Monday, July 24, 2017

Empat Kebenaran Mulia

Semua ajaran Sang Buddha dapat dipadatkan menjadi empat Kebenaran Mulia. Sang Buddha mengatakan, Apabila ada ajaran yang tidak mengajarkan bagaimana mengakhiri penderitaan, maka ajaran tersebut bukanlah ajaran saya".

Memahami Empat Kebenaran Mulia adalah sangat mudah, tidak seperti pendapat banyak orang bahwa belajar agama Buddha itu sulit dan "njelimet". Pahami Empat Kebenaran Mulia' laksanakan dan amalkan dalam perbuatan kita melalui Pancasila Buddhis, yaitu menghindari melakukan pemhunuhan makhluk hidup, menghindari mencuri, menghindari berjinah, menghindari berbohong, dan menghindari minum minuman yang memabukkan, niscaya kita melangkah ke jalan yang benar menuju tujuan kita (Nibbana, kondisi tanpa keLahiran dan kematian). 

Kalau dalam kehidupan ini kita masih terus berjalan namun belum sempat tujuan tercapai, tidak apa - apa. Bagaimanapun arah kita sudah benar, soal sampai itu hanya masalah waktu saja. 

Sejak awal telah pernah disampaikan, bahwa berbicara mengenai penderitaan adalah berbicara sesuatu yang fakta dan ilmiah. Sang Buddha karena masih ada penderitaan di dunia ini, maka Beliau bertekad harus turun ke dunia untuk menemukan Dharma yang telah hilang. Agar Dharma tersebut dapat dipakai oleh semua makhluk sebagai obor penerang dalam jalan kebenaran menuju tujuan akhir. 

Kalau semua makhluk sudah bahagia, bebas. dari segala penderitaan ( lahir, tua, sakit dan mati ), maka untuk apa Sang Buddha turun lagi ke dunia dan dengan susah - payah mengajarkan Dharma, toh tidak ada yang membutuhkan lagi. 

Setelah menemukan Dharma, Empat Kebenaran Mulia dan Dharma tersebut telah dibabarkan dengan sempurna kepada semua makhluk, dengan penuh keindahan, pada awalnya, pada tengahnya, dan pada akhirnya. Maka tugas Beliau telah selesai. Beliau menyerahkan segala sesuatunya kepada kita untuk melaksanakannya.

Apa inti dari Empat Kebenaran Mulia tersebut ? 

Kebenaran 1 : Kebenaran Mulia tentang Dukha (Penderitaan) 
Kebenaran 2 : Kebenaran Mulia tentang sebab - sebab munculnya Dukha 
Kebenaran 3 : Kebenaran Mulia tentang lenyapnya Dukha 
Kebenaran 4 : Kebenaran Mulia tentang cara melenyapkan Dukha 

Lagi - lagi kita akan berbicara mengenai penderitaan, karena penderitaan yang akan dibahas ini adalah melenyapkan penderitaan yang akan mendatangkan kebahagiaan. Kita tidak akan membicarakan kesenangan yang akan membawa penderitaan. 

Kita harus menyadari hidup ini adalah penderitaan. sebagaimana yang telah diuraikan dalam tiga corak universal di awal artikel ini. Maka awal penderitaan ini adalah nafsu keinginan manusia yang luar biasa banyak. Keinginan - keinginan itu menyebabkan penderitaan.

Contoh sebagai berikut: 

Siapa yang tidak ingin mempunyai anak dari hasil perkawinan. Setelah anak kita lahir, kita merasa bahagia ( untuk sementara). Setelah itu penderitaan akan terus bermunculan. Katakanlah kita dapat memenuhi kebutuhan hidup. 'tapi takala anak kita sakit dan tidak sembuh - sembuh atau anak kita nakal, tidak sopan, tidak mau belajar, tidak mau mendengarkan nasehat orang tua, bukankah kita menderita ? Dan penderitaan akan berlangsung terus sampai anak kita dewasa, menikah dan bahkan sampai saal kita mau meninggal, kita tetap akan memikirkan dan mengkhawatirkan anak - anak kita. Bukan kesenangan - kesenangan yang kita dapatkan, tetapi berbagai penderitaan. Itu hanya salah satu contoh dalam kehidupan nyata kita. Karena kila dikuasai oleh nafsu keinginan, kita menginginkan banyak hal, dan dari beberapa keinginan tersebut, tidak semuanya dapat tercapai, kita menderita. Setelah kita mendapatkan keinginan kita, kita takut kehilangan apa yang sudah kita miliki, kita melekat seperti perangko, dan anda tahu bahwa semua yang ada tidak kekal (Anicca), ingat salah satu corak Hukum Universal, dan apa yang sudah kita miliki dapat hilang, kita menjadi menderita. Demikian seterusnya lingkaran setan keinginan ini membelenggu kita seperti ulat sutra dibungkus kepompongnya. 

