Thursday, April 7, 2016

ALIRAN TRI DHARMA

ALIRAN TRI DHARMA
Add caption
Aliran Tri Dharma sudah lama ada. tapi baru banyak bermunculan setelah pemerintahan orde baru tidak mengakui/melarang atau membatasi kegiatan agama Khong Hu Cu dan Tao. Maka umat Khong Hu Cu dan Tao bergabung ke aliran Tri Dharma, Juga yang kemudian banyak disebut sebagai Budha Tri Dharma. Sedangkan Tri Dharma yang asli sudah lama ada. Sebelum Indonesia merdeka aliran Tri Dharma yang asli sudah ada di Indonesia. Ada kelenteng- kelenteng Tri Dharma yang didirikan pada jaman Belanda dulu, masih ada sampai sekarang. 

Aliran Tri Dharma meng-gabungkan 3 ajaran.yaitu: 

- Ajaran Khong Hu Cu yang inti ajarannya adalah budi pekerti (BP) dan tata krama hidup. (Confticius:551-479SM)

Ajaran TAO yang inti ajarannya adalah hidup selaras dan menyatu dengan alam atau alam semesta. Tuhan-nya umat Tao-is disebut "Thian"atau langit atau alam semesta.(Lao.zi 570 SM, sekitar 20 tahun lebih tua dari Confucius)

- Ajaran Budha yang inti ajarannya adalah kebijak-sanaan dan welas asih. (Sang Budha Gautama: 563- 483 SM)


a. Ajaran Khong Hu Cu
Ajaran budi pekerti adalah ilmu dasar dalam laku spiritual. Sayangnya ilmu BP (budi pekerti) oleh sebagian besar orang jaman sekarang yang menyebut dirinya orang modern, dianggap pelajaran untuk anak kecil, pelajaran yang hanya diberikan kepada anak- anak di sekolah dasar saja. Tapi sayangnya lagi bahwa banyak sekalah dasar maupun menengah yang sudah tidak memasukkan pelajaran BP di dalam kurikulumnya. BP adalah urusan orang tua mereka, dan sekalah hanya fokus pada pelajaran ilmu pengetahuan yang ilmiah, begitu anggapan mereka.

Menurut pandangan saya dan pengalaman saya menghadapi permasalahan tamu-tamu saya, tanpa bekal BP yang cukup, seseorang tidak mungkin memiliki RPH (Raport Perjalanan Hidup) biru dan SKKB (Skala Kadar Karma Buruk) rendah. Kedua unsur ini memiliki peranan penting dalam menentukan perjalanan hidup seseorang. Juga merupakan fondasi spiritual yang sangat penting dalam laku spiritual.

Banyak diantara para tamu yang mengenai kesulitan hidup dan sakit yang tidak disembuhkan" hanya karena RPH-nya merah angka mati dan SKKB-nya hampir montok atau mentok. Kesemuanya ini disebabkan mereka tidak tahu dan tidak mengerti BP sehingga sepanjang perjalanan hidupnya secara tidak sadar telah menumpuk dan mengumpulkan dosa-dosa dan karma-karma buruk. Karena prilakunya menyimpang dari ajaran BP atau tidak punya BP yang baik.

Beberapa kasus di bawah ini mungkin dapat memperjelas masalah BP ini. 

-Karma buruk dari orang tua. Ini bukan berarti karma buruk orang tua diturunkan atau diwariskan ke anak. Yang dimaksud dengan kalimat di atas adalah karma buruk yang dihasilkan prilaku anak terhadap orang tuanya, yaitu sikap dan perbuatan yang kasar dan kurang ajar terhadap orang tuanya karena tidak mengenal atau tidak tahu ajaran BP.

Ada aturan 'di atas' sana mengenai sikap dan prilaku yang tidak boleh dilakukan seorang anak terhadap orang tuanya, terutama terhadap ibunya. Memiliki BP yang baik akan mencegah terjadinya karma buruk yang berasal dari orang tuanya. 

