Monday, December 12, 2016

perjalanan spiritual ibadah napak tilas ke Mesir dan gunung Sinai

perjalanan spiritual ibadah napak tilas ke Mesir dan gunung Sinai
Mesir dan Sinai 

Hampir satu tahun kemudian, keluarga yang mengajak saya dan istri ke Roma dan Vatikan mengajak lagi saya dan istri melakukan perjalanan napak tilas ke Mesir, Sinai dan Yerusalem. Dalam perjalanan ibadah napak tilas mi saya menganjurkan kepada rombongan untuk tidak didampingi oleh seorang rohaniawan. Sebab saya khawatir nanti perjalanan menjadi kurang nyaman kalau mesti ada acara-acara ritual yang diadakan oleh rohaniawan ini di tempat-tempat yang kami kunjungi. Biasanya tour ibadah ke Yerusalem didampingi oleh seorang rohaniawan yang akan memberikan khotbah di tempat-tempat dimana Yesus Kristus pernah hadir, dan berkhotbah lengkap dengan ayat-ayat dalam kitab suci Injil. 

Bulan September 2008, saya dan rombongan yang terdiri dari 22 orang berangkat dan Jakarta menuju Kairo, Mesir.


a.Berdesakan dengan arwah piramid


pagi hari kami tiba di airport kairo,mesir. dengan bus rombongan langsung ke komplek piramid Giza di luar kairo. yang dapat saya ceritakan disini adalah pengalaman saya masuk ke dalam piramid. Jalan masuk ke dalam piramid berupa lorong berukuran sekitar 1x1 meter atau lebih sedikit. Tangga masuk dua jurusan ini hanya terbuat dari papan yang diberi kayu kaso seukuran 5X7cm yang ditempel melintang sepanjang papan. 

Udara dalam terowongan ini sangat lembab, bau jamu nya sangat tajam. Pengap dengan kondisi yang sangat berjubel oleh manusia dari berbagai bangsa. Karena situasinya seperti ini, maka banyak turis yang sudah membeli karcis masuk membatalkan niatnya. Baru sampai di mulut terowongan mereka putar balik tidak jadi masuk. Begitu juga yang dilakukan istri saya. 

Saya yang sudah sampai setengah perjalanan di dalam terowongan hampir membatalkan niat saya untuk jalan terus. Berkat dorongan semangat salah satu teman, akhimya saya sampai di ruang yang cukup besar tempat mummi diletakkan. Mummi-nya sendiri sudah tidak ada, hanya ruangan berukuran sekitar 10x20 meter dengan meja batu untuk meletakkan peti mummi. Suasananya panas dan pengap, tapi yang saya rasakan masih ditambah lagi dengan rasa gaib berdesakan dengan para arwah yang jumlahnya banyak sekali di dalam piramid. Ruangan besar itu penuh dengan arwah manusia jaman dulu, jaman para Firaun Mesir dulu. 

Para arwrah dalam piramid ini tidak dapat 'naik' atau belum 'naik' kealam arwah disebabkan oleh ilmu yang dianut rakyat Mesir dulu. Mereka yakin kalau nanti akan dibangkitkan atau dihidupkan lagi. Maka mereka menunggu di tempat pemakamannya. 

Baiknya, para arwah ini tidak jahat, tidak mengganggu pengunjung yang masuk ke dalam piramid. Hanya karena jumlahnya yang banyak, maka suasananya jadi berdesakan dan sangat tidak nyaman buat saya, walaupun di dalam mangan mummi itu tidak banyak orang, cukup longgar untuk ukuran manusia. 

Hanya sekitar 2 menit saya berada di ruang mummi, saya cepat-cepat kembali menuju jalan keluar. Orang bule yang badannya tinggi dan besar harus merangkak untuk dapat melalui terowongan ini. Setibanya di luar piramid, rasanya lega dan nyaman. Padahal sebelum masuk tadi saya merasakan udara padang pasir yang panas seperti 'neraka' sekarang menjadi seperti 'surga' Udara segar, bebas bau jamur dan pengap, terasa sejuk. 

Satu lagi 'oleh-oleh' dari masuk ke dalam piramid ini, yaitu seluruh badan menjadi ngilu dan kaku. Kaki, paha dan pinggul menjadi ngilu, kaku dan sakit,sebab harus masuk dan keluar terowongan posisi jongkok. Kalau anda punya keluhan pernafasan atau tulang, pertimbangkan baik-baik untuk masuk ke piramid, atau latihan fitnes dulu sebelum masuk piramid di mesir.


b. arwah firaun di museum mummi.


rombongan melanjutkan perjalanan ke museum kairo dengan koleksi mummi berikut segala macam asesoris mummi dan asesoris ruang mummi. 

