Dialog dengan diri sejati. Siapapun yg mendalami batin sejatinya, bila mendapat wejangan batin namun masih blm trasa begitu damai, dialoglah lagi, cari lagi, smpai batin terasa benar2 damai. |
Diri : Agamaku yg paling benar.
Diri sejati : Agama2 di dunia sejati yg paling sejatinya buatan siapa?
Diri : Tuhan, namun Tuhan di dalam kitab suci yg saya anut, berfirman agamaku lah yang paling benar, yang hanya penganutnya lah yg masuk surga..
Diri sejati : Tuhanmu kan Maha Gaib, ada banyak rahasia paling rahasia, betul bukan? kamu tahu kapan kamu mati?
Diri : Ya kagak tau.
Diri sejati : Iha kenapa lancang amat kamu menebak-nebak maksud Tuhan? kalau kamu yakin benar memahami semua isi kitabmu kamu setara dg Tuhan dong, kan cuma Tuhan Yang MahaTahu segala firmanNya. jadi klo kamu tahu hanya golonganmu yg masuk surga dan seharusnya kamu tau jg kapan kamu mati.. wong sudah setara dg Tuhan .
ketahuilah kitab2 suci agama lain juga bilang agamanya sudah benar, jalan menuju Tuhan..
Diri : hmmmm.. agama ku kan jalan kebenaran.
Diri sejati: agama2 lain juga membawa jalan kebenaran masing2. Bagiku agama itu intinya jalan kebaikan, kearifan hidup untuk menjaga tatanan alam ini..
Kebenaran2 yg ngotot memaksakan kehendak, menghina keyakinan2 lain itu yang sudah bukan lagi sesuai agama masing2 yg di anut, dan hanya membawa kerusakan, karena watak dasar manusia pun tidak mau disalahkan apalagi bila sudah berbuat baik dan benar. Lantas seberapa penting kebenaran yg blm tentu benar menurut maksud Tuhan dipaksa2kan.
Yang cenderung ada aktor2 terselubung ada niat yg kurang baik dengan membungkus seolah menegakkan agama lantas main bunuh main hakim sendiri, memberontak pada sistem kerukunan masyarakat membuat kerusakan, pembunuhan, penghinaan, dll yg hanya akan menimbulkan dendam di kemudian hari, lalu jadi saling balas, sehingga jargon kebenaran kok malah jauh dari kedamaian dan kerukunan.
kebenaran yg blm sampai ranah hakiki obyektifitas yaitu yang layak mutlak benar hanya Tuhan. Masih subyektif,egoisme, yg terselubung maksud haus ketenaran, fanatisme sempit golongan, kekuasaan. Belum mencapai tujuan agama yg universal, berbuat terbaik sebijaksana mungkin pada sesama manusia, tatanan hidup bermasyarakat, etika kesopanan, dsb.
Bagi diri saya orang yg baik akhlaknya lah berarti sudah benar, urusan yg gaib serahkan pada Kuasa Tuhan Yang Maha Gaib.
Berceramahlah dengan tema akhlak, sopan santun,tata krama, kebijaksanaan hidup, yg dapat membawa kerukunan.
Diri : hhmmmmm..
Diri sejati: Gini ya gula rasanya apa?
Diri : Manis
Diri sejati: Gula itu wujud materi, manis itu rasanya, merasa, ilmu rasa. Gula berasal dari tebu. Sedangkan yang rasanya manis bukan cuma gula saja. Gula jawa, gula aren, buah, sari bunga, madu, jagung tropicana, bahan2 kimia ada juga yang rasanya manis jd bahan pemanis buatan, dsb.
Eh umat penganut gula pasir bilang cuma gula pasir yg manis, umat lain bilang buah2an lah yg manis, umat lainnya lagi bilang sari bunga, jagung tropicana, madulah yg manis..
Inti yg membuat rasa manis itu kandungan zatnya: sukrosa, fruktosa glukosa, ataupun maltosa.. dan kandungan zat itu pun tersusun dari partikel2 yang sangat halus, istilah kebatinannya sirr..
Ya sudah, tingkatkan kebijaksanaanmu, tujuan beragama carilah hakikatMu, carilah makna dibalik makna sehingga jdilah kau orang 'arif, bijaksana, yang baik akhlaknya pada seluruh alam.
Tidak capekkah jiwamu yg beragama dengan ngotot, nyungir2 sinis, memvonis, begitu?
Sumber: facebook.
Sumber: facebook.
0 komentar
Post a Comment