Lisa, ibu rumah tangga berusia sekitar 40 tahun datang ke rumah untuk konsultasi masalah keluar dan kehidupannya yang seret rejeki serta kesehatan yang kronis. Lisa anak pertama dari 5 bersaudara, sangat dominan di dalam keluarga orang tuanya, juga fanatik terhadap agamanya. Karena bahwa Tuhan selalu mendampingi dan menyertai dirinya, maka Lisa merasa semua yang dia katakan dan lakukan pasti benar. Dia mulai otoriter atau sewenang wenang dalam sikap dan tindakan- tindakannya terhadap orang tuanya dan adik-adiknya. Sikapnya sudah masuk kriteria kurang ajar dan kasar terhadap orang tuanya yang harus menuruti kata-kata dan perintahnya. Sebab dia yakin itu bertujuan untuk kebaikan orang tua dan adik-adiknya.

Prilaku kasar dan kurang ajar terhadap orang tua ini dari waktu ke waktu dan dari tahun ke tahun tanpa disadari terus menghasilkan dan menumpuk karma- karma buruknya sampai sudah mentok. Mengakibatkan perjalanan hidupnya sekarang menjadi sangat menderita. Semua ini hasil penerawangan saya setelah saya tahu RPH Lisa merah angka mati dan SKKB-nya sudah mentok. Ini terjadi sebab Lisa kurang tahu dan kurang mengerti ajaran BP. 


Rita, anak semata wayang berusia 30 tahun. Sejak kecil dimanja habis oleh orang tuanya. Setelah lulus sekalah di luar negeri, pulang dan kumpul kembali dengan orang tuanya. Sikapnya terhadap orang tuanya sudah tergolong kasar dan kurang ajar. Menjadikan dirinya yang berkuasa di rumah. Semua kata-katanya minta dituruti. Merasa lebih pintar dari orang tuanya dan merasa dibutuhkan oleh orang tuanya.

Yang datang kerumah saya adalah ibunya Rita, sebut saja Mira. Mira mengeluhkan sifat anaknya yang semata wayang ini yang juga menjadi tumpuan hari tuanya. Saya memeriksa data pribadi Rita, RPH-nya merah angka mati dan SKKB-nya hampir mentok.

Semua ini dihasilkan oleh sikap dan perbuatan yang kurang tahu dan kurang mengerti ajaran Bp Juga sikap dan perbuatan orang tua Rita yang terlalu memanjakan sehingga berakibat merusak hari depan anaknya sendiri.

Banyak kasus seperti ini saya temukan dari tamu-tamu saya. Orang tua yang secara tidak sadar telah merusak hari depan anaknya karena sikapnya yang terlalu memanjakan anaknya. Terutama anak tunggal, anak tertua, anak bungsu, anak laki-laki tunggal atau anak perempuan tunggal.

Memanjakan anak bukan berarti memberikan apa saja yang diminta oleh anak. Tidak menegur dan melarang anak yang berbuat salah juga termasuk memanjakan anak. Banyak orang tua bersikap seperti ini, terutama kepada anak yang sudah dewasa atau yang sudah lulus sarjana di luar negeri. Sang anak merasa lebih pintar dan lebih tahu dari orang tuanya sehingga orang tuanya segan menegur dan melarang anaknya yang berbuat salah.


Roni, masih lajang, berusia sekitar 30-an tahun. Datang ke rumah untuk konsultasi kesehatan dari pikirannya yang selalu resah. Dari pemeriksaan data pribadi Roni, saya agak terkejut bahwa RPH-merah angka mati dan SKKB nya hampir mentok. Roni relatif masih muda. Melihat wajah dan penampilannya cukup baik. Mengapa RPH-nya begitu jelek dan SKKB-nya begitu tinggi? Maka saya meneropong perjalanan hidup Roni.

Roni anak pertama dari 5 bersaudara dari keluarga kelas ekonomi mampu. Belajar di Eropa, lulus lalu kembali ke Indonesia. Memulai usaha dan Juga membenahi perusahaan orang tuanya. Menganggap pengetahuan yang lebih banyak dan lebih maju dari orang tuanya. Roni mulai memberikan perintah-perintah dan mengatur, juga kepada orang tuanya. Tanpa disadari, ucapan-ucapan kepada orang tuanya mulai kasar dan kemudian sudah menjurus ke kurang ajar terhadap orang tuanya. 

