahnya, tetapi ajarkan pula kepedulian hidup.”

Guru Roh saya meminta untuk mengajarkan pula kepedulian hidup kepada mereka. Artinya mereka perlu untuk peduli terhadap kepentingan dirinya. Mereka perlu mempunyai usaha untuk kepentingan dirinya, jangan tahu beres saja, semuanya sudah tersedia, semuanya sudah dikerjakan oleh orang lain. Sebab hanya orang yang mau peduli terhadap kepentingan diri sendiri, baru dapat diharapkan mempunyai kepedulian untuk orang lain.

Orang yang tidak peduli terhadap kepentingan dirinya, jangan diharapkan untuk punya kepedulian terhadap kepentingan orang lain.

Oleh karena itu Guru Roh saya pesan : “Jangan menolong sacara instan.”

Beberapa tamu menganggap saya tidak profesional, tidak dapat memberikan pelayanan maupun perolongan secara profesional. Para tamu masih dibuat tidak nyaman harus menyediakan ini dan itu, yang saharusnya dapat saya sediakan.

Beberapa orang pernah datang ke rumah dan meminta semua masalahnya dibereskan, nanti dia akan bayar semua biaya yang dibutuhkan. Jadi mereka meminta saya menyediakan semua yang diperlukan, dia tahu beres tinggal bayar biayanya.

Sayang sekali, saya tidak diijinkan oleh Guru Roh saya memberikan pelayanan seperti itu, saya tidak boleh menolong secara instan.

Mereka perlu diberi tugas dan kewajiban untuk kepentingan mereka.

Untuk melihat dan mengetahui apakah mereka memang mempunyai niat dan usaha untuk kepentingan mereka sendiri. Kalau tidak, maka percuma saja menolong orang seperti ini, orang yang tidak memiliki kepedulian hidup.

Orang seperti ini ditolong dari satu masalah, akan muncul masalah baru, dan akan terus berulang seperti itu.

Banyak kasus penyembuhan yang telah saya lakukan menjadi gagal hanya masalah sepele saja. Merasa sudah lepas dari penyakitnya, sudah sembuh, maka dia melupakan kepedulian hidup. Penyakitnya muncul lagi dan masalahnya bermunculan lagi.

Kepedulian hidup muncul dari hukum alam semesta berupa hukum keseimbangan yang turun sebagai hukum memberi dan menerima.

Yang keluar dari hukum keseimbangan akan bermasalah dan hancur. Maka manusia perlu mengetahui, mengerti dan memahaminya.


0 komentar

Post a Comment