Komentar ada yang positif dan ada yang miring. Semuanya dapat saya terima dan dapat saya mengerti. |
Sejak buku pertama saya berjudul "Ibadah Dari Vihara ke Vihara" beredar pada tahun 2005, pertanyaan dan komentar mengenai isinya mulai muncul.
Setelah buku ke-3 berjudul "Menelusuri Jalan Spiritual" beredar, makin banyak pertanyaan dan komentar mengenai isinya. Sampai sekarang setelah buku ke-11 "pelangi ilmu spiritual" beredar, lebih banyak lagi pertanyaan dan komentar yang sampai pada saya secara langsung maupun tidak langsung, sudah sulit saya hitung.
Saya dapat menerima kejadian ini, wajar bahwa akan timbul reaksi seperti ini. Pertanyaannya ada yang serius dan ada yang iseng. Komentar ada yang positif dan ada yang miring. Semuanya dapat saya terima dan dapat saya mengerti. Banyak pertanyaan tidak sempat saya jawab dan banyak komentar tidak sempat saya tanggapi. Sebab saya memang belum dapat menyediakan waktu dan sarana untuk keperluan tersebut.
Di dalam tulisan ini saya akan memberikan sekedar penjelasan dan tanggapan terhadap komentar tersebut. Saya tidak mencari pembenaran, juga tidak mencari pengakuan.Bagi saya tulisan dalam buku saya hanya sekedar informasi yang saya sampaikan.
Informasi tersebut saya ambil dari pengalaman saya dan istri dalam menjalani laku spiritual. Siapa tahu dari informasi ini ada yang cocok dan dapat menolong masalah atau kesulitan orang lain.
1. Buku menyesatkan.
Muncul komentar bahwa buku ini menyesatkan hanya karena di dalamnya saya menulis tentang "vegetarian tidak membuat orang menjadi suci"
Pada saat itu dan sampai sekarang banyak umat Budhis yang sedang giat meng-kampanye-kan vegetarian. Jadi wajar muncul reaksi yang mengatakan buku saya menyesatkan Banyak orang mulai menyadari bahwa vegetarian untuk laku spiritual tidak mutlak. bahkan ada yang menganggap tidak perlu.
Sang Hyang Budha saja tidak vegetarian, bagaimana mungkin ajarannya sekarang dibuat agar umatnya harus vegetarian.
Kemudian saya tulis lagi di buku ke-8 dengan judul "Membuka Kebenaran Spiritual" dengan topik "vegetarian dan karma buruk" bagi sebagian pelaku-nya.
2. Buku tanpa referensi? Apa bukti kebenaran- nya?
Ada dua macam penulisan buku.
Pertama, penulisnya melakukan studi literatur, mencari bahan tulisannya dari buku-buku yang sudah ada yang ditulis oleh berbagai penulis. Ada yang isinya pengalaman, ada juga yang isinya dan mempelajari literatur ditambah mewawancarai orang yang mengalaminya sendiri. Jadi penulis buku ini tidak pernah mengalami apa yang dia tulis. Buku yang ditulis berdasarkan studi literatur ini memang harus mencantumkan daftar buku referensinya atau daftar literaturnya / pustakanya.
Yang kedua, buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya. Buku semacam ini murni berdasarkan pengalaman penulisnya, maka tidak ada daftar literaturnya atau daftar buku referensinya.
Daftar literatur dan buku referensi bukan merupakan bukti kebenaran isi buku. Sebab penulisnya juga tidak memberikan bukti secara materi apa yang ditulis, terutama buku-buku mengenai spiritual.
3. Herman dapat menulis seperti itu di bukunya,apa sudah pernah ke surga dan nirwana?
Banyak orang belum pernah ke Afrika atau ke tiongkok, tapi mereka sudah tahu di sana ada apa. Sebab mereka punya TV atau punya teman yang berada di Afrika atau Tiongkok dan mengadakan komunikasi dengan mereka. Jadi seseorang bisa tahu keadaan tempat lain tanpa harus datang ke sana asal dia punya TV atau teman yang dapat diajak komunikasi dan menceritakan keadaan di sana. Jadi syaratnya adalah perlu punya sarana untuk keperluan tersebut, Untuk mengetahui mengenai alam gaib di sana, ya perlu memiliki sarana untuk itu, yaitu (kemampuan supranatural) yang memadai.