Roni mengatakan bahwa semua yang dia lakukan, yang dia usahakan dan yang dia perjuangkan adalah untuk kebaikan orang tuanya, juga untuk membahagiakan orang tuanya. Tapi Roni lupa dan tidak sadar bahwa tindakan dan prilakunya serta sikapnya sudah melewati batas prilaku dan sikap seorang anak terhadap orang tuanya. Hal ini dilakukan oleh Roni selama beberapa tahun sejak dia lulus dan kembali ke Indonesia. Ditambah prilaku dan sikapnya terhadap saudara-saudaranya dan orang lain, maka SKKB Roni melonjak tinggi hampir mentok.

Meneropong dan mengetahui bahwa pada dasarnya hati nurani Roni ini baik, hanya dia salah bersikap dan bertindak, maka saya perlahan-lahan menjelaskan dan menasehati dia. Bahwa ajaran BP yang diajarkan oleh Khong Hu Cu sangat penting, jangan diabaikan seperti prilaku masyarakat Eropa yang sudah menganggap ajaran BP itu ajaran jaman feodal. Secara dia harus dapat memperbaiki sikap dan prilakunya terutama terhadap orang tua dan saudara-saudaranya, baru terhadap orang-orang disekitarnya agar tidak membuat dosa-dosa atau karma-karma baru, supaya SKKB-nya tidak naik lagi .sampai mentok. 

Untuk sementara waktu usahakan untuk tidak lari dari masalah dan penderitaan yang sedang dialami' sekarang ini. Kalau dapat 'membayar karma lama" dan 'tidak membuat karma yang baru', maka SKKB- nya akan cepat menurun.SKKB yang hampir mentok sangat beresiko. Kalau sudah mentok sudah terlambat dan sulit ditolong. Bisa mendadak stroke, gagal ginjal, kanker dan lain-lain penyakit yang sulit diobati.

Melihat hati nurani Roni yang pada dasarnya baik,, tidak sulit bagi dia untuk menjalankan apa yang saya sarankan. Dan saya memiliki harapan besar bahwa Roni akan mampu merubah dan memperbaiki prilakunya. 



Ari, berusia sekitar 50-an tahun, anak laki-laki tunggal dari 7 bersaudara. Dia anak ke-5. Datang rumah karena masalah kesehatan dan usahanya yang macet. Dari pemeriksaan saya, data Pribadi ari sangat jelek. RPH-nya merah angka. mati dan SKKB nya hampir montok  Waktu saya katakan masalah ini dibuat oleh dirinya sendiri, dia binggung dan tidak mengerti. Waktu saya katakan bahwa RPH nya merah angka mati dan SKKB nya tinggi hampir mentok, dia protes. Dia bilang bahwa dia tidak pernah menjahati orang, tidak pernah makan duit orang dan lain-Iain.

Ari dengan bangga mengatakan bahwa dialah yang  bekerja dan menopang serta membiayai saudara- saudaranya sehingga dia baru menikah setelah saudara-saudaranya berkeluarga semua. Saya melihat. Ari kurang senang terhadap hasil pemeriksaan saya, dia merasa dirinya tidak membuat kesalahan, dia merasa benar. Dia merasa sudah berjasa besar terhadap keluarga dan orang tuanya. Saya tidak mau berdebat dengan Ari. Saya katakan, "Anda datang ke rumah saya minta diperiksa, saya jelaskan hasil pemeriksaan saya. Saya tidak minta anda harus percaya hasil pemeriksaan saya. Tapi saya juga tidak mau membuat kebohongan yang hanya untuk menyenangkan anda."

Sekitar 10 hari kemudian, adik Ari yang paling kecil sebut saja Ani, datang ke rumah saya untuk konsultasi mengenai kesehatan orang tuanya. Dia tahu kalau Ari sudah datang ke tempat saya. Ani menanyakan masalah yang dialami Ari. Saya katakan bahwa semua masalah yang dialami Ari adalah hasil perbuatannya  sendiri, jadi harus Ari sendiri yang mengubahnya, bukan orang lain. Terutama disebabkan oleh sikap dan prilakunya terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Ani membenarkan apa yang saya katakan  bahwa sikap Ari terhadap orang tua dan saudara-saudaranya sudah kelewatan. Semua harus tunduk dan menuruti kemauannya. Kata-katanya kasar dan menyakitkan hati.Saya bisa mengerti semua yang dikatakan oleh Ani. Karena sudah banyak tamu saya yang memiliki sifat dasar atau karakter anak semata wayang, anak palingtua, anak paling kecil/bungsu, anak laki-laki tunggal dan juga anak perempuan tunggal. Kalau mereka tidak mendapatkan ajaran BP atau mereka mengabaikan BP, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam perjalanan hidup mereka. 