Ketika kita mati, kita membawa semua keinginan dan penderitaan tersebut, demikian juga ketika kita lahir, itu yang dimaksud Sang Buddha penderitaan dan tidak ada satu makhlukpun di dalam samsara ini yang lepas dari penderitaan. Selama ada nafsu. di situ ada penderitaan seperti sisi koin yang tak terpisahkan. 

Sang Buddha bersabda tentang Nafsu Keinginan yang menyebabkan penderitaan (Dhammapada,syam 343, sebagian) ..............dalam diri mahluk-mahluk timbul rasa senang mengejar objek-objek  indra (Mata, telinga, hidung, lidah,sentuhan ) dan mereka menjadi terikat pada keinginan - keinginan indra. karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan dan terus mengejar kenikmatan -kenikmatan indra, maka ,mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan. 

Makhluk - makhluk yang terikat pada nafsu keinginan, berlarian kian - kemari sepert seekor kelinci yang terjebak. Karena terikat erat oleh belenggu - belenggu dan ikatan - ikatan, maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama...."

Dalam Dhammapada (345) disebutkan tentang kuatnya belenggu nafsu dibandingkan belenggu rantai tahanan : 

"Suatu hari, tiga puluh Bhikkhu" datang keSavatthi untuk berpindapatta. Ketika mereka sedang mengumpulkan makanan, mereka meIihat beberapa tawanan sedang diangkut dengan kaki dan tangan terikat rantai. Ketika tiba kembali ke Vihara, mereka bertanya kepada Sang Buddha apakah ada ikatan yang lebih kuat dari itu.

Kepada mereka Sang Buddha menjawab .‘ Para bhikku, ikatan itu tidak ada artinya dibandingkan dengan nafsu keinginan akan makanan dan pakaian, akan kekayaan akan keluarga. Nafsu keinginan ribuan, ratusan ribu kali lebih kuat daripada rantai itu, borgol dan kurungan. itulah sebabnya orang Bijaksana memotong nafsu dan meninggalkan keduniawian, serta memasuki persamunan,para Bhikkhu". 

Selain nafsu keinginan, penderitaan juga disebabkan oleh kegelapan batin, yaitu adanya ketidak - mengertian akan kebenaran ajaran Sang Buddha, misalnya pengertian yang salah tentang tiga corak universal, sehingga kita menganggap adanya "Aku" sebagai pemilik dari badan dan benda - benda berwujud lainnya. Maka kebodohan batin juga merupakan akar dan penderitaan. Kegelapan batin dan kebodohan batin dapat dilenyapkan dengan mengerti dan memahami dengan benar ajaran Sang Buddha. 

Kebenaran Mulia III dan IV : tentang Lenyapnya Dukha dan Tentang Jalan Menuju Pelenyapan Penderitaan. 

Penderitaan semua mahluk itu dapat dilenyapkan, yaitu dengan memotong semua akar - akar dari nafsu keinginan. Sebagai manusia yang masih diliputi oleh begitu banyak keinginan, apakah mungkin kita dapat menghancurkan akar keinginan tersebut sekaligus. Memang untuk menghancurkan akar - akar semua keinginan, tidaklah mudah, mungkin perlu beberapa kali kelahiran baru dapat terlaksana, namun kalau kita tidak memulai saat ini pada kehidupan sehari - hari, lantas kapan kita akan memulainya? Apakah kita akan membiarkan diri kita hanyut oleh arus sungai keinginan yang membawa kita pada jurang penderitaan. 

Saatnya sekarang harus bertindak, ajaran Sang Buddha yang luar biasa ini, laksanakan dalam kehidupan sehari - hari. Kita tidak perlu menjadi Bhikkhu untuk dapat memulai memotong akar - akar keinginan kita. Sebagai manusia kita bisa walau tidak sebaik yang dilakukan para Bhikkhu. 

Sang Buddha menjamin, bahwa Dukha dapat dilenyapkan. Kalau penderitaan tidak mungkin dilenyapkan, maka tiada gunanya Sang Buddha bersusah payah turun ke dunia dan menjadi Buddha. 

