Thursday, January 5, 2017

Klenteng di Indonesia

Kelenteng di indonesia
klenteng atau bio memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh tempat ibadah lain, misalnya:

1. Umat awam dapat bertanya langsung kepada para dewa di altar dengan sarana pak pwee.

2. Dapat memberikan Hu pelindung diri yang ampuh secara gampang dan sederhana dan lain-lain.

Di jaman pemerintahan orde baru, kegiatan klenteng juga dibatasi dengan ketat. Upacara-upacara ritualnya banyak dilarang dan dibatasi. Untuk mengecat pagar dan gedung saja harus minta ijin, apalagi untuk melakukan perbaikan atau renovasi, sama sekali dilarang.

Maka banyak klenteng di kota-kota kecil langsung jatuh / umatnya banyak yang menghilang, begitu juga pengurus dan pengelolanya. Dampaknya masih terasa sampai sekarang, banyak klenteng yang diurus oleh orang-orang tua sekedamya saja. Orang-orang yang tidak tahu mengenai klenteng dan tata cara sembahyang yang benar.

Setelah orde baru jatuh dan larangan kegiatan klenteng dicabut, banyak klenteng mulai berbenah diri. Banyak klenteng diurus oleh orang-orang baru dan dikelola dengan baik. Baik dalam arti orang-orang nya mengerti tata cara pengelolaan dengan baik dan benar. Tetapi masih banyak yang kurang tahu dan kurang mengerti mengenai klenteng secara spiritual.

Biokong-nya atau petugas pelayanan ibadah umat sehari-hari masih kurang tahu atau malah tidak mengerti tata cara sembahyang yang benar. Ini dapat dimengerti sebab pada klenteng di kota kecil atau klenteng yang umatnya sedikit, sering berhari-hari tidak ada satu tamu pun yang datang sembahyang. Bahkan di hari sembahyang tanggal 1 dan 15 bulan imlek, tamu yang datang dapat dihitung dengan jari.

Maka biokong yang dipilih cukup pada orang yang mau menjaga dan menerima tamu saja, tidak perlu yang mengerti mengenai klenteng, supaya biaya operasionalnya dapat dihemat.

Beda dengan klenteng yang ramai pengunjung, maka biokong dan jajaran petugas pelayanan tamu sudah ditatar dengan baik, mengerti tata cara sembahyang yang benar. Sebenamya biokong yang tidak mengerti mengenai klenteng tidak apa-apa, asalkan tidak sok mengerti. Saya banyak menjumpai biokong yang tidak mengerti klenteng tapi sok tahu mengenai klenteng. Memberi keterangan dan instruksi kepada para tamu menumt pendapat dan tafsirannya sendiri, padahal salah. Misalnya mengenai Hu dan kertas sembahyang dan lain-lain.

Beberapa kasus di bawah ini dapat dijadikan contoh.

Kertas Hu. Salah satu keunggulan klenteng yang paling menonjol adalah tersedianya kertas Hu.

Hu ini ada beberapa macam. Yang lebih dikenal 3 macam Hu, yaitu Hu untiik pelindung, Hu untuk kesehatan dan Hu untuk rejeki atau usaha.

Masing-masing Hu memiliki jangka waktu / life-ume dan jangka waktunya sangat bervariasi. Terutama Hu untuk pelindung diri dan gangguan gaib dan tolak bala untuk menghadiri pemakaman atau pernikahan pada waktu seseorang sedang ciong.

Anni, berusia sekitar 50 tahun datang ke rumah untuk konsultasi kesehatan. Sudah lebih dari 3 tahun kesehatannya terganggu. Sudah banyak dokter dan sinshe didatangi untuk berobat, tapi belum juga berhasil.

Hasil pemeriksaan saya, Anni sakit karena gangguan 'kinman' yang sudah lama ada di badannya. Anni bertempat tinggal di kota yang jauh dan Jakarta. Selarna di Jakarta Anni menginap di rumah anaknya di daerah Serpong. Waktu saya periksa rumah anaknya, di rumah ini penunggu gaibnya jahat. Saya tahu kalau gangguan kiriman di badan Anni saya bersihkan, maka kemungkinan besar Anni akan diganggu oleh penunggu gaib di rumah anaknya.