Masih banyak kasus-kasus yang mirip di atas telah saya temukan. Maka dapat saya simpulkan, tanpa mengetahui dan mengerti serta menjalankan ajaran BP, maka seseorang akan mengalami masalah dan penderitaan dalam perjalanan hidupnya maupun dalam perjalanan arwahnya nanti. Tanpa menjalankan ajaran BP, RPH akan merah angka mati dan SKKB tinggi. RPH biru dan SKKB rendah adalah syarat utama laku spiritual yang mumi. Maka perlu dibenahi sejak awal, agar memiliki prilaku baik dan hati nurani yang bersih.

Memang di dalam setiap ajaran agama yang memiliki tujuan untuk membuat manusia menjadi baik, sudah ada unsur ajaran BP-nya. Tapi menurut pendapat saya, ajaran BP yang ada di aliran Khong Hu Cu isinya lebih luas dan penjelasannya lebih detail. Walaupun ada bagian-bagian yang sudah perlu sedikit dikoreksi karena perkembangan pola masyarakat dari jaman ke jaman.

Tanpa ajaran BP, semua ilmu, baik pengetahuan dan teknologi maupun ilmu Spiritual,akan berbalik membuat umat manusia menjadi menderita.


b. Ajaran Tao 
Ajaran Tao dan ajaran Confucius (Khong Hu Cu) bagaikan saudara kembar. Confucius-mengajarkan tata krama atau BP dalam kehidupan jasmani, duniawi dan manusiawi. Tao mengajarkan tata cara dalam kehidupan rohani, perjalanan roh dan jalan kebenaran. Dewa-dewa di klenteng adalah dewa-dewa Tao-is. Para umat yang beribadah ke klenteng adalah umat Khong Hu Cu.

Nabi Tao-is adalah Lao Ze dengan gelar dewa Thai Shang Lao Kun.

Pemahamannya adalah: "Tao" muncul dari spontanitas, sebelum asal muasal dari penciptaan. Lahir tanpa dilahirkan, mengawali yang tidak berawal, terbentuk dari kekosongan, menciptakan dan menghidupi langit dan bumi. Dewa Tai Shang Lao Kun mengatakan, "Saya berkelana masuk dan keluar dari kekosongan, saya masuk dan pergi dalam misteri, menyaksikan yin dan Yang sebelum"pemisahan, dan merasakan penciptaan segala benda." 

Dari kalimat di atas, maka ajaran yg diberikan oleh lao'Ze atau dewa Thai Shang lo kun adalah"memasuki dan melibatkan dunia roh yaitu ajaran perjalanan roh atau lebih dikenal dengan jalan kebenaran yang esoteris Walaupun di dalam kitab Tao Tee Cing ajaran-ajaran eksoterisnya juga banyak seperti pada kitab-kitab suci agama lain. 

ajaran eksoteris berdasarkan kebenaran materi, logika dan realitas. Ajaran esoteris dengan dasar kebenaran spiritual dan roh.

Kitab Tao Tee Cing sudah banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Yang dalam Indonesia saja ada banyak, lengkap dengan uraian dan penjelasannya. Tentu saja uraian dan penjelasan menurut pendapat dan tafsiran penerjemahnya. Jadilah banyak penafsiran dan pemahaman kitab Tao Tee Cing yang berarti ada banyak pemahaman ajaran Tao.

Pemahaman esotens ajaran Tao yang saya terima dari dewa Tai Shang Lao Kun sedikit berbeda dengan pembahasan yang ada di dalam kitab Tao Tee Cing. Dewa Tai Shang Lao Kun hanya mengajarkan pada saya pemahaman-pemahaman esoterisnya saja. Apa beda pemahaman esoteris dengan pemahaman eksoteris? 

Dua contoh di bawah ini mungkin dapat memperjelas bedanya. 

Bab 41 kitab Tao Tee Cing: 
- Penerjemah A memberi judul "Sukses besar butuh waktu lama."

Syairnya diterjemahkan bebas sebagai berikut: 

"Orang yang tinggi kecerdasannya, mendengar berusaha memperhatikan ajarannya.
Orang yang sedang kecerdasannya, mendengar meragukan antara percaya dan tidak percaya.
Orang yang rendah kecerdasannya, mendengar Tao. sampai mcntertawakannya dengan terbahak-bahak. Kalau saja tidak ditertawakan oleh mereka, Tao sudah tidak lagi punya arti sama sekali... (masih berlanjut)" 

Uraian dan penjelasannya sebagai berikut :

Orang yang tinggi kecerdasannya, mendengar Tao serta berusaha memahaminya dan berusaha mempraktekannya agar mampu mengubah cara berpikir dan cara hidupnya menjadi sesuai dengan prinsip Tao.

Orang yang kecerdasannya biasa-biasa saja, mendengar Tao bersikap skeptis terhadap Tao karena belum mampu mencerna betul esensinya. Dia masih ragu antara percaya dan tidak percaya terhadap Tao.

Orang yang rendah kecerdasannya, bila mendengar Tao mentertawakannya terbahak-bahak. Dia bisa saja dengan enteng mengatakan bahwa orang yang percaya terhadap Tao adalah orang yang pasif dan bodoh,tidak mau bersaing dan suka mengalah. Dia mungkin berkomentar dengan nada mengejek bahwa di dunia yang serba modern ini, tidak mungkin maju kalau tidak ada keinginan, persaingan dan perjuangan, dan seterusnya (kebenaran materi yang eksoteris).

- Penerjemah B memberi judul "Bila tidak ditertawakan, belum cukup untuk disebut Tao.
Syairnya diterjemahkan bebas sebagai berikut:

"Orang yang tinggi tingkat kebatinannya, bila mendengar ajaran Tao akan menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh dan penuh minat serta melaksanakan ajaran itu dengan rajin dan sepenuh hatinya.

Orang yang tingkat kebatinannya berada di tengah-tengah, bila mendengar ajaran Tao terkadang ingat, terkadang lupa.

Orang yang tingkat kebatinannya masih rendah, bila mendengar ajaran Tao akan tertawa terbahak bahak... (masih berlanjut)
.
Uraian dan penjelasan penerjemah A dan penerjemah B hampir sama, sebab memang diterjemahkan dari buku dan syair yang sama. Bedanya hanya gunaan kata kecerdasan oleh penerjemah A dan kata kebatinan oleh penerjemah B.

Menurut pendapat saya pemakaian kata kebatinan lebih cocok dibandingkan kata kecerdasan.
Karena kata kecerdasan mengandung banyak unsur pendidikan dan memakai dasar kebenaran materi(eksoteris). Sedangkan kata kebatinan mengandung banyak unsur spiritual atau supranatural serta memakai dasar kebenaran spiritual (esoteris).

Jadi uraian dan penjelasan dari penerjemah A dan B menyoroti orangnya yang mentertawakan.
bukan menyoroti penyebab mengapa orang jadi mentertawakan. Materi ajaran Tao bagian yang mana yang membuat orang menjadi mentertawakan.

Menurut ajaran yang saya terima dari Lao ze (dewa Tai Shang Lao Kun) sendiri melalui batin dalam meditasi, Lao Ze menjelaskan pada saya dalam koridor atau jalur esoteris berbeda dengan jalur eksoteris. Orang mentertawakan ajaran tao sebab  mereka memakai pemahaman eksoteris yang dasar ukurannya adalah logika dan realitas, kebenaran materi. Sedangkan untuk mengerti dan memahami ajaran Tao perlu memakai jalur esoteris yang menggunakan dasar ukurannya adalah kebenaran spiritual. Banyak pemahaman esoteris yang bertentangan dengan pemahaman eksoteris yang manusiawi dan duniawi. Oleh karena itu orang yang belum mengerti dan memahami esoteris, dia pasti mentertawakan ajaran-ajaran spiritual yang sudah menjangkau tingkat esoteris. Jadi yang dapat mentertawakan ajaran Tao atau ajaran spiritual yang lain bukan ditentukan oleh tingkat kecerdasan yang rendah.

Menurut pendapat saya, orang-orang dengan pendidikan tinggi dan modem malah banyak yang mentertawakan ajaran-ajaran spiritual. Sebab mereka mendahulukan logika dan realitas. Penjelasan lebih panjang mengenai hal ini sudah pemah saya tulis dalam buku saya ke-8 dengan judul 'Membuka Kebenaran Spiritual' halaman 50 dengan topik Belum ditertawakan, bukan jalan spiritual'.