4. takut setelah membaca buku saya.
Beberapa tamu saya mengatakan bahwa dia sekarang menjadi takut ke orang pintar, suhu, bahkan ke tempat sembahyang karena khawatir kalau yang ada di sana non Ilahi.
Semula banyak diantara mereka yang tidak sadar dan tidak mengetahui resiko apa yang dapat menimpa mereka yang mencari solusi ke orang atau tempat non Ilahi. Seperti meminta usaha maju dan rejeki lancar, bahkan ada yang berani meminta doping rejeki atau pesugihan. Malah ada yang berani mengatakan bahwa semua resiko apapun akan ditanggung asalkan usahanya maju dan rejekinya lancar bisa menjadi kaya. Urusan nanti yang belum tentu tidak usah dipikirkan sekarang.
Orang seperti ini masih wajar keserakahannya, dia tidak menjahati orang lain, tidak menipu orang lain. Hanya meminta bantuan gaib non Ilahi untuk membuat dia menjadi kaya, apapun imbalan yang harus dibayar nantinya. Nanti adalah urusan belakang, yang penting sekarang.
Orang yang setelah membaca buku saya menjadi sadar dan mengetahui resikonya, mereka beruntung. Sebab imbalan yang harus dibayar nantinya sangat luar biasa penderitaannya. Sungguh tidak sebanding dengan kesenangan yang telah dia terima. Beberapa kali saya menemukan kasus seperti ini. Sayang perjanjian sudah mereka buat, hutang piutang sudah terjadi, sudah terlambat. Saya tidak bisa menolong apa-apa sebab saya tidak boleh menolong pihak yang bersalah.
Sebenarnya, setelah membaca buku saya tidak perlu merasa takut. Sebab di buku saya juga telah saya jelaskan cara mengetahui Ilahi dan non ilahi nya. ilmu orang pintar dan suhu, Ilahi dan non Ilahinya tempat-tempat sembahyang dan lain-lain. Baca buku ke-5 "Dialog Dengan Alam Dewa" dengan topik "Bertanya di altar", telah saya jelaskan. Sebelum pergi nya di altar dulu. Atau setelah pergi, semua petunjuk dan sarannya ditanyakan kebenarannya di altar klenteng, jangan langsung dijalankan. Empat klenteng di bawah ini baik untuk bertanya:
Klenteng-klenteng yang lain juga ada yang dapat dipakai untuk bertanya.
5. "Herman sentris" dan "Banten sentris".
Komentar ini muncul karena saya menemukan begitu banyak tamu saya yang tercemar oleh kekuatan atau unsur non Ilahi hasil mencari solusi dan terapi orang-orang pintar, suhu dan lain-lain. Untuk dapat menolong mereka dari masalah yang dihadapi, saya perlu memberitahu penyebab dan cara mengatasinya. Salah satunya adalah memberitahu agar dia jangan ke orang itu lagi atau ke tempat itu lagi. Ini berarti secara tidak langsung saya telah memberitahu bahwa yang dia datangi adalah non Ilahi atau telah tercemar.
Begitu banyaknya (90%) yang telah tercemar non Ilahi, sehingga muncul isu bahwa "hanya Herman saja yang bersih". Munculah istilah "Herman sentris" oleh mereka yang berpikiran negatif.
Munculnya "Herman sentris" membuat saya tidak mau lagi memberitahu Ilahi atau non Ilahi ilmu orang pintar, suhu, tempat ibadah dan sembahyang.
kalau saya periksa ada unsur non IIahinya, maka saya meminta mereka tanya sendiri kepada Dewi Kwan Im di altar klenteng Banten. Begitu banyaknya orang yang saya minta ke Banten, maka muncul isu lagi bahwa Herman adalah "Banten sentris"
Ada tamu yang bertanya, mengapa harus Banten, tidak yang lain. Saya katakan bahwa jarak dari Jakarta ke Banten lebih dekat dibandingkan jarak Jakarta ke Welahan atau Tuban. Kalau mau pilih yang jauh ke Tuban ya boleh-boleh saja, tapi saya tidak mau menyusahkan tamu saya.