.Apakah ada jalan yang dapat melenyapkan penderitaan semua makhluk ini? Apakah mungkin dilaksanakan ? Sulitkah pelaksanaannya dalam kehidupan sehari - hari. 

Pertanyaan tersebut di atas sangat wajar diajukan, karena sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan atau hanya berbentuk teori saja. tidak akan ada gunanya. Karenanya Sang Buddha memberi 8 (delapan) ruas jalan kebenaran. Jalan yang ditunjukkan oleh Sang Buddha ini merupakan jalan tengah, tidak bersifat ekstrim dan tidak bersifat radikal, tetapi jalan di tengahnya yang dapat dilaksanakan oleh semua manusia. 

* Sulitkah ? Sebenarnya jalan tengah tersebut tidak sulit, tetapi karena kita sebagai manusia telah hidup beribu tahun, bahkan lebih dan selama itu pula bathin kita atau kesadaran kita telah begitu banyak kilesa ( kekotoran bathin) yang melekat sehingga tidak mudah membersihkannya. 

Dalam kehidupan kita selama ini, diliputi nafsu keinginan yang berlebihan, kebodohan yang keterlaluan serta kegelapan batin yang terlalu gelap, sehingga saat ini yang benar disebut salah, yang salah dianggap benar. Orang bilang ini " Zaman Edan " !! 

Untuk menyembuhkan kesadaran kita, untuk membersihkan segala kotoran bathin tersebut, perlu waktu yang tidak sedikit, perlu ketekunan, keyakinan, usaha yang terus - menerus tanpa kenal lelah agar tercapailah pencerahan bathin kita. 

Delapan Ruas Jalan Kebenaran tersebut adalah : 

1. Pandangan Benar 

Yaitu kita mempunyai pandangan yang benar tentang hidup ini, tentang tiga corak universal ( Anicca, Dukkha. Anatta ), tentang 4 kebenaran mulia yang telah diuraikan di depan. Tentang hukum - hukum universal dari Tuhan Yang Maha Esa. Sang Buddha menghendaki kita meneliti setiap ajaran, keyakinan dan tindakan kita. Apakah sesuai dengan kebenaran, apakah landasannya adalah pikiran yang benar, bukan berdasarkan pikiran yang jahat, penuh dengan dosa dan kegelapan batin. 

Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha berkata kepada Suku Kalama " Jangan dulu percaya 0 Kalama, kalau kau hanya karena sekedar mendengar kata orang, karena itu hanya merupaka tradisi, karena itu hanya desas - desus karena itu tertulis di dalam buku - buku kuno, atau karena orang banyak berkata demikian, atau karena hal itu dikatakan seorang pemimpin agama yang kau pandang sebagai gurumu ". 

Jadi apa yang selama ini kita anggap benar, belum tentu benar, selidikilah dengan mempergunakan Hukum Universal dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian kita terhindar dari pandangan salah. 

2. Pikiran Benar 

Pengertian pikiran benar ini adalah pikiran bersih yang tidak didasarkan pada keserakahan (lobha ), kebencian ( dosa ) dan kebodohan batin ( moha ). Pikiran hendaknya selalu dilatih agar berisi cinta kasih ( metta ) dan ka&ih sayang ( karuna ). Cara melatihnya juga tidak sulit, setiap pagi kita bangun: mulailah pikiran kita dahulu dengan merenungkan cinta kasih. Buka pikiran tata, limpahkanlah cinta kasih kepada mereka yang kita cintai, yang kita musuhi dan kepada semua makhluk, semoga mereka yang saya kasihi memperoleh Dharma terbaik, kehidupan duniawi terbaik, terlepas dari penderitaan, penyakit dan marabahaya.

Semoga mereka yang saya musuhi berbahagia dalam Dharma terbaik, dalam kehidupan duniawi terbaik, terlepas dari segala penderitaan, penyakit dan marabahaya. Semoga semua makhluk berbahagialah dalam Dharma terbaik, dalam kehidupan duniawi terbaik, lepas dari penderitaan. 

(Renungkan 5 menit) Kemudian latih dan renungkan untuk 5 menit berikutnya.

Bayangkan mereka yang menderita, berpenyakit, tidak cukup makan dan minum, yang sedang menghadapi kematian, yang tidak tercapai keinginan dan cita - cita mereka , yang tidak memperoleh kasih sayang (orang tua, yang miskin, yang jahat. semoga mereka semua lepas dari penderitaan tersebut, semoga mereka dapat memperoleh kebahagiaan, dijauhkan dari segala bencana dan kesulitan. Dengan latihan ini yang terus - menerus,  pikiran kita akan lembut, dan berisi hal-hal positif. 

