Thursday, April 7, 2016

APAKAH ALLAH MENGHENDAKI YANG UNIVERSAL?

Apakah allah menghendaki yang universal


a. Bermacam-macam berkah

Kata universal memiliki arti umum, berlaku untuk semua orang, untuk semua sistem atau untuk semua aliran. Ini bukan berarti bahwa semua orang harus dan perlu dapat menerima yang universal ini. dan ini boleh dipakai, boleh berlaku atau boleh dijalani oleh semua orang yang mau, oleh semua merasa cocok atau jodoh. Tanpa paksaan, tampa membedakan etnis, bangsa dan agama atau aliran.

Dari bimbingan para guru roh dan pengalaman, saya berpendapat yang universal lebih cocok dan lebih bermanfaat bagi saya dan istri, saya dan istri. saya dan istri bersarana dan bersembah kepada Yesus Kristus, kepada Sanghyang Budha, kepada para Batara,kepada para dewa dan lain-lain roh suci. Tetapi cara saya dan istri bersarana dan bersembah kepada roh suci itu tidak mengikuti tata cara ritual standart dari masing-masing aliran tadi. saya dan istri serta anak-anak saya bersembahyang menurut petunjuk dan bimbingan para guru roh saya.

Setiap bulan Juli saya sekeluarga berdoa di gereja Kathedral Jakarta. Setiap hari raya Waisak sembahyang dan berdoa di Vihara Budhis Dhamacaka Sunter setelah upacara resmi Waisak selesai. Jadi saya sekeluarga baru mulai sembahyang dan berdoa kepada Sanghyang Budha Gautama setelah upacara resmi Waisak yang diadakan oleh panitia setempat selesai. Setiap tahun bersembahyang di pura Uludanu dan Uluwatu di Bali, di candi-candi Hindu di dataran tinggi Dieng, candi Budhis Borobudur, di tempat- tempat ibadah para suci di Jumprit, parang,Tritis; Gunung Kawi dan lain-lain. Juga di klenteng-klenteng Banten, Welahan, Tuban dan klenteng plered Cirebon dan lain-lain. Semuanya saya lakukan diluar waktu upacara ritual resmi yang diadakan panitia / pengurus setempat.

Mengapa para guru roh saya membimbing saya dan istri beribadah,ke berbagai aliran dan berbagai tempat ibadah? Sebab ada banyak guru roh dari berbagai aliran yang telah memberikan bimbingan dan bekal kepada saya dan istri dalam perjalanan spiritual yang kami tempuh ini. Dan bekal-bekal tersebut ada banyak yang baru dapat kami terima kalau kami hadir di tempat ibadah suci tersebut. Bermacam-macam berkah dan bekal dari para suci itu kami kumpulkan dari tahun ke tahun selama puluhan tahun sampai sekarang.


b. Garis roh suci yang sama.

Banyak dewa dan roh suci memiliki garis roh suci yang sama.

Setiap aliran memiliki roh suci masing-masing dengan sebutan dan nama yang berbeda.

Aliran Tao dan Kong Hu Cu menyebut dengan : Para Dewa.

Aliran Katholik, Kristen dan Islam menyebut dengan : para Roh Kudus dan para Malaikat.

Aliran Budhis menyebut dengan : para Arahat, para Bodhisatva dan para Budha.

Aliran Hindu menyebut dengan : para Batara.

Aliran Kejawen menyebut dengan : para Leluhur dan lain-lain.

Dari bimbingan para guru roh saya dan pengalaman yang saya dapat, banyak diantara para roh suci ini memiliki garis roh suci yang sama.

Artinya roh suci A di aliran Tao sama dengan roh suci di aliran Budhis, juga sama dengan roh suci C di aliran Kejawen dan lain-lain. Hanya nama dan sebutannya yang berbeda. Roh sucinya sendiri adalah sama, dengan jati diri yang berbeda, nama dan sebutan yang berbeda, juga pada jaman dan tempat 'turun' yang berbeda.

kasus di bawah ini mungkin dapat memperjelas masalah ini.

Waktu saya dan istri berkunjung ke tempat ibadah aliran Kejawen, saya bertemu dengan teman saya sesama pelaku spiritual, sebut saja bernama Rudi. Rudi menganut aliran spiritual Kristen, men- dampingi istri beribadah di tempat suci aliran Kejawen. Karena 'sifat Kristennya', Rudi kurang menghargai aliran lain, dia banyak melakukan hal-hal yang kurang menghormati aturan-aturan di tempat ibadah tersebut.

Pagi hari itu waktu saya bertemu dengan Rudi, dia sedang sakit perut berat dan tergesa-gesa mencari obat sakit perut. Saya kenal Rudi cukup lama dan dekat. Dalam laku spiritualnya Rudi sudah memiliki kemampuan supranatural. Dengan mata batin saya memeriksa sakit Rudi. ternyata sakit Rudi akibat dia melecehkan roh suci leluhur yang duduk di tempat ibadah suci tersebut. Rudi mendapat hukuman dan guru rohnya dari garis Kristen, yang sebetulnya satu garis roh suci dengan leluhur Kejawen yang 'duduki di tempat ibadah tersebut. Roh suci yang menjadi Guru Rudi adalah juga roh suci yang duduk di tempat Ibadah itu, sama. Karena tidak tahu, Rudi telah me-lecehkan gurunya sendiri. Maka perlu hati-hati jangan sembarangan melecehkan roh suci dari aliran lain.

c. Kesimpulan saya

- Dari bimbingan para guru roh saya, bahwa ajaran berbagai agama berasal dari satu sumber yaitu dari Allah Yang Maha Esa, Allah yang tunggal. Ajaran-ajaran tersebut saling mengisi dan saling melengkapi, kebenaran lintas agama.

- Dari pengalaman saya dan istri menolong para tamu, kami banyak melakukan penyembuhan lintas agama. Umat Katholik perlu disembuhkan dengan cara dan ilmu aliran Tao. Umat Budhis perlu ditolong dengan cara dan ilmu Kejawen dan lain-lain.

- Saling mengisi dan saling melengkapi dalam pe- nyembuhan seseorang. Sering diperlukan beberapa cara dan ilmu dari beberapa aliran agama untuk menolong menyembuhkan para tamu. Diperlukan pasir Parang Tritis (garis Kejawen) untuk mem- bersihkan rumah dan juga perlu 'Hu' pelindung diri (garis Tao-is) dan lain-lain.

- Kalau Allah tidak menghendaki yang universal, maka karunia Ilahi yang 'diturunkan' pada masing- masing aliran agama tersebut tidak dapat dipakai untuk penyembuhan lintas agama, juga tidak dapat saling mengisi dan saling melengkapi dalam penyembuhan. Kalau tidak universal maka masing hanya untuk jalurnya sendiri-sendiri.

- Oleh karena itu saya dan istri berpendapat Allah memang menghendaki yang universal. maka jangan fanatik, sebab hanya akan merugikan diri sendiri.

0 komentar

Post a Comment