Waktu saya dan istri sampai di mang mummi Tuten Khamen, mendadak arwah raja Tuten KJhamen ini minta tolong saya untuk 'dinaikkan' atau 'diseberang- kan' Saya heran sekali, bagaimana arwah ini bisa mengetahui jati diri saya. Biasanya arwah dan makhluk gaib non Ilahi tidak dapat melihat atau mengetahui jati diri saya. Untuk sesaat saya konsentrasi memohon petunjuk guru roh saya, apakah yang saya dengar benar bahwa arwah raja Tuten khamen minta tolong 'dinaikkan'? Jawaban yang saya terima adalah benar dan saya diijinkan untuk menolong. 

Saya beritahu arwah ini bahwa saya tidak dapat menolong di tempat yang penuh sesak pengunjung, nanti setelah saya keluar dari gedung museum saya akan tolong dia. Lalu saya tanya permaisuri Tulen Khamen yang ada di sebelah raja. Apakah dia juga mau ikut 'naik'? Dia bilang kalau dia mau tetap berada di mummi-nya, tidak mau ikut naik. 

Sejak dari sini, kemanapun saya pergi melihat ruang-ruang lain, arwah raja Tuten Khamen selalu ikut di belakang saya, diikuti arwah-arwah lain. Mungkin arwah pengawal-pengawalnya atau arwah lain an ada di museum itu. 

Waktu saya keluar dan gedung museum, di halaman depan museum juga penuh dengan pengunjung yang sedang duduk-duduk. Jadi saya kesulitan mencari tempat untuk dapat 'menaikkan' arwah raja tuten ini. Akhirnya saya masuk ke dalam bus, dan di dalam bus inilah saya 'menaikkan' arwah  raja Tuten Khamen bersama 4 pengiringnya. 

Waktu saya dan istri berkunjung ke makam raja-raja Mataram di Imogiri, Jawa Tengah, saya juga melihat arwah raja Sultan Agung masih berada di dalam ruang makamnya untuk menerima orang-orang yang datang menghaturkan sembah sungkem. 


c. Nabi Musa di Gunung Sinai 


Besok harinya perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Sinai, melalui gurun Sinai yang panas dan gersang. Satu tumbuhan rumput pun tidak ada dan langka kendaraan yang lewat. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana kalau naik mobil lalu mogok di tempat seperti ini. 

Sore hari kami sampai di hotel di kaki Gunung Sinai. Perjalanan pendakian Gunung Sinai akan dimulai jam 24 tengah malam. Dengan bus menuju terminal unta bawah, dari situ naik unta menuju puncak Sinai, sepanjang perjalanan kira-kira 2 jam dalam suasana gelap gulita hanya diterangi oleh bintang di langit. Jarak pandang hanya 2 meter dengan unta di depan. Dilarang menyalakan lampu senter sebab dapat membuat mata unta silau dan bahaya terpeleset masuk kejurang berbatu. 

Sekitar jam 2 pagi saya sampai di terminal unta atas. Untuk ke puncak masih harus jalan kaki lagi. Suasana di terminal atas yang gelap dan penuh sesak pengunjung dan berbagai negara membuat saya tidak tahu lagi istri saya ada di depan atau…masih tertinggal di belakang saya. Untung pemandu lokal / tour leader lokal suaranya cukup keras untuk terus menerus memanggil nama rombongan tour. 

Satu-satunya warung penjual minuman panas ada di terminal atas ini Ruangannya sudah penuh sesak dengan orang yang merebahkan diri istirahat menunggu waktu untuk naik ke puncak atas melihat matahari terbit dari puncak Gunung Sinai. Semua transaksi di situ menggunakan mata uang US dollar. 

Sebelum berangkat ke Mesir, di Jakarta saya sudah diberitahu oleh guru roh saya bahwa di Gunung Sinai sudah ada yang menunggu kedatangan saya. Juga nabi Musa akan hadir menerima saya dan istri di puncak Sinai. 

Rombongan kami terpecah dua. Yang satu yang masih muda-muda melanjutkan naik ke puncak untuk melihat keindahan matahari terbit. Yang satu lagi golongan tua ikut saya untuk menanti kehadiran nabi Musa di salah satu tebing karang / batu granit sekitar 200 meter di atas terminal unta. 

Saya anjurkan kepada rombongan yang akan ikut berdoa kepada nabi Musa untuk mencari dan menyiapkan satu batu granit yang akan diisi berkah dan bekal oleh nabi Musa untuk yang bersangkutan. Batu granit ini untuk menampung atau untuk wadah berkah dan bekal yang akan diterima, sebab saya tahu besarnya wadah spiritual dari orang-orang ini tidak sama, bahkan ada yang belum memiliki wadah spiritual. 