3. Berkata yang Benar 

Melatih diri agar selalu berkata benar. Dari mulut keluar pujian " 

- pujian yang tulus, jauhkan perkataan - perkataan gosip, kasar, fitnah, tipu, omong kosong dan lainnya. Dasar dari berkata yang benar adalah pikiran yang harus benar dulu, pikiran yang kotor akan menghasilkan kata - kata yang kotor, demikian sebaliknya.

Dalam kehidupan sekarang, berkata yang benar kadang-kadang juga sulit dan sering menimbulkan masalah. Karena apa? Karena dunia kita ini sudah kotor sekali, sehingga orang lebih senang mendengar kata - kata yang tidak baik. 

4. Berbuat yang Benar 

Hindanlah pembunuhan, hindarilah perbuatan mencuri, hindarilah perbuatan berzinah dan perbuatan buruk lainnya. 

Latihlah setiap waktu. Berbuat baik belum tentu berbuat benar. seperti contoh kita melihat ada pecandu narkoba sedang sakit. Kita ingin berbuat baik, lalu kita beri uang, ternyata uang yang kita berikan dibelikan narkoba lagi. Dengan demikian perbuatan baik kita tidak mendatangkan manfaat yang baik. 

5. Bermata Pencaharian yang Benar 

Bermata pencaharian yang benar dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah hal yang sangat penting. Mengapa? Karena dari mata pencaharian yang tidak benar, yang menyalahi ajaran Dharma tidak akan membawa kebahagiaan, bahkan segala hal yang kita lakukan dengan hasil yang haram tersebut menjadi tercemar, seperti polusi mencemari udara. 

Banyak orang berdana atau melakukan perbuatan baik karena ingin menebus kesalahan dari mata pencaharian mereka yang tidak benar. Namun mereka tidak bertobat dari pekerjaan haram tersebut. Perbuatan baik dari hasil pekerjaan haram tidak banyak membawa manfaat, ibaratnya membersihkan rumah yang kotor dengan sapu yang kotor. 

6. Berusaha yang Benar 

Dengan segala daya upaya kita berusaha menghancurkan kekotoran batin kita dengan cara yang benar sesuai dengan agama. Kita berusaha tidak lagi berbuat jahat, bertobat dan menjalankan kehidupan dengan baik, bermeditasi, mendengarkan Dharma pada waktu yang tepat dan melaksanakan ajaran-ajaran Sang Buddha dengan sungguh - sungguh. 

7. Berperhatian yang Benar 

Dalam menjalani hidup ini, kita sering dibebani rutinitas dan menjalaninya sepeni robot. Sehingga kita tidak mengetahui, saat ini kita terobsesi oleh kejadian lampau dan pikiran - pikiran akan apa yang akan datang. Kita tenggelam dalam lamunan,kenang - kenangan dan kita melewati waktu setiap detik indah dengan sia - sia. Kita tidak memperhatikan saat ini, karenanya kita tidak menemukan diri kita yang sebenarnya. kita dibungkus oleh bentuk - bentuk pikiran yang penuh dengan kebencian, iri hati, dan serakah. 

Mari mulai saat ini kita memperhatikan soal ini dan kita mulai mengenal diri kita, agar kita bisa memperbaiki perbuatan - perbuatan kita. 

8. Memusatkan Perhatian yang Benar 

Untuk menenangkan pikiran yang diibaratkan oleh Sang Buddha sebagai kuda liar, untuk mendapatkan konsentrasi yang benar. Untuk membersihkan pikiran dan kotoran batin yang sudah menumpuk. 

Maka kita perlu melatih memusatkan perhatian pada objek - objek meditasi, pada kegiatan tubuh kita sehari - hari seperti mengetahui dengan sadar setiap gerak - gerik tubuh kita. 

Meditasi adalah sangat penting sebagai bagian dari usaha kita untuk membebaskan diri dari penderitaan ini. dengan melakukan meditasi dan delapan ruas jalan kebenaran. "maka akan tumbuh PANNA (kebijaksanaan) yang akan mengikis habis segala nafsu keinginan yang dapat melenyapkan penderitaan, nafsu keinginan, maka lenyaplah pula kelahiran dan kematian seperti padamnya api, habis.

1 komentar: