Sunday, December 11, 2016

perjalanan ibadah spiritual di Roma dan Vatikan

perjalanan ibadah spiritual di Roma dan Vatikan
Roma dan Vatikan 


a. 33 tingkat alam dewa 


Guru roh saya mengajarkan bahwa alam dea dibagi menjadi 33 tingkat. Dengan istilah Tao, alam dewa dibagi menjadi 33 tingkat langit. Dengan islilah Budhis alam dewa dibagi menjadi: 8 tingkat alam dewa, 8 tingkat alam Arahat, 8 tingkat alam Bodhisatva dan 9 tingkat alam Budha. Jumlahnya 33 tingkat. Semuanya ini adalah ajaran dari guru roh saya, khusus untuk saya dan istri, jadi bukan seperti adanya 31 alam kehidupan di ajaran Budhis. Tetapi menyerupai tingkat pendidikan seperti yang telah kita kenal,6 kelas SD, 6 kelas SMP dan SMA, 6 tingkat perguruan tinggi dan 5-6 tingkat pasca sarjana dan S3. Jumlahnya ada 24 tingkat pendidikan. 

Istilah surga dipakai oleh aliran Kristen dan Islam. Tempat tertinggi di alam arwah, yang menjadi dambaan umat Kristen dan Islam agar kalau meninggal dapat masuk surga dan dilayani oleh banyak bidadari, apapun yang diinginkan akan tersedia. Hal ini benar, tapi yang melayani bukan para bidadari atau malaikat, melainkan dilayani oleh para arwah yang masih ada di tingkat bawah. 

Surga bukan nirvana, bukan berada di alam dewa. Jadi di surga tidak ada dewa dan roh suci. Arwah yang ada di surga yang berhasil menembus ke alam nirvana disebut dilahirkan kembali di alam dewa. Jadi boleh dikatakan menjadi dewa kecil di alam dewa tingkat pertama.

untuk dapat masuk surga saja sudah tidak mudah. Untuk dapat menembus ke alam nirvana akan susah sekali, dan untuk dapat 'naik kelas' di alam nirvana lebih sulit lagi. Jenjang strata para dewa ditentukan oleh tingkat langit atau tingkat di alam nirvana ini. Yang duduk di altar-altar klenteng, di vihara, di pura, di kuil, di petilasan suci dan di altar gereja yang kelas standar adalah para dewa dengan tingkat langit ke-5, ke-6 dan ke-7. Yang kelas khusus adalah para dewa dari tingkat langit ke-23 atau ke-24.Yang ada di altar standar rumahan umumnya dari tingkat langit ke-4 atau ke-5. Yang ada di altar khusus rumahan seorang pelaku spiritual disesuaikan dengan tingkat pencapaian laku spiritualnya, yang tertinggi dari tingkat langit yang ke-17 atau ke-18. 

Hirarki birokrasi dari para dewa dan roh suci ini perlu saya jelaskan terlebih dahulu agar anda mudah mengerti apa yang akan saya tulis mengenai para roh suci yang saya temui di Roma, Jerusalem, Pu To san, Wu Dang San dan Taiwan. 


b. Dua sosok Yesus Kristus di Vatikan 


Beberapa tahun sebelum saya dan istri diajak oleh satu keluarga, suami istri dan anak-anaknya, melakukan perjalanan tour ibadah ke Roma dan sekitarnya, teman saya sesama pelaku spiritual menceritakan pada saya, bahwa waktu dia di Eropa juga melakukan perjalanan keliling mengunjungi tempat- tempat ibadah dan peninggalan agama. Di tempat- tempat tersebut dia jarang sekali merasakan getaran pancaran energi llahi, bahkan yang non Ilahi pun tidak pernah dia rasakan, 'greng' nya kurang dapat dirasakan, Dia tanya saya mengapa bisa begitu? Rasa greng nya tidak seperti di tempat-tempat ibadah di asia khususnya di Pulau Jawa.