Maka setelah gangguan di badan Anni saya bersihkan, Anni saya anjurkan untuk meminta Hu pelindung diri di klenteng dengan altar utama Dewa Hian Thian Siang Tee. Saya juga menjelaskan persembahan apa saja yang perlu dibawa. Sepuluh hari kemudian Anni datang lagi ke rumah saya dengan keluhan sakitnya kambuh lagi lebih berat. Padahal 5 hari setelah pulang dari rumah saya sakitnya sembuh.

Saya tanya dia, "Apa anda sudah minta Hu pelindung diri seperti yang saya anjurkan? Mana Hu-nya coba saya periksa." Setelah saya periksa, saya tahu Hu tersebut hanya diberikan untuk jangka waktu satu minggu. Saya beritahu Anni bahwa Dewa Siang Tee hanya memberikan Hu untuk 7 hari saja. Dan Anni tidak disiplin memakai Hu di mmah anaknya di Serpong. Hu-nya beberapa kali dicopot atau dilepas dari badannya waktu mandi dan waktu ganti pakaian. Sedangkan saya sudah pesan agar selama berada di rumah anaknya Hu jangan dilepaskan dari badan walaupun sedang mandi.

Dugaan saya benar, sakit Anni kambuh dan lebih berat akibat diganggu oleh penunggu gaib di rumah anaknya. Maka Anni saya anjurkan untuk minta Hu pelindung diri lagi. Setelah itu baru akan saya bersihkan gangguan di badannya.

Hari itu juga Anni minta Hu lagi dan kembali ke rumah saya. Setelah gangguan di badannya saya bersihkan, saya periksa Hu yang barn dia minta. Saya beritahu Anni bahwa Hu yang barn ini pun hanya untuk jangka waktu satu minggu. Anni bilang, kata petugas klenteng 'Hu itu untuk satu tahun, nanti kalau sudah satu tahun minta lagi\ Mengapa hanya diberi waktu 7 hari? Saya jawab "Dewa di altar hanya berkenan memberikan 7 hari karena Dewa Siang Tee tidak mau anda lama-lama tinggal di rumah anak anda. Penunggu ga化mmah itu banyak dan jahat, anda sudah membuktikan sendiri. Jangan menganggap remeh hal ini.

Kalau sampai anda kambuh lagi karena gangguan, saya khawatir Dewa Siang Tee tidak mau memberikan Hu lagi untuk ke-3 kalinya."

Biokong atau petugas klenteng itu tidak tahu bahwa jangka waktu Hu tidak semuanya satu tahun. Tapi dia memberitahu kepada umat bahwa Hu untuk jangka waktu satu tahun. Hu pelindung diri jarang sekali untuk jangka waktu satu tahun, biasanya untuk anak-anak diberikan untuk satu tahun. Hu untuk menghadiri upacara duka atau pemakaman, untuk upacara pernikahan, umumnya hanya untuk beberapa hari saja. Selesai upacara isi kekuatan Hu sudah kembali atau hilang/ Hu untuk keperluan khusus seperti ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan Hu pelindung diri biasa / sehari - hari.

Kertas sembahyang.

Kertas sembahyang merupakan sarana ibadah di klenteng. Tapi banyak yang tidak begitu memahami makna kertas sembahyang ini. Saya beberapa kali melihat petugas klenteng yang langsung menyodorkan kertas sembahyang ini kepada umat yang sudah selesai sembahyang keliling untuk segera membakar kertas ini. Dia tidak tahu bahwa membakar kertas sembahyang memiliki arti 'penutup' sembahyang atau ibadah. Jadi kalau seseorang telah membakar kertas sembahyang berarti dia telah selesai ibadah dan mau pulang. Dia sudah tidak bisa melanjutkan lagi sembahyang di altar, misalnya untuk bertanya dengan pak pwee atau minta ciam sie. Jadi bakarlah kertas sembahyang kalau anda sudah selesai ibadah dan mau pulang meninggalkan klenteng tersebut.

Semuanya ini dapat terjadi karena biokong atau petugas klenteng yang kurang mengerti mengenai tata cara klenteng.

