Thursday, July 20, 2017

KEYAKINAN KEPADA TUHAN dari sudut pandang Agama Buddha



Siapakah Tuhan Itu ?

Setiap agama mempunyai definisi yang berbeda-beda. Namun sebenarnya apa yang mereka maksud dengan Tuhan tersebut adalah sama. Ada yang mempersamakan Tuhan seolah - olah mempunyai bentuk seperti manusia, tetapi dengan sifat yang Esa, Sempurna dan Agung. Sebagian yakin bahwa Tuhan adalah awal dari segala yang ada, Tuhanlah yang mengatur kehidupan ini dengan pembantu-pembantunya. Tapi adakah yang sudah pernah bertemu Tuhan atau melihat langsung sosok Tuhan? 

Tidak ada, yang ada manusia dapat merasakan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat kita jelaskan secara nalar atau ilmiah sebagai kuasaNya. Dalam pembahasan ini, kita tidak akan mempermasalahkan bagaimana sosok Tuhan, karena kita semua tidak mampu memahaminya. Mencoba membahas sosok Tuhan, maka kita akan terbentur pada cara pandang masing - masing yang sangat pribadi, yang apabila diperbandingkan, hanya akan menimbulkan pertentangan. Di dalam artikel ini kita hanya akan memfokuskan diri dalam pembahasan tentang keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam Kitab Udana Palaligamia Vagga VIII, 1 Sang Buddha bersabda sebagai berikut: 

"Ada para bhikku, yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang mutlak, para bhikku, jika tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang mutlak,maka tidak ada kemungkinan lepas dari kelahiran,penjelmaan, pembentukan kembali dan ketergantungan. Akan tetapi para Bhikku, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan. yang mutlak, ada kemungkinan terbebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan kembali dan ketergantungan."

Nama Tuhan sendiri bukanlah Baku, karena masing - masing agama dan suku bangsa mempunyai terminologi yang berlainan, namun tujuan dan keyakinannya sama.

Bagaimanakah Tuhan bekerja ? Melalui berbagai hukum alam yang tidak terbantahkan kebenarannya. Salah satunya adalah Dhamma. Dhamma sebagai yang menguasai dan mengatur alam semesta adalah Hukum Dhamma yang tidak diciptakan, kekal dan lmmanen". Dhamma ini boleh disebut salah satu dari sifat tuhan

Dalam Dhammaniyama Sutta Sang Buddha bersabda :

"Para Bhikku, baik tathag'ata (Sang Buddha) timbul maupun tidak, tetap ada hukum Dharma (Dhammaniyanui), Hukum yangkekal, Hukum yang mengatur ( bahwa) semua yang terbentuk tidak kekal (Anicca). Tathagata mengetahui dan mengerti sepenuhnya (hal ini). setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, ia memaklumkan, menunjukkan, menegaskan, menandaskan, menjelaskan, menguraikan dan membentang (bahwa semua yang terbentuk tidak kekal/anicca).

tathagata mengetahui dan mengerti sepenuhnya......
semua yang terbentuk selalu berubah (dukkhati).
tathagata mengetahui dan mengerti sepenuhnya......
semua fenomena alam tidak kekal dan tunduk pada persyaratan".

Hukum Dhamma atau Dhammaniyama yang merupakan cermin dari kekuasaan Tuhan diuraikan lebih lanjut dalam Hukum Universal yaitu :

1. Utu-Niyama
Hukum yang berkenaan dengan tenaga panas (utu) dalam alam organik. Utu Niyama antara lain menentukan pergantian musim seperti; musim dingin, musim panas dan musim hujan.

Utu Niyama juga menentukan wujud yang belum tumbuh, mengembangkan, mematangkan, melapukkan dan menghancurkan yang telah tumbuh dalam alam. Bumi kita ini mengalami proses pembentukan, perkembangan, pelapukan dan hancur karena proses hukum ini.

2. Biji-Niyama
Hukum yang berkenaan dengan alam tumbuh - tumbuhan yang timbul dan berkembang sesuai dengan jenisnya. Misalnya benih jagung akan tumbuh pohon jagung, batang ubi kayu akan tumbuh menjadi tumbuhan ubi kayu. Pertumbuhan ini dibantu oleh panas (sinar matahari).