Bab 56 kitab Tao Tee Cing

- Penerjemah A memberi judul 'Tidak banyak bicara'.

Penerjemah B memberi judul 'Yang mengerti Tao
tak bicara dan yang bicara tak mengerti'.

Terjemahan bebas isi syair hampir sama, hanya Penjelasannya yang ada perbedaan.

penjelasan A:
A menulis. yng mengatakan dirinya tahu banyak biasanya suka bicara banyak, biasanya  seperti tong kosong nyaring bunyinya. Sebaliknya orang yang banyak tahu selalu merendah dan tidak banyak bicara, seperti padi yang makin berisi makin merunduk.

Penjelasan B:
B menulis, banyak orang yang berani mengatakan tahu dan mengerti untuk sesuatu masalah yang tidak dimengerti. Sebaliknya bagi yang mengerti tidak suka bicara.

-Orang kebatinan yang mengenal Tao tidak suka berbicara karena tahu Tao memang tidak dapat dibicarakan dengan bahasa, kata-kata dan kalimat.
-Juga tidak banyak bicara agar dapat menutup pintu panca indranya untuk mencegah segala gejala gangguan dan godaan melalui panca indra.

Menurut pendapat saya, penjelasan A sangat eksoteris berdasarkan kebenaran materi, penjelasan B penuh unsur spiritual. Mengapa Tao tidak dapat di-bicarakan dengan kata dan kalimat? Tao tidak lepas dengan pencerahan, dan pencerahan inilah salah satu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata dan kalimat.

Di bawah ini saya tuliskan apa yang dikatakan oleh seorang rohaniawan yang sangat senior.
kata persisnya saya sudah lupa. Dia menulis dalam salah satu bukunya: "pencerahan sullt dijelaskan. Yang sudah mencapai pencerahan saja tidak dapat mengatakan dan menjelaskan pencerahan itu apa.

Tetapi saya agak terkejut waktu saya diberitahu istri saya bahwa rohaniawan senior ini yang sudah banyak menulis buku-buku spiritual mengatakan dalam salah satu bukunya yang lain seperti ini:

- Barangkali lebih baik kalau menghentikan semua perdebatan.

- Sebuah pepatah terkenal dari timur mengatakan:"Dia yang tahu, tidak berbicara. Dia yang ber-bicara, tidak tahu."

- Mungkin kedengarannya sangat mendalam, sampai anda menyadari bahwa siapapun yang mengatakan itu, dia tidak tahu.

Saya tidak yakin kalau rohaniawan ini tidak tahu bahwa orang pertama yang mengatakan hal ini adalah Lao Ze, nabi Tao-is. Bukankah pada tulisan pertama tadi dia mengatakan bahwa yang sudah mencapai pencerahan saja tidak dapat mengatakan dan menjelaskan pencerahan itu apa. Dengan kata lain, yang tahu tidak berbicara, yang berbicara tidak tahu. Rohaniawan senior ini punya wawasan yang luas dan buku-bukunya juga sudah tersebar luas. 

Dia bukan dari aliran Tao-is. Saya tuliskan contoh-contoh ini untuk sekedar memberikan gambaran bahwa pemahaman spiritual universal sedikit lebih rumit dibandingkan hanya memahami satu aliran saja. Oleh karena itu, menurut Pendapat saya, tanpa bimbingan guru roh dalam merangkai ajaran-ajaran itu agar dapat saling mengisi dan saling melengkapi, sulit untuk berhasil.


c. Ajaran Budha

Kemelekatan keduniawian
Pada waktu saya dibimbing guru roh untuk membaca buku-buku ajaran Budhis, buku yang saya baca adalah Sutra Altar dari aliran Zen Budhis. Waktu sampai ke ajaran tentang kemelekat-an, saya jadi bingung sendiri. Tidak tahu ini ajaran apa, ajaran untuk orang hidup atau untuk orang sudah mati. Sebab kemelekatan terhadap ke-akuan. terhadap perwujudan dan terhadap materi, semuanya sangat melekat pada orang yang masih hidup. Bagaimana semua itu harus dibuang, tidak boleh melekat?

Waktu meditasi menerima bimbingan guru roh,saya menanyakan ajaran ini.

Saya tanya apakah ajaran yang saya baca ini adalah ajaran dari Sang Budha?
Ajaran ini untuk orang hidup atau untuk orang mati?