Locu adalah pimpinan klenteng, biasanya dengan masa jabatan 2 tahun, lalu diadakan pemilihan locu lagi. Yang saya temukan dan yang saya tahu, locu ini biasanya dipilih dari golongan orang-orang berduit atau orang kaya saja. Belum mempertimbang-kan pengetahuan dan pemahamannya mengenai aturan-aturan klenteng. Misalnya mengenai altar, rupang, hio lo Dhi Kong dan perlengkapan-perlengkapan ibadah lainnya.

Locu pegang peranan penting dalam pengurusan sebuah klenteng dan dia bertanggung jawab penuh kepada sang dewa yang duduk di altar utama, yaitu 'bos sebuah klcnteng. Jadi sebenarnya seorang locu perlu dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman spiritual sebuah klenteng. Dia dituntut untuk memiliki kebijaksanaan dan bertindak bijaksana selaras dengan aturan-aturan manusia dan aturan- aturan para dewa di altar. Dia perlu bisa meng-gandeng kedua aturan ini.

Di bawah ini ada beberapa kasus yang saya temukan.

Rupang macan. Klenteng dewa rejeki ini atau klenteng Hok Tek Ceng Sin ini adalah satu-satunya klenteng di kota ini. Locu yang barn terpilih adalah anak orang kaya di kota ini berusia sekitar 40-an tahun. Sebut saja bernama Aming. Ayahnya dulu juga pernah jadi locu. Aming sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman soal klenteng. Maka begitu dia menjadi locu, dia mengadakan perubahan-perubahan dan renovasi.

Dengan alasan manusia tidak sepatutnya menyembah binatang, maka patung atau rupang macan yang ada di dalam ruang altar digusur, dikeluarkan dan dipasang di taman halaman samping.Juga melakukan perubahan-perubahan lain Seperti membuat altar Dhi Kong di ruang depan dan lain-lain.

Aming melakukan semuanya ini hanya ber-dasarkan logikanya, berdasarkan anggapannya yang manusiawi. Dia tidak mengerti dan memahami arti dan makna keberadaan patung macan di sebuah altar Dewa Hok Tek Ceng Sin. Maka dengan dihilangkan-nya rupang macan ini, satu unsur standar altar Dewa Hok Tek Ceng Sin menjadi hilang. Dan tentu saja hal ini menurunkan nilai-nilai spiritual sebuah altar Dewa

Hok Tek Ceng Sin.

Hari ulang tahun. Pada tanggal 2 bulan 2 penanggalan lunar tahun 1988, saya dan istri ikut rombongan untuk sembahyang di klenteng Dewa Hok Tek Ceng Sin. Klenteng kecil terletak di kota kecil pula. Hari itu adalah hari ulang tahun Dewa Hok Tek Ceng Sin, tetapi di klenteng itu tidak ada upacara sembahyang apa-apa, sepi - sepi saja. Hanya saya dan istri merasakan bahwa di alam gaib, di klenteng ini ramai sekali, banyak dewa yang hadir di klenteng ini. locu dan biokong klenteng itu dirangkap oleh pria berusia sekitar 60-an tahun. Maklum klenteng kecil itu jarang didatangi umat untuk sembahyang, jadi yang menjadi biokong ya sekalian jadi locu.

Waktu saya tanya mengapa hari ini tidak ada acara sembahyang HUT Dewa Hok Tek Ceng Sin, dia bilang sembahyang HUT Dewa Hok Tek Ceng Sin di klenteng ini bukan tanggal 2 bulan 2, tapi tanggal 6 bulan 6 penanggalan lunar. Saya jelaskan bahwa HUT Dewa Hok Tek Ceng Sin adalah tanggal 2 bulan 2, itu berlaku di mana-mana, cobalah tanya di klenteng lain di kota-kota besar. Dia masih kukuh bahwa sejak dan dalu sembahyang HUT di kelenteng diadakan pada tanggal 6 bulan 6 lunar. Jadi tidak perlu 'meniru' klenteng lain.

Untung saya hanya bertemu satu biokong merangkap locu yang seperti itu. Kalau ada banyak locu dan biokong seperti itu apa tidak membuat runyam umat klenteng. Biokong dan locu klenteng itu tidak tahu dan tidak mengerti soal klenteng dan para dewa klenteng. Semoga di kemudian hari tidak ada lagi biokong dan locu semacam itu.