Saya jawab: "Saya belum pernah ke Eropa jadi saya tidak tahu tepatnya disebabkan oleh apa. Hanya menurut perkiraan saya, buat apa para dewa dan roh suci 'nongkrong' di tempat-tempat ibadah dan petilasan-petilasan atau peninggalan agama itu, toh masyarakat Eropa sebagian besar tidak percaya hal-hal gaib dan spiritual. Begitu juga makhluk-makhluk gaib yang lain tidak mau 'nongkrong' di sana sebab tidak ada yang mempedulikan keberadaan mereka tidak ada yang memberi sesepcrti orang-orang di Asia, khususnya di Pulau Jawa. 

Di bulan Oktober 2007, saya dan istn diajak satu keluarga ini untuk ikut melakukan perjaianan ibadah ke Eropa. Tujuan utama rombongan ini ke Roma dan Vatikan, kemudian ke Lourdes dan Nevers di Perancis, tempat jenasah Santa Bemadcttc masih utuh tersimpan dalam peti kaca. 

Berangkat dan Jakarta sore hari. sampai di Roma, Itali, hari sabtu pagi. Sambil menunggu jam buka Vatikan,rombongan yang terdiri sekitar 20 orang ini mengunjungi Coloseum Roma tempat para gladiator dulu bertarung. 

Waktu kami sampai di Vatikan. antrian pengunjung sudah begitu panjang untuk masuk ke dalam gereja Basilica St.Peter. Pengaturan dan tata tertib yang diberikan membuat semua berjalan lancar.Tiap orang dalam rombongan dipinjami earphone agar komunikasi dalam satu rombongan berlangsung dengan baik tanpa harus dengan suara keras. 

Sesampai di dalam gereja, saya dan istri jadi terkejut melihat begitu banyak orang di dalam ruangan gereja. Ribuan orang ada di dalam gereja mondar-mandir kesana kemari sambil potret sana potret sini, sambil melihat dan menikmati keindahan dan kemegahan Basilica St.Peter yang penuh peninggalan agama. Susunan dalam gereja ini. merupakan hal baru bagi saya dan istri. Susunan dalam gereja ini mirip susunan sebuah klenteng Tri Dharma di Indonesia. Di tengah paling ujung terletak altar utama, di samping kanan atau kiri ada altar-altar pendamping, yaitu altar para rasul. 

Waktu masih di Jakarta, saya membayangkan bahwa di Vatikan saya akan menemukan altar dengan strata yang tinggi untuk Yesus Kristus. Tujuan utama saya dan istri adalah untuk bersujud sembahyang dan berdoa kepada Yesus Kristus di altar gereja St.Peter atau altar gereja Santo Petrus. 

Jadi yang saya cari dan saya tuju adalah altar utama. Melalui kemmunan banyak orang akhimya saya dan istri sampai di depan altar utama. Saya jadi terkejut sekali, lewat mata batin saya, saya tidak melihat adanya roh suci yang 'duduk' di altar utama. Tidak ada utusan Yesus Kristus di situ. Saya benar-benar tidak habis mengerti, bagaimana mungkin altar utama Vatikan, pusat gereja Katholik di seluruh dunia, altar utamanya kosong? 

Karena niat utama saya dan istri adalah untuk bersujud, sembahyang dan berdoa kepada Yesus Kristus, saya cari tempat yang agak Iowong untuk dapat berlutut di depan altar utama. Saya dan istri tidak menemukan tempat yang cocok untuk berdoa. Akhirnya saya cari tour leader kami saudara Arie yang punya 'jam terbang' tinggi. Dalam satu tahun membawa rombongan ke Vatikan dan yerusalem sampai 3-4 kali.