6. Kondisi dilematik.
Yang saya maksud kondisi dilematik disini adalah suatu keadaan dimana dilakukan salah, tidak dilakukan juga salah. Atau diberitahu salah, tidak diberitahu juga salah. Jadi serba salah.
Pertama saya menerima konsultasi, saya memiliki prinsip tidak mau membuka sisi negatif ilmu orang, altar orang, tempat ibadah dan lain-lain. Maka saya anjurkan mereka untuk tanya sendiri di altar klenteng. Termasuk "Banten sentris" tadi.
Tapi karena yang mampu bertanya ke altar klenteng tidak banyak, sebagian besar mereka masih bingung dan ragu, akhirnya datang bertanya lagi ke saya. Dan saya dihadapkan pada kondisi dilematik. Saya beritahu berarti saya membuka sisi negatif atau non Ilahi seseorang, ilmu orang, tempat ibadah atau klenteng rumahan dengan suhu dan loktung-nya.Kalau saya tidak memberitahu, maka tamu saya tidak dapat saya sembuhkan atau saya tolong. Sebab dia tidak tahu bahwa tempat atau orang yang dia datangi secara rutin itu adalah penyebab masalah yang menimpa mereka.
Banyak membuka sisi negatif seseorang beresiko tidak disenangi orang atau dibenci orang. Maka muncul isu "Herman sentris" tadi. Untuk menolong orang yang serius membutuhkan pertolongan, saya berani mengambil resiko tidak disenangi orang atau dibenci orang, termasuk "orang pintar yang melakukan penyembuhan alternatif dengan mempergunakan ilmu non Ilahi. Yang ditolong bukannya lepas dari masalahnya, malah ketambahan masalah karena dia ditempel makhluk gaib yang berasal dari ilmu non Ilahi tadi. Maka di dalam menerima konsultasi kesehatan non medis ini, di satu sisi mendatangkan banyak teman, yaitu mereka yang merasa tertolong. Di sisi lain mendatangkan banyak musuh, yaitu mereka yang merasa "ilmunya" bertentangan dengan saya.
Saya akan terus menolong mereka yang benar-benar serius membutuhkan pertolongan saya, selama saya tidak melanggar rambu-rambu yang telah diberikan oleh para guru roh saya.Salah satu guru roh saya mengatakan,
"Aku akan selalu merestui semua yang kau lakukan, jangan pernah menyerah. Atas nama kebaikan dan kebenaran, apapun yang merintangi jalanmu, jangan ragu-ragu lagi. Lanjutkan sampai batas usiamu."
7. Tidak profesional.
Beberapa komentar mengatakan bahwa Herman tdak profesional. Orang yang datang konsultasi masih dibebani banyak tugas yang perlu dijalankan. Seperti harus ke Banten, perlu ke Parang Tritis, Jumprit minta Hu di klenteng, beli obat sendiri, harus datang lagi untuk pengisian obat dan lain-lain. Sungguh menyulitkan dan tidak profesional. Memang, saya harus melakukan semua itu.
Semua adalah perintah para guru saya yang mengatakan, "Jangan menolong orang secara instan, semua tahu beres hanya karena dia mampu bayar.Menolong orang jangan hanya mengatasi dan menyingkir-kan masalahnya dan menyembuhkan penyakitnya, tapi ajarkan juga kepedulian kepada mereka."
Para guru saya meminta saya jangan hanya menolong, tapi juga mengajarkan kepedulian. Mengapa?
Orang yang kurang peduli terhadap kepentingan dirinya, mau semuanya instan, mau semua tinggal enaknya saja, menyuruh orang lain yang mengerjakan untuk kepentingan dia, orang seperti ini tidak mungkin diharapkan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain, bisa dipastikan RPH dan SKKB-nya akan parah. Prilaku dan karma-nya parah. Orang seperti ini kalau ditolong masalahnya akan muncul masalah lain dan akan terus begitu berkepanjangan. Supaya tidak terjadi seperti itu, maka dia perlu belajar kepedulian. Saya yang diminta oleh para guru untuk mengajarkan kepedulian. Sebagai langkah awal, berikan kewajiban untuk mereka kerjakan. Mengerjakan untuk kepentingannya sendiri. Jadi komentar Herman tidak profesional memang saya sendiri yang membuatnya demikian atas perintah para guru.