3. Kamma Niyama
Hukum universal tentang Kamma ( karma). Hukum karma ini dikenal sebagai hukum perbuatan, hukum sebab - akibat dan hukum moral. Siapa yang menanam perbuatannya, akan menuai akibatnya. Perbuatan baik mendapatkan akibat yang baik dan menyenangkan demikian sebaliknya.

Hukum ini yang menjelaskan kenapa ada manusia yang hina, miskin, buruk rupa. menderita dan sebaliknya ada yang kaya, terhormat, rupawan dan sehat. Hukum ini yang mengatur seseorang itu mulia atau rendah.

4. Citta Niyama
Yaitu Hukum universal yang berkaitan dengan kegiatan batin yang berhubungan dengan kesadaran. Apabila kesadaran dibina dan dikembangkan dengan baik, maka akan menghasilkan kesadaran yang baik, demikian juga apabila dilatih, maka tingkatan kesadaran akan semakin tinggi, sampai mencapai tingkat kesucian tertentu dan yang paling tinggi yaitu kesadaran sempurna yaitu, kesadaran Buddha.

Demikian juga apabila kesadaran tidak dilatih, tetapi terombang-ambing oleh berbagai kekuatan-kekuatan semu, maka kesadaran kita semakin lemah dan membuat diri kita menjadi budak nafsu. Hukum ini mengatur kesadaran dalam peristiwa batinah dan dalam berbagai keadaan.

5. Dhamma Niyama
Adalah hukum universal tentang segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat hukum unversal tersebut di atas. Kejadian - kejadian atau keadaan - keadaan luar biasa yang timbul diluar 4 hukum universal di atas. Misalnya peristiwa kelahiran Sang Buddha, diikuti oleh gempa bumi dan hujan. panas dan dingin. Peristiwa yang tidak dapat dicakup oleh 4 Hukum Universal sebelumnya, menjadi cakupan Hukum ini.

Kelima Hukum Universal ini adalah Hukum yang menguasai seluruh alam semesta, mereka mewakili sifat - sifat ketuhanan, yaitu Maha Kuasa dan maha Pengatur. Tuhan menciptakan Hukum Universal tersebut, agar dapat mengatur segala kegiatan di alam semesta.

Setelah adanya hukum universal tersebut, Tuhan tidak mencampuri urusan kegiatan alam semesta berikut semua kegiatan makhluknya. Semuanya sudah dapat dicakup dalam hukum universal tersebut.

Karenanya pengertian tentang fungsi Tuhan dalam agama Buddha mempunyai perbedaan pandangan dengan agama lain, dimana agama lain menitik - beratkan segala sesuatu kejadian di dunia ini sebagai campur tangan Tuhan, cobaan Tuhan,karenanya diajarkan untuk menerima cobaan tersebut sebagai kehendak Tuhan, bukan sebagai sebab perbuatan yang menghasilkan akibat sebagaimana yang dicakup oleh Hukum Universal tersebut.

Contohnya, seseorang anak terlahir cacat, maka dari sisi pendapat Agama Buddha, hal itu diakibatkan oleh sebab - sebab perbuatan yang dilakukan si anak pada kehidupan sebelumnya, sehingga akibatnya berbuah pada kelahirannya sekarang. Dari sisi pandangan agama lain, kejadian tersebut adalah cobaan Tuhan, kehendak Tuhan yang kita harus terima, dan kita pasrah. Kalau demikian kenyataannya, bukankah Tuhan telah bertindak tidak adil ?, tidak penyayang, tidak berbelas kasih. Kalau Tuhan bisa memberikan yang terbaik sebagai makhluk Adikodrati, kenapa manusia diberikan keadaan yang menyakitkan dan tidak menyenangkan ?

Kembali ke pembahasan dari segi Agama Buddha, maka begitu Tuhan memberikan hukum universal sebagai manifestasi dari sifat - sifatnya yang Esa, mutlak dan Adikodrati, maka Hukum - hukum Universal tersebutlah yang bekerja mengatur seluruh alam kehidupan tersebut. 

Demikian juga yang disabdakan Sang Buddha : 

"Para Bhikhu, apakah para Tathagata (Buddha) muncul di dunia ini atau tidak, Dhamma tetap ada yaitu Dhamma Niyama". 

Dhamma Niyama disini dimaksudkan sebagai kesatuan dari 5 Hukum Universal tersebut. 

0 komentar

Post a Comment