"Saudara Arie, tujuan utama saya dan Saudara ke Vatikan adalah untuk sembahyang dan berdoa kepada Yesus Kristus, tolong tunjukkan tempat dimana saya dapat berdoa dengan baik di gereja ini." 'Tidak usah khawatir Pak Herman, saya akan tunjukkan tempat doanya" kata Arie sambil mengajak saya dan istri ke satu ruangan yang dijaga oleh beberapa petugas. Ruangan itu luasnya sekitar 100m2, ada altar kecil dengan scderetan kursi untuk berdoa. Jumlah pengunjungnya sangat dibatasi, kalau ada kursi kosong baai boleh masuk. Jadi keluar 2 masuk 2, keluar 3 masuk 3 dan seterusnya. 

Saya dan istri kebetulan mendapat kursi paling depan, kami berlutut dan berdoa. Tidak lama saya melihat dua sosok roh suci turun dan atas menuju altar dua sosok Yesus Kristus turun di altar. Selesai mengucapkan doa harian saya, saya akhin doa saya dengan mengatakan,"Pada hari ini hamba dan istri dapat hadir di sini untuk berlutut dan menghaturkan sembah sujud kepada Yang Mulia Yesus Kristus berkat amal baik dari satu keluarga yang membawa hamba dan istri ke sini. Hamba memohon kemurahan hati dan belas kasih dari Yang Mulia untuk dapat memberikan berkah dan bekal kepada keluarga ini." 

Setelah dua sosok Yesus Kristus itu selesai memberikan berkah dan bekal, saya melihat satu sosok Yesus Kristus yang auranya lebih cemerlang naik lurus ke angkasa, yang satu lagi naik dan belok ke samping menuju tempat tinggal Paus. Guru roh saya memberitahu, yang lurus naik ke langit adalah Yesus Kristus dari nirvana, yang satu lagi adalah utusan Yesus yang duduk di altar tempat tinggal Paus. 

Keluar dari ruang doa ini hati saya dan istri sangat lega, tujuan utama kami berdua sudah terlaksana. Selebihnya tinggal santai mengikuti acara-acara selanjutnya.Rombongan berkunjung ke makam para Paus dan bagian-bagian yang lain di Vatikan. 

Selama berada di Roma, rombongan kami' mengunjungi sekitar 4 atau 5 gereja. Begitu banyak gereja yang berusia tua, tapi saya tetap tidak melihat adanya roh suci yang 'duduk' di altar gereja tersebut. Hanya ketika berada di gereja Santo Paulus, mulanya saya juga tidak melihat keberadaan satu pun roh suci di sini. Sambil santai melihat keindahan mang gereja yang besar dan megah, dipenuhi lukisan-lukisan indah di seluruh plafon-nya, saya dan istri duduk santai di tangga ruang tengah gereja. Tiba-tiba saya melihat sosok roh suci turun dari atas menuju altar. Guru roh saya memberitahu itu adalah Santo Paulus. Maka saya cepat-cepat memberitahu rombongan saya untuk segera menuju bangku doa untuk berdoa. 

Kesimpulan saya dari perjalanan ibadah  di gereja-gereja  roma,sebagian besar gereja menjadi tujuan wisata tidak ada roh suci yang 'duduk' di altar gereja tersebut. sebab sebagian besar pengunjungnya hanya untuk melihat dan menikmati peninggalan agama,bukan untuk ibadah dan berdoa. jadi kalau anda ke vatikan atau ke gereja-gereja tua untuk berdoa,lebih baik berdoa digereja kathedral jakarta. di kathedral jakarta ada utusan Yesus Kristus duduk di altar utusan 24 jam tiap hari. Ini bukan berarti di Roma tidak ada altar gereja yang ada utusan Yesus Kristus 24 jam sehari, tentu ada. Hanya gerejanya pasti bukan gereja untuk tujuan wisata. 


c. Lourdes adalah laki-laki 


Rombongan menuju Lourdes dengan bus. Mengunjungi gereja Francis of Asisi, gereja di Monaco dan lain-lain. Sampai di Lourdes sudah hampir malam. 