8. Mempersulit adalah filter.
Isi buku saya menarik perhatian banyak orang, menimbulkan minat dan niat untuk datang ke rumah saya. Dan yang serius membutuhkan pertolongan sampai yang hanya iseng dan main-main saja.
Hal ini akan menciptakan kondisi rawan, akan mengundang banyak orang datang hanya iseng saja.Iseng mau tahu, iseng mau coba, iseng mau merasakan dan lain-lain. Kalau kondisi ini terjadi, maka akan merusak semua tatanan konsultasi yang saya lakukan.
Saya menerima konsultasi hanya untuk mereka yang sangat serius membutuhkan pertolongan saya. Maka saya perlu membuat "filter" untuk menyaring agar yang hanya iseng saja atau yang belum serius butuh pertolongan saya tidak ikut-ikutan konsultasi.
Filter pertama melalui fax dan telpon.
- Perjanjian untuk konsultasi melalui telpon sehari sebelumnya. Waktu untuk telpon 1 jam dipagi hari dan 2 jam di malam hari.
- Melalui pembicaraan telpon dan fax yang saya terima sering dapat diketahui niatnya serius atau hanya iseng saja. Beberapa kali ada telpon atau fax yang kurang memakai tata krama, bicara di telpon atau kirim fax seolah-olah dia bicara atau tulis memo untuk karyawan saja. Bahkan beberapa kali saya terima fax seperti memo kepada pelayan kantornya. Saya bakan minta dihormati, pakailah tata krama. Sebab orang yang kurang tata kramanya berarti dia kurang punya kepedulian kepada orang lain. Orang seperti ini RPH dan SKKB-nya pasti parah. Maka kalau diterima konsultasi juga percuma. Ditolong masalahnya, akan muncul masalah lain. Jadi sebaiknya saya tidak usah menerima tamu seperti ini.
Filter kedua, perlu menjawab banyak pertanyaan.
Sebelum seseorang saya terima untuk konsultasi, dia perlu menjawab banyak pertanyaan seperti:
- Yang mau dikonsultasikan masalah apa?
- Sakitnya apa, keluhannya apa, sudah ke dokter atau belum, sakitnya sudah berapa lama, terapi apa saja yang pernah dilakukan dan lain-lain.
- Rumahnya di daerah mana, sudah berapa lama tinggal di rumah tersebut, apakah sakitnya setelah atau sebelum tinggal di situ dan lain-lain.
- Agamanya apa, aliran apa, ibadah di mana, pernah belajar ilmu apa dan di mana, apa pernah menolong orang dengan kemampuan supranatural dan lain-lain.
- Kalau solusi dan terapi yang saya sarankan berbeda dengan keyakinannya bisa diterima atau tidak dan lain-lain.
Jawaban dari banyak pertanyaan ini dapat saya pakai untuk menentukan apakah orang ini sudah serius butuh pertolongan atau hanya mau mencoba saja atau karena terpaksa dan dipaksa oleh keluarganya dan lain-lain.
Filter ketiga, alamat.
Dulunya saya mudah sekali memberikan alamat, tapi sekarang tidak lagi. Pernah terjadi mendadak datang serombongan tamu, katanya dari luar kota. Karena sudah tahu alamatnya jadi langsung datang tanpa perjanjian dulu. Kalau saya terima mereka, maka jadwal kerja saya akan msak. Kalau saya tolak, mereka pasti kecewa dan kurang senang. Memper-timbangkan dua hal ini, saya lebih baik menjaga agar jadwal kerja saya tidak kacau dan siap menerima kekecewaan mereka. Maka sekarang saya hanya memberikan alamat kalau saya sudah berikan jadwal konsultasinya.