Pintu gerbang klenteng. Klenteng yang saya kunjungi bersama istri ini terletak di sebuah kota besar. Klentengnya terkenal, besar dan umatnya banyak. Waktu tumn dari mobil di tempat parkir saya agak kesulitan mencari pintu masuk, sebab saya tidak melihat adanya pintu gerbang di depan klenteng itu.

Petugas parkir memberitahu saya pintu masuknya dan samping.
Waktu sampai di pintu samping, saya agak ragu, sebab pintu masuknya berupa 'pintu pabrik atau pintu gerbang sebuah pabrik berupa pintu besi ditutup rapat pakai plat besi. Bentuknya jauh dan pinta gerbang sebuah klenteng atau bio. Tepat di depan klenteng itu dipagar dinding tertutup total setinggi sekitar 3 meter.

Ruangan klenteng itu luas, ada lebih dari 10 altar dewa terletak di dalam ruangan itu. Diletakkan seperti kios terbuka tanpa pembatas. Saya melihat satu per satu altar yang ada di klenteng itu dan saya hanya menemukan 3 altar saja yang 'berisi\ yang lain kosong. Saya tidak heran, saya pernah beberapa kali menemukan keadaan seperti itu. Yang membuat saya prihatin adalah altar Dhi Kong atau altar Tuhan di klenteng itu. Altarnya menghadap pagar depan klenteng berjarak sangat dekat dengan dinding pagar tertutup tadi. Jadi altar Dhi Kong-nya susah melihat langit.

Melihat banyaknya umat yang sembahyang dan juga banyaknya petugas klenteng, saya percaya kalau pengelola klenteng itu cukup baik dan terampil. Hanya sayang, saya kira dalam kepengurusan klenteng itu kurang menyertakan 'penasehat spiritual yang benar-benar mengerti dan memahami unsur-unsur spiritual sebuah klenteng.

Hio Lo Dhi Kong dan altar Dhi Kong.

Ada beberapa klenteng yang dulunya tidak ada altar Dhi Kong, sekarang menjadi ada altar Dhi Kong. Tapi juga masih ada banyak klenteng yang mempertahankan tradisi cukup dengan hio lo Dhi Kong saja.

Dalam kunjungan saya ke Tiongkok dan Taiwan, semua klenteng atau bio di Tiongkok yang saya datangi hanya memakai hio lo Dhi Kong saja.

klenteng atau bio di Taiwan sebagian besar tidak  memakai altar Dhi Kong.

Apakah altar Dhi Kong memang diperlukan pada sebuah klenteng? Saya kira tidak perlu. cukup dengan hio lo Dhi Kong saja, mengapa? Karena Dhi kong atau Tuhan hanya satu kali lurun ke bumi dalam satu tahun. yaitu pada hari sembahyang King Dhi Kong yang jatuh pada tanggal 8 bulan 1 lunar, tengah malam jam 24.00. dan sembahyang King Dhi Kong ini juga hanya diadakan rumahan, bukan di klenteng atau bio. Oleh karena itu di klenteng tidak perlu mengadakan persembahan unluk Dhi Kong, yang berarti di klenteng tidak perlu ada altar Dhi Kong untuk meletakkan persembahan. begitu juga rumah yang memiliki altar dewa atau yang tidak memiliki altar dewa tidak periu membuat altar Dhi Kong, cukup dengan hio lo Dhi Kong saja untuk meletakkan atau menancapkan dupa hio.

Saya sangat berharap di kemudian hari bisa semakin banyak pengelola dan pengurus klenteng yang secara bertahap meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai klenteng dan unsur spiritual dari para dewa yang duduk di altar. Sebab klenteng atau bio memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh tempat ibadah lain, misalnya:

1. Umat awam dapat bertanya langsung kepada para dewa di altar dengan sarana pak pwee.

2. Dapat memberikan Hu pelindung diri yang ampuh secara gampang dan sederhana dan lain-lain.

Semua yang saya tuliskan di sini berdasarkan pengalaman saya, anggapan saya dan pikiran saya Jadi jangan begitu saja percaya apa yang katakan, tetapi teliti, pikirkan dan temukan kebenarannya dengan bertanya kepada para dewa yang duduk di altar klenteng dengan sarana pak pwee. Pilih klenteng yang 'bersih' untuk bertanya.

0 komentar

Post a Comment