Sekitar jam 4 pagi, guru roh saya memberitahu untuk bersiap mulai sembahyang dan berdoa menyambut kehadiran nabi Musa. Setelah saya membakar 7 buah dupa cendana, saya memimpin rombongan mulai sembahyang. Bersamaan dengan itu, saya melihat nabi Musa turun dan langit, berdiri di sebuah tebing di depan rombongan. menerima sembah sujud kami. 

Saya berdoa dan mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran beliau. Saya katakan bahwa pada hari ini saya dan istri dapat hadir di Gunung Sinai dan membawa rombongan, karena amal baik dan satu keluarga yang membawa saya dan istri melakukan perjalanan napak tilas ke Sinai dan Yerusalem. Saya memohon kepada Yang Mulia Nabi Musa untuk dapat memberikan berkah dan bekal kepada keluarga ini dan juga untuk semua yang ikut dalam rombongan saya, serta memohon agar berkah dan bekalnya diisikan ke dalam batu granit milik mereka masing-masing. 

Kehadiran Nabi Musa hanya sekitar 5 menit. Setelah memberikan berkah dan bekal beliau kembali naik ke langit. Mendampingi kehadiran nabi Musa adalah roh suci penguasa Gunung Sinai. Roh suci ini mendampingi saya sejak saya tiba di Gunung Sinai sampai saya kembali turun. Roh suci ini memang memiliki hubungan 'khusus' dengan saya, dialah yang dikatakan oleh guru roh saya sudah menunggu kedatangan saya di Sinai 

Selesai upacara sembahyang dan doa, saya memeriksa satu per satu batu granit merah milik Masing-masing orang untuk mengetahui berkah dan bekal apa yang diterima dari nabi Musa. Isinya ada yang sesuai dengan yang diminta, juga ada yang tidak sesuai dengan yang diminta. Sebab nabi Musa lebih tahu apa yang lebih dibutuhkan oleh mereka masing-masing. Yang minta untuk kesehatan diberikan untuk keharmonisan keluarga, yang minta untuk perlindung-an diberi untuk karir dan pekerjaan. Sebaliknya ada yang minta untuk karir diberi untuk perlindungan keselamatan. Ada juga yang diberikan sesuai dengan yang diminta. Yang sudah cukup tua diberikan berkah kesehatan dan lain-lain. 

Batu granit wama kehijauan sebesar kira-kira kaleng susu ukuran 1kg yang saya mintakan pengisian untuk keluarga yang mengajak saya berisi berkah dan bekal untuk banyak keperluan hidup dan laku spiritual. Isi berkah dan bekal ini tidak dapat diwaris-kan, demikian pesan nabi Musa. Kesemuanya ini adalah pengalaman spiritual di Gunung Sinai. Ada pengalaman fisik naik unta gunung yang tidak akan terlupakan. 

Unta gunung fisiknya lebih kecil dari unta padang pasir. Sadel tempat duduknya kecil. Depan dan belakang sadel ini dipatok atau ditancap kayu sebesar pipa 1,5 inch setinggi sekitar 30cm. Sadelnya tanpa pijakan kaki, jadi berat badan seluruhnya ditumpu di atas sadel, kaki hanya menggantung saja. 

Pada saat naik gunung, punggung lagi.lagi terpentok kayu di belakang sadel karena menanjak Jadi perlu satu tangan memegang kayu belakang untuk menjagajarak agar punggung tidak terlalu keras terpentok kayu. Kalau lengah atau lupa dan punggung menghantam kayu belakang rasanya lumayan sakit. Dalam perjalanan naik punggung saya lebih dari 10 kali terpentok kayu ini, kayu belakang yang ber-masalah. 

Pada waktu turun gunung, ganti kayu depan yang menjadi masalah besar. Karena jalan turunnya terjal, maka berat badan terdorong ke depan. Walau-pun sudah ditahan ‘mati-matian' dengan dua tangan agar badan tidak nyungsep ke depan, tetap saja guncangan unta membuat badan menubruk kayu depan. Dalam posisi duduk dengan kaki satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan badan unta dan kaki tanpa pijakan, maka benturan badan dengan kayu depan tepat terjadi di tengah pangkal paha. Maka hati-hati buah pelir laki-laki bisa tergencet, sudah untung kalau tidak sampai pingsan. Maka saran tour leader kami agar turunnya jalan kaki saja benar-benar perlu dipertimbangkan, atau malah perlu diikuti. Anda tidak percaya? Boleh coba sendiri kalau kapan-kapan ke sana. 

Kesan-kesan naik unta di Gunung Sinai ini menjadi hiburan tertawa sepanjang perjalanan. apalagi kalau melihat dan bertemu orang yang sedang menjajakan jasa hiburan naik unta. 


0 komentar

Post a Comment