Besok paginya rombongan menuju komplek gereja dan tempat mandi. Suasananya sudah ramai penuh sesak orang. Di tempat misa terbuka di dekat tempat mandi, umat yang ikut misa sudah sampai belakang hampir menutup jalan menuju tempat mandi. Saya memperhatikan jalannya misa, saya perhatikan altar terbuka ini, dan saya melihat satu sosok gaib berwujud seorang pastur / imam dengan jubah warna kecoklatan. Sosok inilah roh suci yang 'duduk' di Lourdes. Jadi sosok roh suci yang bersemayam di tempat suci Lourdes bukan seorang wanita atau Santa Bernadette, seperti yang diyakini oleh banyak umat. 

Air Lourdes memang memiliki khasiat untuk penyembuhan, tetapi ini bukan berarti dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Ada begitu banyak  orang sakit berkunjung ke Lourdes untuk mencari kesembuhan, tentu ada yang benar-benar sembuh, tetapi juga banyak yang tidak berhasil. Saya melihat begitu banyak orang di kursi roda antri untuk mendapatkan air suci Lourdes untuk penyembuhan. Saya juga melihat banyak diantara penderita sakit di kursi roda yang terkena gangguan non medis. Juga banyak yang karena karma (SKKB). 

Masyarakat barat atau Eropa adalah masyarakat yang realistis dan mengutamakan logika, maka saya agak terkejut melihat begitu banyak orang bule datang ke Lourdes mencari penyembuhan. Tetapi setelah saya perhatikan wajah para pasien kursi roda ini, kelihatan mereka sudah lama menjalani penderitaan. dan mungkin sudah lama menempuh pengobatan medis, tapi tidak berhasil. 

Saya percaya mereka yang sakit karena gangguan gaib yang dimasukkan ke dalam badan mereka akan dapat disembuhkan dengan mandi di Lourdes. sakit yang disebabkan ditempel oleh makhluk gaib juga dapat disembuhkan. Tetapi penyakit yang disebabkan oleh karma. oleh ilmu warisan dan penyakit yang sudah terlambat diobati. sangat sulit untuk sembuh. 

Malam harinya ada acara yang menarik sekali. yaitu acara yang disebut sebagai prosesi lilin. diakan di komplek gereja Lourdes memutari jalan di depan gereja. Jarak memutari perjalanan ini sekitar 1km. diawali dengan menggotong patung Bunda maria yang diletakkan dalam sebuah joli atau tandu. 

hampir seluruh pengunjung dari berbagai negara yang ada di loudres ikut prosesi lilin ini, mereka membentuk barisan panjang, di tangan membawa lilin sambil menyanyikan lagu Ave Maria. Lagu ini saling bersambut dalam berbagai bahasa yang dibawakan oleh kelompok pengunjung. saya juga mendengar lagu Ave Maria dalam bahasa Indonesia yang di-nyanyikan oleh kelompok dari Indonesia. 

Suasananya sangat hikmat dan haru, sungguh menyentuh hati. Anda tidak mudah melupakan saat- saat seperti itu. Beberapa kali saya konsentrasi untuk melihat sisi gaib dari prosesi ini, saya ingin tahu ada berkah-berkah apa yang turun dari "atas" pada prosesi lilin yang diikuti ribuan umat Katholik ini. Tapi saya tidak melihat apa-apa, naluri manusia saya merasa aneh, heran mengapa prosesi yang begitu hikmat penuh rasa sakral, bisa tidak ada berkah dari "atas" yang turun. 

Sesampai di hotel, saya minta petunjuk dari guru roh saya, inilah penjelasan guru saya, "Acara prosesi lilin yang diadakan di depan komplek gereja tadi bukanlah acara ritual spiritual gereja, acara itu adalah semacam festival yang diadakan gereja untuk konsumsi para turis atau pengunjung Lourdes. Jadi tidak ada hubungannya dengan para roh suci "di atas". 


d. Nevers, melihat St. Bernadette tidur. 


