Tuesday, September 6, 2016

BAB V DIALOG DENGAN ALAM DEWA

BAB V DIALOG DENGAN ALAM DEWA
Pada buku ke-5, saya menulis langsung apa yang diwejangkan oleh beberapa roh suci dan dewa pada saat rombongan saya atau istri saya berkunjung dan beribadah di beberapa tempat. Disini akan saya tambahkan beberapa penjelasan agar mudah dimengerti.

1. PERTEMUAN GAIB
Selama sekitar 15 tahun (1983 - 1998) saya dan istri setiap tahun melakukan perjalanan ibadah keliling Jawa dan Bali, kedatangan kami ditempat - tempat itu sering bertepatan dengan adanya pertemuan gaib para dewa dan roh suci ditempat tersebut. Artinya pada saat itu, ditempat tersebut sedang ada pertemuan gaib para roh suci, banyak roh suci dari berbagai aliran dan garis agama hadir disitu. Hal ini dapat terjadi karena bimbingan para guru roh kami berdua. Bahkan kami pernah beberapa kali dibuat nyasar salah jalan agar kedatangan kami ditempat tersebut tepat pada saat ada pertemuan para roh suci dan dewa.

Pertemuan gaib para roh suci dan dewa ini ada yang diadakan setiap tahun, ada yang tidak setiap tahun. Dan umumnya hari dan jam-nya tidak banyak diketahui oleh banyak orang. Yang pasti hari dan jam-nya tidak sama dengan upacara-upacara ritual yang diadakan oleh banyak orang, atau yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat setempat.

Pada upacara pertemuan gaib para suci dan dewa ini, hari dan jam-nya sangat penting, jadi tidak seperti yang saya jelaskan di bab IV tadi bahwa jam-nya tidak penting. Disini justru jam-nya sangat penting, sebab biasanya pertemuan gaib para suci ini hanya berlangsung satu jam saja. Belum pemah kami temukan pertemuan gaib seperti ini yang berlangsung lebih dari satu jam.

Bagi mereka yang tahu hari dan jam pertemuan gaib itu berlangsung dan dapat ikut beribadah, sembahyang, memberi persembahan, berdoa dan memohon, berkah yang diterima besar sekali. Sekali beribadah, mendapatkan berkah dari banyak para suci yang hadir dalam pertemuan gaib itu, ini berarti nilai ibadahnya sama dengan beribadah di banyak tempat sekaligus.


2. DEWA PENOLONG
Para dewa dan roh suci membuka kesempatan kepada manusia yang membutuhkan pertolongan. Jadi yang butuh pertolongan adalah manusia, jangan dibalik dan mengira bahwa dewa membutuhkan manusia. Dewa tidak butuh pertolongan manusia. 

Beberapa kali saya bertemu dengan orang yang mempunyai pandangan dan pengertian yang salah.

Pernah ada teman saya yang mengatakan bahwa dia baru mau menjalani laku spiritual, memuja dan sembahyang kepada Dewa kalau sang Dewa sudah dapat me-nampakkan diri dihadapannya dan kalau sang Dewa juga menjamin kelangsungan sarana hidup dia. saya hanya geleng kepala dan tertawa dalam hati.

Benar-benar pemahaman yang ngawur. memangnya dia menganggap dirinya siapa, sehingga dewa perlu ‘‘melamar dia, supaya mau menjalani laku spiritual dan memuja sang dewa. Dia yang butuh sang Dewa, bukan sang Dewa yang membutuhkan dia.

Ada lagi yang lebih ekstrem, dia baru mau bersujud dan sembahyang kepada dewa kalau sang Dewa tersebut dapat mengalahkan dia. Semoga dia dapat menemukan "dewa" yang dapat mengalahkan dia.

Para dewa dan roh suci di dalam menolong manusia perlu mengikuti dan mentaati hukum dan aturan-aturan di alam gaib, jadi tidak dapat sembarangan menolong. Jadi supaya manusia dapat memperoleh pertolongan dan para suci dan dewa, maka manusia yang perlu menyesuaikan diri ke aturan dan hukum yang digunakan para suci dan dewa di alam gaib. Bukan para suci dan dewa yang harus menyesuaikan diri pada kemauan dan keinginan manusia. 

Jangan hanya berpegang pada slogan bahwa para suci dan dewa itu sangat pengasih, maka para suci dan dewa tidak akan dan tidak pernah menghukum manusia.

Ingat bahwa para suci dan dewa juga sangat adil, yang akan menghukum yang jahat dan memberi pahala kepada yang baik. Jadi jangan menganggap karena para suci dan dewa sangat welas-asih maka pasti mau memberikan pertolongan. Itu tidak benar, ada persyaratannya dan persyaratan itu perlu dipenuhi dulu.


3. WEJANGAN PARA SUCI DAN DEWA 

Sebenarnya sudah banyak wejangan, nasehat dan petunjuk sampai peringatan yang telah diberikan oleh para suci dan dewa kepada manusia. Tetapi sayangnya begitu banyak manusia yang mengabaikannya, tidak perlu dan tidak percaya.

Banyak wejangan, nasehat, petunjuk dan peringatan yang telah ditulis di berbagai kitab suci dari bermacam agama, tapi tetap banyak yang mengabaikan-nya, tidak dianggap senus. Biasanya mereka baru menyadari setelah terlambat, sudah tidak punya waktu dan kesempatan untuk merubah dan memperbaikinya.

Wejangan, nasehat dan petunjuk yang diberikan oleh para suci dan dewa di tempat-tempat suci yang kami kunjungi mempunyai nilai yang sangat tinggi terutama bagi mereka yang mau mencari dan menempuh jalan kebenaran, bagi mereka yang mau menjalani laku spiritual secara serius. ,

a. Wejangan dari Jambe Pitu

"Diibaratkan apabila dirimu membangun rumah, aku inilah yang menyusun fondasinya."

Wejangan ini menjelaskan bahwa menjalani laku spiritual perlu mempunyai fondasi spiritual. Tanpa fondasi spiritual, laku spiritual akan gagal atau nyasar ke jalan yang sesat. Bahan fondasi spiritual adalah RaportPerjalanan Hidup. Kalau prilakunya baik, amalnya baik dan ibadahnya baik, maka seorang sudah mempunyai bahan fondasi yang baik, sekarang tinggal menyusunnya menjadi fondasi yang tepat dan baik sesuai dengan rumah spiritual yang akan kita bangun dan kita butuhkan, untuk itu perlu menemukan ahli penyusun fondasi, untuk membangunkan fondasi spiritual seseorang.


Apakah tanpa ahli penyusun fondasi tidak akan terbentuk fondasi spiritual? Tidak juga, fondasi spiritual dapat dibentuk sendiri, akan tetapi pasti tidak efektif dan tidak baik. Sebab anda belum tahu rumah spiritual apa yang akan anda bangun, jadi membangun fondasi tanpa mengetahui seperti apa rumah yang akan dibangun tentunya pekerjaan yang ngawur dan tidak baik. Terlalu kuat akan membuat biaya mahal dan butuh waktu lama kurang kuat juga akan membuat bangunannya rapuh dan rawan rubuh. Maka ahli perancang fondasi spiritual yang telah tahu rumah spiritual seperti apa yang anda butuhkan, pasti dapat menyusun fondasi dengan baik dan tepat guna.


Tanpa fondasi spiritual maka wadah spiritual seseorang belum dapat dibentuk, sebab wadah spiritual harus diletakkan diatas fondasi spiritual dan tanpa wadah spiritual, berkah dan bekal spiritual tidak dapat diterima dan ditampung.


"Didalam menempuh jalan spiritual, kalian semua adalah bersaudara, upayakan selalu bertemu, membicarakan pengalaman masing-masing, supaya bisa saling melakukan koreksi, kalau ada kesalahan, temannya yang akan memberitahu."

Wejangan ini mengingatkan bahwa dalam menjalani laku spiritual, kesalahan hanya dapat dilihat dan diketahui oleh orang lain, dirinya sendiri tidak dapat mengetahui atau menyadari, maka dianjurkan perlu membentuk persaudaraan agar dapat saling mengoreksidiri. Kalau ada kesalahan supaya cepat diketahui, sebab kalau sudah terlambat akan susah diperbaiki atau sulit ditolong. Hal seperti ini sering terjadi, kalau sudah terlambat susah menyadarkannya, sulit untuk mengajak kembali ke jalan yang benar. Apalagi kalau sudah dikuasai gaib non Ilahi, hampir tidak mungkin dapat ditolong. Maka perlu membentuk persaudaraan dan jangan menganggap dirinya lebih pintar dan lebih tinggi.


"Aku juga mengerti bila dirimu masing-masing sudah memiliki guru, tetapi gurumu masing-masing juga masih membutuhkan guru yang lain. Setiap guru mempunyai kekhususan tersendiri." 

Wejangan ini memberitahukan bahwa dalam menjalani laku spiritual, setelah membentuk fondasi spiritual dan wadah spiritual, maka perlu mengisi wadah spiritual itu dengan berkah dan bekal spiritual. Bagi mereka yang menyandang tugas dan misi, maka berkah dan bekal spiritual yang dibutuhkan perlu disesuaikan dengan tugas dan misi yang akan dijalankan. 

Berkah dan bekal ini tidak cukup hanya didapat dari satu guru roh saja, guru-guru yang lain juga dibutuhkan untuk memberikan berkah dan bekal agar berkah dan bekal yang dimiliki menjadi lengkap. Setiap guru roh atau para suci mempunyai kekhususan sendiri-sendiri, mempunyai wewenang yang berbeda. Oleh karena itu seorang pelaku spiritual perlu sering melakukan perjalanan keliling untuk melengkapi berkah dan bekalnya yang dapat diperoleh dari berbagai tempat suci yang dikunjungi.


"Jangan sekali-kali dirimu merasa gurumu sudah tinggi, gurumu adalah roh suci yang tinggi lalu tidak memperhatikan guru roh suci yang lain-nya. Pemahaman seperti itu merupakan kesalahan besar."

Wejangan diatas sangat tepat. Saya sudah sering bertemu dengan orang yang terobsesi bahwa dia mempunyai guru roh yang tingkatnya sudah tinggi, sehingga dia terobsesi sudah menjadi orang istimewa yang sudah mempunyai tingkat yang tinggi pula seperti gurunya. Dia tidak menyadari dan tidak tahu bahwa walaupun gurunya professor, tapi dia baru ditingkat sekolah dasar. Dia masih jauh dibawah orang yang punya guru hanya lulusan SMA, tapi dia sudah duduk di kelas Ill SMP.


Tentang kasus dan bahaya dan terobsesi akan saya tulis dalam buku ke-8 dengan judul "Membuka Kebenaran Spiritual".


"Yang dinamakan menjalani laku spiritual itu adalah membersihkan rohani, membersihkan pikiran dan batin yang kotor, itulah tujuannya". 

"Bagaimana membersihkan pikiran dan batin yang kotor, sakit dan penderitaan." 


Banyak orang menjalani laku spiritual dengan tujuan yang sangat berbeda dengan wejangan diatas.


Banyak orang menjalani laku spiritual dengan tujuan untuk memperoleh daya supranatural, untuk memperoleh kesaktian, bahkan untuk menolong orang, kelihatannya baik untuk menolong orang. Tapi tujuan laku spiritual yang murni bukan untuk seperti itu. Itulah sebabnya banyak orang Yang meminta saya mendampingi mengangkat guru roh, banyak yang belum dapat diterima oleh sang guru. Karena motivasinya yang belum benar, tujuannya masih salah. Juga banyak orang yang tidak tahu dan tidak menyadari kemudian menganggap menjalani laku spiritual itu mudah, dianggap enteng, dianggap enak. Semuanya tidak benar.


Eyang Semar mengatakan : "JaIan yang kalian tempuh ini berat, dirimu harus siap lahir batin. Apabila mengalami susah, godaan, cobaan dan penderitaan, jangan hanya mengeluh saja, jangan hanya menggerutu saja, jalanilah dengan tulus-ikhlas. Begitulah agar jalanmu lapang, terang dan luas."



b. Wejangan dari Jumprit

"Sudah waktunya kalian semua harus dibersih-kan, lahir dan batin". "Kalian sudah bersih lahir dan batin, karena itu kalian semua perlu hati-hati, jangan membuat kesalahan lagi."


Saya sering bertemu dengan orang yang suka menggampangkan, mau enaknya sendiri. Karena tahu untuk membersihkan diri itu gampang, hanya datang ke Jumprit, melakukan ritual sederhana mandi membersih-kan diri, Selesai dan sudah bersih. Kemudian dalam perjalanan hidup selanjutnya tidak pernah hati-hati menjaga kebersihan dirinya. Sifat seperti ini salah sekali, dan kalau dilakukan sebanyak 3 kali, maka roh suci yang "duduk" di Umbul Jumprit tidak akan mau membersih-kan lagi.


Perlu hati-hati dan menyadari, jangan menganggap enteng dan gampang pertolongan roh suci dan dewa.

Sudah banyak tamu saya yang saya anjurkan untuk membersihkan din di Umbul Jumprit. Umumnya diri yang kotor itu disebabkan oleh mahluk gaib non Ilahi atau bangsa jin. Didapat dari belajar ilmu non Ilahi atau meminta di tempat-tempat pemujaan yang non Ilahi.

