Wednesday, April 6, 2016

BAB IV : DIKUBUR DAN DIKREMASI


 DIKUBUR DAN DIKREMASI
sebaiknya dikubur atau dikremasi?
1. Makam atau Kuburan, Pengaruhnya Terhadap Arwah

Kakek saya dari garis ibu masih mengikuti tradisi dan kebudayaan Kong Hu Cu secara ketat dan taat. Perhatian dan kepeduliannya terhadap makam atau kuburan sangat tinggi, sehingga dihari tuanya, kakek sudah mempersiapkan dan membuat makamnya sendiri, mengundang ahli hongsui dan mengawasi sendiri pemakaman makamnya.

Setelah kakek meninggal, ibu saya setiap tanggal 1 dan 15 bulan imlek berziarah tabur bunga di makam kakek. Suatu waktu arwah kakek datang ke rumah saya di Jakarta, memberitahukan supaya ibu saya di Bojonegoro menengok kuburannya hari itu juga.

Lewat telepon, saya beritahukan agar hari itu menengok kuburan kakek, Ibu bilang besok saja sekalian ziarah tabur bunga tanggal 15 imlek. Saya tegaskan kepada Ibu bahwa kakek minta hari itu juga, besok boleh pergi lagi. Besok harinya Ibu memberitahu saya bahwa makam kakek diberaki sapi, ada banyak kotoran sapi di kuburan kakek.

Kakek pada masa hidupnya sangat perhatian dan peduli terhadap kuburannya, dan sifat ini dibawa kea lam arwah dan dalam perjalanan arwahnya, kakek saya sekarang ini sudah reinkarnasi lagi, hubungan saya dengan kakek sudah putus total.

Kakek angkat istri saya dari garis Ibu pernah menjadi ketua Klenteng Tridharma. Kuburannya mengalami kerusakan dan diperbaiki oleh ipar saya. Waktu arwah kakek berkunjung ke rumah saya, istri saya memberitahukan soal kuburannya yang rusak dan telah diperbaiki oleh adiknya. Kakek saya bilang bahwa dia sudah tidak terpengaruh oleh keadaan kuburannya. Kuburan rusak juga tidak membuat dia susah, kuburannya baik juga tidak membawa pengaruh baik padanya. “Hanya adikmu yang telah peduli dan mau memperbaiki kuburan leluhurnya akan mendapat pahala dari Tuhan YME.”

 Arwah kakek angkat istri saya ini sudah mencapai tingkat yang dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian, dia sudah tidak mempersoalkan kuburannya, hal yang sangat duniawi. Kakek angkat istri saya ini berhasil mencapai sorga dan juga berhasil menembus alam nirwana.

Jadi pengaruh kuburan terhadap arwah tergantung sikap arwah itu sendiri. Dari pengamatan kami berdua, sebagian besar arwah sudah tidak peduli terhadap kuburannya, terutama arwah yang telah memasuki alam arwah dan sudah memulai perjalanan arwahnya.

Kuburan atau makam mempunyai sifat monumental, suatu monument untuk generasi atau keturunan selanjutnya. Oleh karena itu sering dijumpai orang membangun makam atau kuburan keluarga secara megah dan mewah. Kalau dinilai dengan mengunakan “kebenaran materi”, makam yang megah dan mewah, baik untuk keluarga dangenerasi yang akan datang. Suatu prestasi keluarga dari orang yang dimakamkan disitu.

Kalau dinilai dengan mempergunakan “kebenaran spiritual,” makam megah sangat tidak baikbagi arwah orang yang dimakamkan disitu. Makam yang megah dan mewah itu akan membuat arwah menjadi terikat kuat pada makam itu, terikat pada keduniawian. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan , anak, istri atau suaminya, pada waktu upacara ritual pemakamannya atau upacara sembahyang peresmian makam, meminta agar almarhum jangan kemana-mana, tinggal disini saja, sebab sudah dibuatkan makam yang bagus, megah dan mewah. Begitu arwah ini mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia sudah terikat kuat pada makamnya. Dia tidak dapat “naik” ke alam arwah dan tidak dapat menempuh perjalanan arwahnya untuk waktu yang lama sekali.

2. Kremasi

 Upacara ritual pembakaran jenazah atau dikremasi sudah lama dikenal dan dijalankan. Terutama oleh ummat hindu dan ummat Budha, kemudian diikuti oleh ummat agama lainnya.

 Ada orang yang pesan kepada anak-anaknya agar kalau dia meninggal, supaya jenazahnya dikremasi saja, khawatir nanti kalau dikubur, kuburannya akan digusur dan dibongkar oleh adanya pembangunan kota. Juga akan merepotkan keluarga dan anak-anaknya karena harus mondar-mandir mengunjungi makamnya untuk tabur bunga atau ritual lainnya.

Tetapi ada juga orang yang berpesan kepada keluarganya kalau dia meninggal agar dikubur, jangan dikremasi, sebab dia takut dan ngeri kalau nanti dibakar, dia bias kepanasan dan menderita.

Jadi jenazah yang dikubur atau dikremasi, apa pengaruhnya terhadap arwah almarhum? Dari pengamatan kami terhadap banyak arwah yang dikubur maupun yang dikremasi, sebanarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Ketakutan kalau nanti kuburannya digusur dan dibongkar atau takut dikremasi, dibakar, merasa akan menderita kepanasan, semuanya tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Ketakutan dan kekhawatiran pada waktu masih hidup tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Bahkan arwah juga tidak mempersoalkan lagi apakah jenazahnya dulu dikubur atau dikremasi.

Dipandang dari sudut spiritual, saya cenderung mengatakan bahwa jenasah yang dikremasi lebih baik daripada dikuburkan. Sebab dikubur mempunyai resiko arwah almarhum dapat terikat di makamnya, hal ini dapat menghambat perjalanan arwahnya. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan rajin mengunjungi makamnya dan melakukan sembahyang dan tabur bunga.

Kalau jenasah dikremasi, sebaiknya abu kremasi jangan disimpan di tempat atau di rumah penyimpanan abu jenazah. Sebab hal ini tidak begitu beda dengan dikubur. Sebaiknya abu jenazah dilarung saja dilaut atau disungai. Sehingga mengurangi keterikatan arwah terhadap kehidupan duniawi.

0 komentar

Post a Comment