Kota Nevers terkenal dengan Santa Bemadette-nya. Di gereja Nevers inilah jenasah Santa Bernadette disimpan dalam peti kaca yang indah dalam keadaan utuh. Dilihat seperti sedang tidur saja. 

Pagi itu rombongan memasuki mang gereja untuk melihat jenasah Santa Bernadette. Istri saya melihat penampakan gaib, di bawah peti kaca tempat jenasah ada sinar aura putih terang memancar ke atas Istri saya minta cross-check ke saya. 

Setelah saya konsentrasi, saya tahu bahwa yang dilihat istri saya adalah petunjuk simbolis, artinya sinar putih gaib itu bukan di dalam gereja di bawah peti kaca melainkan ada di tempat dulu Santa Bernadette dimakamkan. Lalu saya tanyakan ke Arie, tour leader kami, apakah dia tahu dimana letak makam Santa Bernadette dulu. Arie mengajak rombongan menuju bekas makam Santa Bernadette yang sekarang sudah dijadikan sebuah kapel dengan lantai marmer, bekas lubangnya ditutup dengan papan tebal. 

Saya dan istri diikuti rombongan memasuki kapel berukuran sekitar 3x4 meter. Saya melihat sinar putih cemerlang memancar ke atas dari lubang yang tertutup papan tebal tersebut. Saya anjurkan rombongan saya untuk konsentrasi dan meditasi sebentar untuk menyerap energi yang terpancar dan tempat itu. Sebab saya tahu pancaran sinar putih itu mengandung energi yang baik untuk menguatkan dan menjaga kesehatan. Tanah Nevers bukan tanah biasa. 


e. Paris, Mont Martre. 


Di pinggir kota Paris ada gereja yang terletak di sebuah bukit. Kalau tidak salah ingat namanya gereja St.Katherina di Mont Martre. Di depan gereja ini ada halaman rumput yang luas, panoramanya indah. Sebagian besar pengunjungnya santai berjemur diri sambil tiduran di rumput. Di tengah hamparan orang santai ini ada band yang membawakan lagu-lagu irama 'memanggil setan'. lelakinya telanjang dada,perempuan-nya pakai bikini. Dan para muda-mudinya pacaran sambil tiduran seolah-olah mereka acuh terhadap sekelilingnya, menganggap mereka hanya berdua 'di tengah hutan'.

Walaupun saya dan istri tahu bahwa gereja dengan lingkungan seperti itu pasti altamya kosong, kami berdua masuk ke mang gereja untuk melihat altar dan suasana tempat berdoa. Di sini pun saya temukan altar yang kosong, tidak ada roh suci yang duduk di altar gereja ini. 

Melihat suasana di luar gereja yang seperti itu, pergaulan muda mudi di negara barat seperti itu, khususnya di Pans yang kami lihat, saya termenung lama. Di pikiran saya hanya ada 'Sepuluh Perintah Allah' yang seharusnya menjadi landasan hidup umat Katholik maupun Kristen. Saya kira salah satu dan Perintah Allah itu perlu dijabarkan lagi. 

Besok paginya rombongan meninggalkan kota Paris menuju Amsterdam. Di Belanda 2 hari, rombongan pulang ke Jakarta melalui London. 

Perjalanan ibadah spiritual ke Eropa, khususnya ke Roma dan Vatikan membuat kami berdua memperoleh kesan dan wawasan yang luar biasa dan berharga. 

Jadi kesan yang disampaikan oleh teman saya sesama spiritualis yang telah menjelajah beberapa negara eropa, berkunjung di banyak tempat ibadah dan peninggalan spiritual,yang disampaikan sebelum Saya berangkat ke roma adalah benar. Bahwa di negara barat, khususnya di eropa 'rasa spiritualnya' kalah 'greng' dibandingkan tempat-tempat di pulau jawa.




0 komentar

Post a Comment