Guru roh saya menjawab: "Ajaran itu benar ajaran Sang Budha, ajaran untuk orang hidup, juga untuk orang mati."Walaupun guru saya sudah mengatakan ajaran tersebut untuk orang hidup dan juga untuk orang yang sudah mati, saya belum dapat mengerti dan memahaminya.

Bagaimana orang hidup dapat  melepaskan kemelekatannya terhadap keduniawian? Dan orang mati, bagaimana menjalankan dan menerapkan ajaran tersebut di dalam perjalanan arwahnya?

Semuanya tidak masuk logika saya waktu itu, 30 tahun lebih yang lalu. Baru setahap demi setahap, sejalan dengan dan pemahaman yang saya peroleh, saya dapat mengerti dan memahami mengenai kemelekatan keduniawian.

Guru roh saya mengatakan: "Kalau kalian di-rendahkan oleh orang lain atau dihina orang, dan kalian dapat tidak marah dan tidak membalas, maka kalian sudah dapat melepas sedikit kemelekatan terhadap ke-akuan kalian. Kalau kalian dapat tidak membedakan searang bangsawan dengan seorang rakyat jelata, kalau kalian dapat tidak membedakan orang kaya dengan orang miskin, maka kalian sudah dapat sedikit melepas kemelekatan terhadap per-wujudan. Kalau kalian dapat tidak membedakan orang yang memberikan banyak materi dengan orang yang hanya dapat memberikan sedikit materi, maka kalian sudah dapat sedikit melepas kemelekatan terhadap
materi."

Dalam kitab suci Tao Tee Cing bab 20, Lao Ze menulis yang intinya mempunyai arti "Menjauhkan masalah duniawi untuk bersatu dengan Tao" yang memiliki makna sama dengan kemelekatan terhadap keduniawian dari ajaran Budhis.

Dalam kitab Injil, Yesus kristus mengatakan:
"setiap orang yang karena kerajaan Allah meninggal-rumahnya, saudara-saudaranya, orang tuanya dan keluarganya, akan menerima kembali berlipat ganda dan memperoleh hidup kekal" yang memiliki makna yang sama dengan kemelekatan terhadap keduniawian dari ke-2 ajaran di atas. Budhis dan Tao-is.

Kemelekatan terhadap keduniawian ditulis dijelaskan juga pada beberapa ajaran agama sebab kemelekatan terhadap keduniawian inilah sumber dari semua masalah kehidupan, keserakahan, kebencian, dendam, pembunuhan dan kejahatan-kejahatan lain nya.

Semua agama yang memiliki tujuan yang sama untuk menolong manusia menjadi manusia baik, memiliki ajaran yang saling mengisi dan saling melengkapi. Salah satunya adalah mengenai kemelekatan terhadap keduniawian.

Masih banyak ajaran dari berbagai agama yang saling mengisi dan saling melengkapi, tapi di sini saya tidak dapat mengungkapkan semuanya, bukan tujuan saya untuk membuka semua ajaran-ajaran tersebut. Saya hanya memberi beberapa contoh saja. Semoga beberapa contoh ini sudah dapat memberikan informasi untuk dapat menemukan kebenaran spiritualnya.

Semua yang saya tuliskan di atas adalah ke-melekatan keduniawian dalam jalur eksoteris sesuai dengan ajaran yang tercantum dalam kitab suci masing-masing agama. Bagaimana dengan kemelekan yang ada dalam jalur esoteris dalam menjalani laku spiritual? Di dalam meditasi dikenal istilah mengosongkan pikiran" yang memiliki. makna supaya dalam meditasi mengosongkan pikiran, seseorang dapat melepaskan kemelekatannya terhadap keduniawian. Jadi harus dapat membuang semua yang berbau keduniawian yang ada dalam pikirannya. hal ini memang tidak mudah dilakukan oleh para pemula.Oleh karena itu untuk membantu agar dapat lepas dari kemelekatan tadi dianjurkan untuk berkonsentrasi pada pemafasan atau pada titik Ilahi atau pada tokoh suci idolanya.