Filter ke-empat, membuat janji konsultasi perlu dilakukan oleh yang bersangkutan atau garis ahli warisnya.
Meminta waktu untuk konsultasi perlu dilakukan oleh yang bersangkutan, dan konsultasi perlu tatap muka langsung. Banyak yang mau membuat janji konsultasi dengan menyuruh orang lain. Juga banyak yang mau diperiksa atau diterawang jarak jauh saja. Guru saya tidak mengijinkan saya melakukan konsultasi dengan cara seperti itu. Ingat, saya tidak boleh menolong secara instan.
Pernah terjadi tamu saya ikut temannya yang sudah punya jadwal konsultasi datang ke rumah. Semua masalah yang dia konsultasikan, saya tidak dapat menerima dan tidak dapat menjawab.Dia sangat kecewa dan menyesal, biaya transport yang mahal untuk datang ke Jakarta menjadi sia-sia sebab saya tidak serba bisa. Hampir semua urusan duniawi dan manusiawi saya tidak boleh menyentuh. Saya hanya memberikan konsultasi mengenai kesehatan non medis. Kalau di dalam buku-buku saya ada tulisan kasus yang bukan kesehatan non medis, itu hanya untuk konsumsi buku, bukan untuk konsumsi konsultasi. Pernah ada yang protes dan setengah mendesak untuk minta konsultasi diluar masalah kesehatan non medis, sebab kasus yang dialami sama dengan kasus yang saya tulis di buku. Orang seperti ini adalah orang yang lebih senang dibohongi daripada dikatakan yang sebenarnya. Kalau dia memaksa, kalau saya bohongin toh dia tidak tahu.Jadi yang baik yang mana?
9. Kata-kata keras.
Banyak komentar yang mengatakan bahwa Herman kata-katanya keras, kasar, judes, langsung to the point, terkesan sombong dan lain-lain.Semua komentar itu memang benar saya lakukan. Tapi semua itu juga saya sengaja membuat-nya begitu. Ada beberapa alasan mengapa saya berbuat begitu.
Saya serius mau menolong tamu saya supaya sembuh atau lepas dari masalah beratnya. Agar dapat berhasil, saya perlu berbicara keras supaya diingat lebih lama. Karena kalau diberitahu sekedarnya saja, dia tidak akan ambil perhatian, menganggap enteng dan gampang, maka begitu keluar dan pintu rumah saya, dia sudah tidak ingat apa yang saya pesankan atau saya sarankan.
Supaya dapat masuk ke dalam ingatannya yang paling dalam, perlu berkata keras, kalau perlu malah harus judes sampai membuat dia tidak senang dan sakit hati. Mengapa? Sakit hati lebih lama tinggal di dalam ingatannya, sakit hati tidak mudah dilupakan.Jadi perlu dibuat "sakit hati" agar dia selalu ingat apa yang pernah saya katakan. Tentu saja hal ini beresiko untuk saya, menjadi tidak disenangi orang, dibenci orang dan menebar pandangan tidak baik tentang diri saya. Tapi saya ambil resiko itu demi berhasil menolong tamu saya yang memang serius membutuhkan pertolongan saya.
Untuk tamu saya yang kurang serius, yang belum merasa butuh pertolongan saya, saya tidak pernah bicara keras kepada mereka, sesuka-suka mereka. Mereka percaya dan mengikuti saran dan perintah saya, saya tidak untung apa-apa. Mereka tidak percaya, saya juga tidak rugi apa-apa. Yang untung atau yang rugi adalah mereka sendiri. Umumnya mereka baru percaya dan menyadari setelah kejadian, setelah mengalami baru percaya. Ini sudah biasa.
Oleh karena itu, saya dalam memberikan pelayanan konsultasi tidak memakai moto "Tamu adalah raja", akan tetapi memakai karyawan". Sebab mereka perlu saya, perlu menjalankan saran dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, demi keberhasilan mereka sendiri. Maka muncul komentar-komentar seperti di atas tadi. Herman memang berbeda dengan penyembuh alternatif yang sudah banyak dikenal. Herman hanya serius menolong mereka yang sudah serius membutuhkan pertolongan, bukan yang iseng atau hanya coba-coba saja.