Untuk membersihkan diri di Umbul Jumprit, mahluk gaib yang menempel di badan seseorang perlu dipulangkan atau disingkirkan dulu, baru bekas-bekasnya dibersihkan di Jumprit.

Di Jumprit, Dewi Kwan Im mengatakan : "Jangan kalian ragu akan jalan yang kalian tempuh, jalan kalian ini diberkati dan direstui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh para Budha, Bodhisatva dan para Arahat. Oleh karena itu senantiasa lah berjalan di jalan yang benar, yang ditunjukkan oleh guru roh kalian masing-masing."


Suatu wejangan yang sangat dalam dan menyentuh hati, diberikan dengan penuh welas-asih, sesuai dengan sifat Dewi Kwan Im yang welas-asih.


Banyak orang meragukan jalan spiritual yang telah ditempuhnya bertahun-tahun. Sebab selama bertahun- tahun itu tidak merasakan kemajuan apa-apa, tidak ada perubahan apa-apa. Atau keinginannya belum terpenuhi.Kemudian menganggap jalan spiritual yang ditempuh tidak cocok, kurang baik dan lain lain. Maka Dewi Kwan Im pada kesempatan ini mengingatkan, "Jangan kalian ragu akan jalan yang kalian tempuh, jalan kalian ini diberkati dan direstui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa". 

"Senantiasalah berjalan di jalan yang benar, yang ditunjukkan oleh guru roh kalian masing-masing".


Bagi anda yang telah mengangkat guru roh, yang telah mempunyai guru roh, ingat bahwa keputusan akhir ada di guru roh, dan petunjuk dari guru roh tidak selalu yang sebenarnya, tetapi selalu yang terbaik untuk anda saat itu.

Perlu waspada, sebab guru roh anda dapat dipalsukan, bahkan anda dapat ditinggal oleh guru roh tanpa anda sadari, karena kesalahan anda.


c. Wejangan dari Parang Tritis

Eyang Ratu Kidul berpesan : "semua berkahku harus dipakai dan diamalkan untuk menolong sesama manusia, gunakan karunia yang kalian terima itu untuk menolong sesama manusia yang mem-butuhkan pertolongan. Berhati-hatilah di dalam menjalani kehidupan ini, jangan takabur, jangan lupa diri, jangan lengah, senantiasalah waspada, senantiasa menggunakan akal-pikiran masing-masing."


Menolong sesama manusia mempunyai nilai amal Yang tinggi amal yang menghasilkan karma baik,dan karma baik membuat jalan yang akan dilewati menjadi terang,mulus dan membawa kebahagiaan.

Berbuat jahat kepada sesama manusia,benci,iri dan lain-lain adalah perilaku yang tidak baik yang dapatmembuat orang lain menderita dan akan membuahkan  karma buruk. Karma buruk yang harus dibayar dengan penderitaan. Jadi pesan Eyang Ratu mempunyai arti penting. "Gunakan karunia yang kalian terima untuk menolong sesama manusia". Agar nilai prilaku amal anda menjadi baik, menjadi angka biru di RPH anda.

Eyang Ratu juga berpesan, dalam menempuh perjalanan hidup ini agar selalu waspada, hati-hati dan teliti sebab banyak sandungan, godaan dan gangguan. Baik yang datangnya dan luar maupun dari dalam diri kita sendiri. Hambatan dan gangguan yang paling banyak terjadi adalah dan dalam diri kita sendiri. Melekat pada keduniawian, menjadi sombong dan takabur, lupa diri oleh materi dan nama besar, kemudian menjadi lengah. 

Kelengahan dalam laku spiritual sangat rawan, dapat berakibat fatal.


Eyang Ratu dan Nirwana memberi wejangan : ''Hari ini berkah yang diturunkan besar sekali, kalian semua sangat beruntung dapat menghadap Eyangmu Ratu pada hari ini. Karena jalanmu ini jalan yang sudah baik, sudah jangan mencari jalan yang neko-neko, jalan yang ini saja dijalani dengan benar, yang tekun, yang tulus. Jangan punya pamrih, jangan punya keinginan yang tidak - tidak"


Eyang Ratu Kidul yang bersemayam di Kraton Parang Tntis adalah utusan Eyang Ratu dari Nirwana.

Wejangan yang diberikan menegaskan kembali bahwa jalan yang ditempuh oleh rombongan yang menghadap Eyang Ratu di pantai Parang Tritis saat itu sudah baik dan jangan mencari jalan lain yang neko-neko. Supaya tetap lurus di jalan ini,jalan kebenaran. Dan berkah yang diturunkan pada saat itu besar sekali. banyak para suci yang yang hadir dalam pertemuan gaib, semuanya memberikan berkahnya pada rombongan ini. tinggal tergantung wadah dan kemampuan masing-masing untuk dapat menerimanya. Tergantung dari kebersihan hati nurani masing-masing.


4.STRATA ROH MANUSIA 
Mengenai strata roh saya sudah banyak menulis dalam buku ke-5 saya dengan judul "Dialog dengan Alam Dewa". Ada manusia yang mempunyai roh berstrata Nirwana, artinya roh yang ada di dalam tubuh orang tersebut berasal dari alam Nirwana. Tetapi juga ada manusia yang rohnya bukari berasal dari Nirwana, tapi dari alam arwah, yang satu ini saya sebut sebagai roh yang belum memiliki strata Nirwana.


Banyak diantara tamu saya mempunyai strata roh Nirwana, ada yang sudah memiliki tingkat / strata yang tinggi, yang tingkat menengah dan yang masih rendah, dari 33 tingkat yang ada di alam Nirwana.

Dulunya saya dengan mudah memberitahu strata roh dari tamu saya, tetapi setelah saya tahu bahwa mengetahui tingkat strata roh tidak membawa sisi positif bagi yang bersangkutan, malahan berakibat negatif.

Maka sejak itu saya tidak lagi menyebut tingkat strata roh tamu saya,' hanya saya katakan bahwa dia mempunyai strata roh Nirwana.

kalau saya sebutkan tingkat stratanya ada di alam dewa,atau alam arahat atau alam bodhisatva. atau dengan istilah strata langit ke-3 atau langit ke-9 dan lain-lain. Ini semua memunculkan obsesi pada orang tersebut.


Mengetahui punya strata Bodhisatva, maka ter-obsesi seolah-olah dia adalah Bodhisatva, padahal tidak demikian keadaan sebenamya pada saat ini atau pada kehidupan ini. Dia hanya alumni Bodhisatva, atau mantan Bodhisatva. Dan gelar mantan ini membuat dia bukan apa-apa lagi di dalam perjalanan hidup duniawi-nya sekarang ini.


Guru roh saya menjelaskan : Kalau roh yang berasal dari Nirwana ini di reinkarnasikan atau "diturun-kan" sebagai manusia, baik dia dan strata dewa atau strata Arahat dan seterusnya, maka semua pengertiannya, semua pemahaman dan semua kebijak-sanaan spiritual yang telah diperoleh di alam Nirwana menjadi hilang dari ingatannya, hilang dari memorinya. Jadi seperti orang yang menderita sakit amnesia, sakit kehilangan semua ingatannya. Walaupun misalnya dulu dia sudah lulus SMA, karena menderita amnesia maka dia harus mengulang belajar mulai dari SD lagi, kemudian di SMP dan SMA, baru dia dapat mencapai tingkat lulusan SMA lagi.


Begitu juga misalnya dengan strata tingkat Arahat, waktu dilahirkan sebagai manusia, dia harus mengulang dari tingkat paling bawah dulu, baru setahap demi setahap belajar lagi pengetahuan, pengertian, pemaham- an dan kebijaksanaan spiritual sampai kalau dia ber-untung, dia dapat berhasil mencapai tingkat sebelum turun" yaitu tingkat Arahat lagi.

Di dalam mengulang ini, dia mendapat fasilitas "kelas akselerasi", atau kelas yang dipercepat, itu kalau dia dibimbing guru roh. Tanpa bimbingan guru roh, tidak akan ada kelas akselerasi, dan sulit sekali untuk berhasil Mencapai tingkat sebelum turun ke dunia kehidupan Manusia kali ini.

Maka jangan sampai terobsesi oleh strata roh yang anda miliki, yang perlu anda kejar adalah dapat mencapai kembali strata sebelum tumn dengan menjalani laku spiritual secara serius, disiplin dan tahan menderita.

Begitu juga yang dialami dan dijalani oleh Sang Budha Gautama dan Yesus Kristus, mulai belajar dan awal lagi, menempuh berbagai macam penderitaan, baru setahap demi setahap mencapai pencerahan tingkat tinggi, tingkat sebelum turun di dunia kehidupan ini. Tingkat ke-Budhaan. 

No comments:

Post a Comment