Didalam meditasi mengosongkan pikiran,pikiran tidak boleh benar-benar kosong. Pikiran hanya dibuat kosong atau melepas dari kemelekatannya terhadap keduniawian yang dialami atau dijalani dalam kehidupan sehari-hari, lalu diisi dengan konsentrasi-konsentrasi tadi. Jangan benar-benar dikosongkan plong, ini rawan dan beresiko di intervensi atau dimasuki oleh makhluk gaib non Ilahi. 

resiko dan bahaya meditasi memasuki samadhi sudah saya tulis dalam buku ke-8 "MEMBUKA KEBENARAN SPIRITUAL" halaman 13 dengan judul "Meditasi dan samadhi adalah starting point".

di bawah ini saya tuliskan sebuah kasus yang baik untuk diketahui bagi pelaku spiritual yang melatih meditasi.

Melekat dan tidak melekat
Suatu hari tamu saya minta konsultasi mengenai latihan meditasi yang telah dijalani sekitar 25 tahun. Saya tanya, "Hasilnya apa?" Dia bilang hatinya menjadi tenang, hidupnya jadi tenang, hanya itu saja. saya tanyakan, metode meditasinya apa? Vipasana atau yang lain lagi dan siapa yang meng-ajarkan? Dia bilang, dia punya guru meditasi dansekarang sudah meninggal, sehingga dia kehilangan pegangan.

Saya tanya lagi, "Dalam anda meditasi, fokus pikiran anda kemana atau ditujukan ke siapa? Ke titik Ilahi atau ke tokoh suci seperti sang Budha lainnya? Dia menjawab guru meditasinya dia melekat pada sesuatu, pikirannya tidak boleh melekat pada apapun. Jadi kosong tidak ada apa, sebab tidak boleh melekat kepada apapun.

Saya katakan, anda beruntung tidak diintervensi makhluk gaib non Ilahi. Ini disebabkan anda memiliki roh berstrata Nirvana yang cukup baik. Roh pendamping anda cukup kuat untuk melindungi disaat anda meditasi dengan pikiran kosong plong. Guru meditasi anda salah mengerti mengenai mengosong-kan pikiran dengan kemelekatan.

Di dalam melatih meditasi tingkat awal, pikiran tidak boleh dikosongkan sama sekali hanya untuk mengejar atau mencapai 'tidak melekat'. Pada tingkat awal meditasi, harus ada kemelekatan. Konsentrasi harus ditujukan ke titik Ilahi atau tokoh suci yang dituju, atau konsentrasi ditujukan ke pernafasan.

Kalau pikiran dikosongkan sama sekali kecuali gampang diintervensi makhluk gaib " non ilahi, juga akan menyebabkan terombang-ambing, goyah tidak menentu karena tidak punya pegangan.

Jadi pada tingkat awal meditasi kemelekatan. pada tingkat tinggi harus tidak ada kemelekatan. Karena kurang tepat mengartikan dan memahami kemelekatan dan tidak melekat maka 25 tahun lebih latihan meditasinya hanya menghasilkan pikiran tenang saja.Maka saya jelaskan pada tamu saya dengan sebuah perumpamaan.

Selama 25 tahun lebih melatih meditasi di-umpamakan seperti merakit kendaraan.Setelah kendaraannya jadi, hanya dipakai dan dikendarai untuk keliling halaman rumah saja, tidak dipakai kemana-mana. Sedangkan kendaraan itu sebenarnya diperlukan untuk pergi ke suatu tempat tujuan, untuk membawa anda ke 'pantai seberang'. tapi karena hanya dipakai untuk keliling halaman rumah saja,maka hanya menghasilkan hati yang senang, senang naik kendaraan keliling halaman rumah saja. hatinya menjadi tenang, hanya itu.

Sedangkan tujuan hidup ini bukan hanya untuk hati menjadi tenang saja. Karena belum tahu dan belum mengerti hidup ini untuk apa dan harus bagaimana, maka hati menjadi tenang sudah dianggap tujuan hidup. Tujuan hidup bukan itu. Apalagi tamu saya ini memiliki strata roh Nirvana Tujuan hidup seperti itu sangat meleset jauh dari 'hidup ini untuk apa dan harus bagaimana'.

Melekat dan tidak melekat selalu menjadi pembicaraan dalam dunia spiritual. Mereka semua berbicara soal kemelekatan, walaupun banyak yang belum mengerti dan memahami dengan benar, baik artinya maupun aplikasinya atau penerapan nya dalam spiritual.

0 komentar

Post a Comment