Kasus di bawah ini belum lama terjadi, di tahun 2013 ini.
Joni dan istrinya, pasangan muda yang baru berusia sekitar 40-an tahun ini datang dengan banyak permasalahan. Sudah mencari solusi kemana-mana belum juga berhasil, malah bertambah frustasi dan depresi. Kesehatannya makin parah, usahanya ber-tambah hancur, rumah tangganya berantakan. Kondisi Joni betul-betul parah. Tapi Joni memiliki sifat yang kuat dan kokoh dalam pendirian. Memiliki prinsip yang tidak mudah diubah, juga tidak mudah atau kurang bisa menerima saran orang lain, malah cenderung ngeyel.
Setelah saya periksa data pribadinya, lebih-lebih lagi mengenai RPH-nya merah angka mati dan SKKB-nya tinggi. Kalau Joni tidak cepat berubah atau mau merubah dirinya, tidak akan dapat bertahan lama. Tapi bagaimana caranya supaya Joni bisa berubah? Maka saya mulai berkata keras kepadanya.
"Kalau kamu merasa yakin dan benar atas dirimu, teruskan. Abaikan dan buang semua yang telah saya katakan tadi. Kalau kamu bisa sembuh dan masalahmu dapat selesai, berarti kamu yang benar. Ingat, kamu telah membuktikan sendiri, berapa Iama dan berapa banyak orang pintar yang telah kamu datangi. Apa bisa menolong keadaanmu? Dan kamu jangan balik ke saya kalau kamu belum babak belur.
Saya hanya mau menerima kamu kalau kamu sudah babak belur untuk membuktikan kebenaran yang kamu yakini.'
Karena Joni tinggal di kota yang jauh dan Jakarta, sekitar 6 bulan kemudian Joni dan istnnya datang ke rumah saya lagi sambil berkata dengan ceria,'Pak Herman masih kenal saya?" "Tidak", jawab saya.
"Saya sudah sembuh pak."
"Kamu sakit apa?"
Sambil memperlihatkan Hu pelindung diri yang menggantung di lehemya dia bilang, "Saya sudah mandi dan ambil pasir di Parang Tritis, saya sudah melakukan semua yang bapak perintahkan kepada saya."
"Lho, dulu kan saya katakan jangan balik kemari kalau belum babak belur. Mengapa kamu datang lagi?"
Joni menjawab, "Saya datang hanya untuk mengucapkan terima kasih atas pertolongan bapak.Saya ke sini bukan untuk konsultasi."
Saya tahu, Joni sembuh karena jasa istrinya yang terus membujuk dan meyakinkan Joni. Kalau tidak susah dan aneh-aneh mengapa tidak dicoba untuk dilakukan apa yang saya sarankan dan Perintahkan.
Joni sembuh, saya ikut senang dan bahagia. Tidak percuma saya berkata kasar dan keras kepada Joni dan istrinya. Joni datang membawa bingkisan besar untuk keluarga saya. Sebelum dia pulang saya sempat ingatkan lagi, "buang sifat ngeyel" yang merugikan itu, belajar untuk dapat menerima pendapat orang dan teruskan memperbaiki RPH dan SKKB.
Beberapa tamu dengan kasus seperti Joni datang ke rumah saya, ada beberapa yang berhasil, juga ada yang kurang berhasil, sang istri tidak berhasil membujuk dan meyakinkan suami karena sang suami terlalu dominan.
Bolak balik sudah sy baca buku suhu Herman Utomo ada lima kali baca ulang ga bosan bosannya
ReplyDeleteselamat siang Pak Ricky..Kalau boleh tanya, kira2 jam berapa dipagi hari bisa menghubungi pak Herman? apakah no tlpnya masih sama dengan yang bisa didapatkan di beberapa blog? terima kasih
ReplyDeleteSelamat pagi bpk, saya dgn roy ingin berkonsultasi apakah bpk berkenan? Terima kasih
ReplyDeletemenunggu informasi buku ke 14 dan ke 15 nya pak
ReplyDeletePak herman dan bu silvie sudah lama meninggal bu
Delete